(1)
Misal penjualan Rp1000 dan beban Rp700; berarti laba Rp300. Jika (i) penjualan kridit (non tunai) dan
beban (non tunai/utang) maka kas = 0; (ii) jika penjualan kridit dan beban kas;
maka arus kas minus 700; (iii) jika penjualan kas dan beban kas maka kas Rp300;
(iv) jika penjualan kas dan beban non kas; maka arus kas Rp1000. Jadi laba/untung tidak sama dengan kas……..
teriirng salam
(2)
Dua bagian laporan keuangan: (i) neraca [N]; (ii) Laporan
Laba Rugi [LLR]. Neraca memuat kekayaan
dan bgmn kekayaan tersebut dibiayai. LLR
memuat aktivitas usaha. N dapat diibaratkan ayam dan LLR adalah telurnya. Harus ada ayam untuk menghasilkan
telur!. Kalau sudah dapat telur maka
dapat dilakukan 2 alternatif: (i) telur dimakan; berarti labanya diambil
pemilik; (ii) telurnya ditetaskan lagi dijadikan ayam; berarti laba ditahan;
diakumulasikan jadi saldo laba dan tercatat dalam neraca….. teriring salam
(3)
Terdapat dua beban [expenses] yakni beban kas dan beban non
kas. Beban non kas; beban yang diakui
namun tidak dikeluarkan uang kasnya; misal beban penyusutan. Kedua beban akan mengurangi laba [sebelum
pajak]. Laba turun, maka pajak dibayar
juga turun. Jadi untuk menurunkan pajak
dibayar, dapat dilakukan dengan menaikkan beban non kas.
Mr X membeli mesin senilai Rp 5 juta tunai; umur ekonomis
selama 5 tahun. Untuk hal ini berarti
ada beban [expense] mesin senilai Rp 1 juta/tahun. Beban/biaya ini sebenarnya bersifat non kas,
hanya pengakuan saja.
(4)
Prinsip dalam laporan keuangan adalah prinsip akrual
[pengakuan]. Hal yang diakui adalah
penerimaan dan pengeluaran. Pengakuan
ini terhadap keabsahan transaksinya, bukan terhadap pelaksanaan [terima/keluar]
kas.
(5)
Suatu usaha, misal
membuat gerobak dorong memerlukan pendanaan sebesar Rp 3 juta. Pendanaan dapat diperoleh melalui utang [U]
atau setor modal [SM]. Gerobak/usaha
tersebut sama saja nilai/bentuknya/dll; tidak dipengaruhi oleh cara
mendanainya. Gerobak/usaha ini dikenal
terkena risiko bisnis [business risk]. Hasil
usaha [pendapatan operasi] harus dikurangi dengan pengembalian untuk
pendanaan. Hal ini dikenal sebagai
risiko keuangan [financial risk]. Jadi
sebuah usaha memiliki dua risiko.
Pendanaan 3 juta, misal dapat dipenuhi dengan 2 cara: (i) SM
semua; (ii) utang Rp2 juta dengan bunga 10% atau 200 rb; SM Rp 1 juta. Missal diperoleh hasil usaha sebesar Rp600
rb. Jika cara (i) yang dipakai maka
besarnya pengembalian untuk modal sendiri [return on equity; roe] sebesar 20%
[600rb/3jt]; jika cara (ii) diperoleh laba bersih sebesar Rp400 rb; sehingga
roe sebesar 400/1 juta= 40%. Contoh menunjukkan utang; dapat meningkatkan
pengembalian….
(6)
Jika PT A nilainya
sebesar Rp1000. PT A berencana
menawarkan kongsi setor modal [istilah modern IPO]. Setelah dipertimbangkan PT A dihargai sebesar
Rp4000 [4x lipat]. Penghargaan ini
mungkin melingkupi nama baik perusahaan, pangsa pasar dll. Selisih 4000-1000 [3000] dikenal sebagai
agio/premium/bayar lebih. Jika Z setuju
setor modal Rp3000; maka yang diakui sebagai setor modalnya adalah ¼*300=750;
dan 2250 sebagai premium. Komposisi
modal saat ini adalah: agio 2250; Modal A 1000; modal B 750. Total modal 1750, dan proporsi kepemilikan A
sebesar 1000/1750= 57%. Masih mayoritas……! [lho kok Z mau yaaa…. setor modal
begitu banyak? ---> heheheh…. Ya kalo enggak mau nggak papa]
Sekarang asset perusahaan 4000. Bagaimana kalo langsung dibagi antara A &
Z…?. A akan mendapatkan 57%nya atau sebesar 2280 dan Z mendapat 1720….. rugi
dong Z…..? yaa…. Makanya dikembangkan perusahaannya….!
(7)
harta terdiri dari dua bagian: likuid [gampang diuangkan,
seperti piutang, bahan baku]; dan tidak likuid/harta tetap [bangunan, mesin,
dll]. Piutang, bahan baku, dll
diperlukan dalam operasional rutin. Ini
dikenal sebagai modal kerja. Biasanya
modal kerja dibiayai oleh sumber pendanaan jangka pendek. Selisihnya dikenal
modal kerja bersih. Nilai ini disediakan
oleh si entrepretenuer
untuk harta tetap [bangunan; mesin; dll] memrlukan dana yang
besar dan umur ekonomisnya lama.
Karenanya cara mendanainya diperlukan pendanaan jangka panjang. Boleh utang [jangka panjang] atau pakai modal
sendiri.
Adakalanya didengar sebuah perusahaan mendapatkan pinjaman
missal Rp1000; terdiri dari 800 untuk investasi dan 200 untuk modal kerja.
(8)
di pasar saham,
dikenal istilah popular yakni imbalan [return; r]. Investor mendapat imbalan dari kenaikan harga
saham [capital gain/growth] dan dari dividen [laba yang dibagikan]. Bagi peneliti, ada istilah popular lainnya
yakni imbalan-tidak normal [abnormal return; ar]. Mengapa an da dikatakan abnormal?. Ada dua
sebab, yakni: (i) beda dari rerata anda; (ii) beda dari
ekspektasi/harapan. Jadi AR dapat dicari
dengan mengurangkan r terhadap rerata r; dan atau mengurangkan r terhadap
e[r]. rerata r tersebut dikenal sebagai
market return, biasanya diwakili oleh IHSG [indek harga saham gabungan]. Sedangkan e[r] dapat dicari dari berbagai
model, missal CAPM.
(9)
Istilah risiko sangat popular. Secara statistika biasanya
dinyatakan dengan deviasi [standar deviasi].
Istilah ini merujuk pada ‘beda dari reratanya’. Missal satu saluran air, kedalaman reratanya
50cm. anda tenggelam di saluran air
tersebut. Kok bisa…? Karena, pada
saluran tersebut ada kedalamannya yang mencapai 3 m, walau reratanya 50cm. saluran air itu berbahaya….?
10
Anda melempar koin, jika burung mendapatkan Rp 10.000 dan
garuda mendapat Rp0. Nilai harapan dari
aktivitas ini adalah Rp5000. Nilai
harapan sering disebut ekspektasi hasil/return/laba. Yang perlu diperhatikan disini, dalam contoh
tersebut angka Rp5000 tidak pernah anda dapatkan!. Anda hanya mendapatkan 10000 or 0!
(11)
Anda memiliki 2 pilihan
yakni: (A) melempar koin, jika burung mendapatkan Rp 10.000 dan garuda
mendapat Rp0. Nilai harapan dari
aktivitas ini adalah Rp5000.; (B) diberi secara gratis [bebas risiko; risk free
rate] sebesar Rp5000. Dua pilihan ini
dikenal sebagai ‘fair game’ karena memberikan nilai harapan sama besar
5000. Jika anda memilih aktivitas (B)
gratisan, tidak bersedia memilih (A); berarti anda tergolong orang ‘penghindar
risiko’ (risk-averter). Jadi ‘risk
averter’ adalah orang yang menolak ‘risky asset’ walaupun situasinya ‘fair
game’.
Pilihan A atau B adalah sama ‘baiknya’ tergantung karakter
risiko yang dimiliki. [kata mhs: pilih A pak; cepet kayanya….. saya menjawab:
ya; juga cepet miskin; tetapi kalo masih muda udah takut miskin, nanti tuanya
miskin beneran hehhee……. Kalo sudah tua masih pilih A; nggak tahu diri; bisa
mencelakakan]
Apakah anda bersedia lempar koin?. Bersedia jika nilainya berubah; misal 12000
or 0. Pada situasi ini ekpektasi
nilainya jadi 6000, sedangkan risk free
rate sebesar 5000. Selisih sebesar
1000 [6000-5000] dikenal sebagai risk
premium. Jadi seorang yang risk
averter bersedia mengambil asset berisiko jika ada risk premium.
Jadi risk free rate dan risk premium harus ada; karena
memang karakter orang dan karakter bisnis memang ada/berbeda-beda.
12.
dua
tipe orang 1 baik dan 2 jahat; dua bentuk konsekwensi: A tidak dihukum dan B
dihukum. 1A dan 2B adalah benar; 1B dan
2A adalah salah [error]….. kesalahan tipe I adalah 1B dan kesalahan tipe II
adalah 2A….. tahukan kamu; yang suka kamu bilang alpha [dalam pengujian
statistika] itu adalah 1B…. dan itu harus diperkecil. Dalam bahasa hokum; lebih baik membebaskan
orang salah daripada menghukum orang bener….
13
supply create its own demand itu dulu…. Dari 100-an merk
baru yang keluar; hanya skeitar 2 yang dapat diterma pasar…. Sekarang berarti
demand/permintaan yang jadi komandonya…… apapun, dimanapun permintaan maka akan
ada suppliernya
14.
jika harga peuyem di bandung Rp5 ribu/kg; dan harga peuyem di
Jakarta Rp50 ribu/kg; maka akan terjadi aliran peuyem dari bandung menunju
Jakarta. Aliran barang ini dinamakan
‘arbitras’ dan akan berakhir [paritas/seimbang/ekuilibrium] hingga harga di
kedua tempat itu ‘sama’. Apapun barangnya
akan menganut asas ini, atau dikenal hokum satu harga [purchasing power parity]
[nb: tidak berlaku untuk perbedaan harga
diri….]
15.
jika sebagian mengatakan mahal; sebagian mengatakan murah,
maka si mahal akan menjual dan si murah akan membeli. Terjadilah transaksi
[volume]. Rumor/isu; yang mengacaukan ke
2 titik berbeda, berpotensi meningkatkan transaksi.
16. bad goods drive out good goods; barang jelek akan mendorong [keluar] barang bagus. jika sekilo jeruk manis berharaga Rp10.000/kg dan yang kecul Rp5000/kg maka jeruk campuran komposisi 50:50 harga wajarnya Rp7500. jika dengan komposisi segitu; maka penjual tidak mendapatkan 'untung'. agar untung, maka penjual menambah komposisi yang kecut. pembeli; mendapatkan kenyataan lebih banyak yang kecut; sehingga tidak mau lagi membayar harga Rp7500, melainkan lebih murah. karena hal ini, maka penjual akan mencampur lebih banyak lagi yang kecut. akibatnya.... komposisi yang ada adalah kecut.
anda perhatikan barang ilegal dengan barang asli.... [vcd]? hampir semua adalah palsu
bagaimana syarat agar barang berkualitas tetap ada....? disini peranan jaminan [warantly].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar