Secangkir Koffee 1



















1. Perjalanan

Jika bertanya berapa panjang jalan yang telah kau lewati, maka kau jawab kau tak mampu mengukurnya!. Karena setiap kali kau lewati jalan itu, kau sertakan juga bayang-bayang menemanimu. Juga hatimu riuh rendah memenuhi sepanjang perjalanan

Jika bertanya berapa panjang jalan yang telah kau lewati, maka kau selalu menjawab sangat singkat!. Karena tiba-tiba saja ia telah menjadi masa lalu, dan saat ini kau dalam perjalanan baru

Namun kau selalu juga mengatakan, perjalanan panjang. Hingga kau merasa tak perlu mengukurnya. Kakimu berjalan, hatimu berjalan, waktu pun demikian. Kau tak dapat lagi melihat titik awalmu. Mungkin…, kau juga merasa tak berakhir….
Yang kau tahu adalah keniscayaan: engkau mestilah berjalan….!



2. Kembali

Jalan paling dekat adalah kembali. Menemukan kebenaran, kapanpun waktunya, bukanlah hal terlambat!. Mendapatkan mutiara di lautan dalam, adalah hal yang indah.
Jalan paling jauh adalah kembali. Kadang sulit ditemukan. Berliku-liku penuh putaran argumen. Ke kiri, ke kanan dan semakin jauh. Ada pada ujung yang lain. Melihat pada titik asal: kembali!. Sudah jauh tertinggal


3. Garis Lurus
garis lurus adalah jalan paling dekat. Dua titik adalah garis lurus. Melihat hitam-putih sangatlah nyata. Kekontrasan!. Kebenaran di ukur dari salah satu warna saja. Sederhana!. Dan sederhana, biasanya adalah kebenaran….
Banyak titik, mungkin lurus, sangat mungkin tidak!. Warna-warni, memudarkan perbedaan. Tidak tampak lagi warna dasarnya. Dan mungkin, kebenarannya.
Ingin mengetahui dimana diri berada? Buatlah sebuah garis lurus!. Ingin mengetahui hakekat kebenaran? Pilihlah dua warna saja!


4. An Opportunity
kesempatan adalah jika dapat memperolehnya. Sesuatu yang terbuka dan kita masuki. Tidak tahu, kapan pintu itu terbuka, berapa lama, dan berulangkah?. Jangan mengharap yang kedua!.


5. Tidurlah
Tidurlah, karena tidur dapat memberi mimpi. Karena mimpi dapat memberikan keindahan. Setidaknya cerita indah, walau hanya mimpi!
Tidurlah, karena istirahat terbaik adalah tidur!. Yang terbaik bekerja, mestilah terbaik istirahatnya.
Tidurlah, karena nanti kita mesti tertidur panjang. Memahami nanti, dengan berlatih tidur saat ini!






6. Tontonan
Jika melihat tontonan, janganlah jadi tuntunan. Mungkin tontonan itu ada benarnya. Penuh rasa gembira, suasana hiburan. Semuanya benar, tetapi itu tetaplah tontonan. Khawatir kita salah memaknai kebenaran itu
Jika menjadi tuntunan, janganlah seperti tontonan!. Mungkin banyak benarnya. Tetapi karena menjadi tontonan, maka kebenaran menjadi barang hiburan. Kebenaran menjadi komoditas suka cita!
Kita perlu tontonan dan tuntunan. Tontonan untuk hal yang remeh-temeh, tuntunan untuk hal yang hakiki. Keduanya membawa keseimbangan hidup!



7. Yang Pertama
Selalulah berkesan yang pertama. Karena yang pertama memberikan pengetahuan baru. Juga rasa baru. Selalulah mencoba mendapatkan yang pertama. Tentunya untuk hal-hal baik saja. Mengenali banyak hal (baru) memberikan keindahan. Hati mungkin menjadi lebih riang
Mungkin merasa jenuh. Itu artinya perlu yang baru. Yang pertama-kah?. Mengapa tidak!. Tuhan mencipta alam ini dengan variasi yang banyak. Semua untuk manusia, secukupnya sebatas kadarnya!


8. batu dan air
Batu sangatlah keras, air sangatlah lembut. Kelembutan dapat mengairi batu. Hanya sesuatu yang lembut, yang dapat mengairi. Karena kelembutan menunjukkan ‘atom’ yang kontinyu dan lentur, sambung menyambung. Kekontinyuan kelembutan itulah makna dari air
Kita mungkin memiliki kelembutan, namun belumlah seperti air
Kita mungkin memiliki kekerasan, tetapi tidaklah sekeras batu
Adakah di satu waktu, air dan batu bertemu…..?


9. A Game
Permainan menjadi kesenangan. Seru dan berimbang, menjadikan hasrat hidup menyala. Intrik dan taktik, menjadi bagian utama. Permainan berakhir, mungkin ada yang kalah, dan selalulah demikian. Energinya terkuras sudah. Selalulah ada yang kecewa. Selalulah ada yang puas untuk kekecewaan itu
Menjadi sedih, jika menjadi ‘barang mainan’. Menjadi sarana ‘pelampiasan kesenangan’. Menjadi ironi, puas dengan kekecewaan dan kecewa pada kepuasan pihak lain
Adakah kita dapat hidup damai tanpa permainan? Berada selalu pada sisi yang sama. Warna sama!
Akh, manusia tercipta berbeda, hati kecil kita berkata.
Itu artinya kita harus siap kecewa


10. selalu lah menyesal
Dari titik yang sama berjalan ke arah yang berbeda! Waktu mengekalkan perbedaan! Sebuah sudut dengan jarak yang jauh. Dapat dicari persamaannya namun telah nyata perbedaannya! Bersua setelah lama terpisahkan. Melepas rindu dan mencari kenangan. Dari titik yang sama!. Terasa sama dan terasa berbeda. Dua hal yang saat ini dimiliki. Mereguk kenangan saat kecil, tetap kecil, dan masa lalu!. Bercerita saat ini, mengukur dengan suasana kecil!. Kita telah beranjak sangat dewasa, dan telah berbeda
Dari titik yang sama, namun hasilnya berbeda! Yang dikalahkan oleh kehidupan dan nafsu remaja. Yang terpekur menyesali diri! Tetap pada titik yang sama: ketika kecil dan tetap kecil! Ketika yang lainnya merajut jembatan menyebrangi sungai harapan, ia tetap di sisi sungai, berleha dan berpesta pada kemudaan. Sesuatu yang diguncangkan oleh waktu: tak akan kekal!
Yang kekal adalah penyesalan, selalulah demikian!. Yang berdiri pada titik yang sama, sedang waktu terus menerobos bayang-bayang!. Memindahkan apa dan siapa yang ingin pindah. Ia masih di situ, berdiri penuh sesal!. Terkunci langkah, terjerat hidup!









11. A Tale of Hipocrite
Kata-katanya telah menjadi sungai, bermuara ke laut! Sampan-sampan janji telah dibawanya ke samudera luas! Mungkin ombak telah mendamparkannya di pulau kesunyian. Terkubur tanpa batu nisan; janji itu tak seorang pun yang menyapanya….
Ia terus menebar kata! Arah angin membawa untaian kata menebar hingga kemana!. Singgah di ujung ranting, dan kencing tupai menghapus jejak katanya! Dan ia, bersemangat lagi bermantra: kata-kata kata kata
Ia yang terus bercerita. Berwacana dengan jika! Bekerja dengan fatamorgana, seolah-olah ia ada!. Ia yang membuat saluran, penuh lumpur dan limbah!. Lautan tak kuasa untuk tak tercemari!
Ia yang selalu mengatasnama! Namun, ia bukanlah atas nama itu!. Tikus-tikus!


12. Inferior
Uuhhh…. Sedih menjadi inferior. Merasa kecil dan dikecilkan. Seperti debu, yang dapat dicampakkan. Disapu waktu, dianggap berlalu. Tak ada yang mencatat kehadirannya.
Uuhhh…. Sesal menjadi inferior. Mengapa takdir itu mengikuti. Tidakkah Tuhan menyayangi semua hamba-Nya?. Mengapa tak semua menjadi superior?. Jawabnya ternyata: karena Tuhan menyayangi semuanya. Ia ingin menitipkan ‘spirit-Nya’ pada sang superior. Ia ingin memberikan pesan pada sang inferior. Janganlah berduka:
kembali ke rumah-Nya sajalah, akan diperoleh perlakuan sama!


13. Tolong Menolong
tolonglah orang lain, dengan cara menolong diri sendiri. Jika setiap individu, belajar tidak memberatkan tidak menjadi beban bagi sesama, sesungguhnya ia telah menolong saudaranya. Tidak merepotkan!
Tidak merepotkan, juga membahagiakan! Tidak perlu bergantung pada orang lain, tidak perlu dag-dig-dug….. hidup dapat setenang lubuk yang dalam…. Penuh makna!



14. Menejemen
Menyaksikan amtenir, menarik uang recehan di jalan raya!. Menyetop setiap kendaraan!. Apa bedanya dengan ‘calo’?. Mengapa tidak dijadikan iuran rutin, bayar di bank?
Ada jalan sudah dibuat bahu pembatas jalan. lalu di banyak tempat (di dekat setiap PT), bahu jalan tersebut dibongkar, untuk dibuat putaran!. Mengapa tidak dari awal dibuat putaran?




15. lidah
dulu, selalu menyatakan tak ingin merepotkan. Biarlah jiwa (kematian) datang di mana saja. Toh sudah mati juga!. Urusan telah menjadi milik-Nya!
Suatu saat, di pesawat, dan berguncang!. Seketika itu juga menjadi kecil dan kecut. Dan teringat kata-kata yang sering diucapkan. Teringat pada anak dan istri. Segenap hati berkata: Tuhan……, anak istriku menunggu dan merindui!
Lidah yang lebih cepat dari hati……



16. Habis gelap terbitlah gelap
Karena banyak kegelapan di sekitar kita, ketika coba diurai, yang tersisa kegelapan lagi!. Penjelasannya tidak jelas, menambah kebingungan!.
Berbuat buruk, untuk menutupi keburukan yang ada, dapat menjadi contoh. Jika hal ini menjadi kebiasaan, maka bukan hanya gelap, melainkan telah kelam. Dan jika sudah merasa tidak berdosa, maka telah menjadi: diawali gelap disempurnakan dengan kelam!



17. Berkerumun dan Antri
Apa yang tersusah dilakukan oleh kita? Salah satunya adalah antri!. Berkerumun, lebih disukai! Berkerumun mungkin menunjukkan ‘power’ yang dekat dengan pemberi, yang punya tenaga untuk ada pada kerumunan terdepan. Karenannya setelah memperoleh (hasil), kebanggaan itu terpatrikan. Aku berhasil, karena dekat atau karena ada power!

Antri menunjukkan ketertiban dan kepatuhan. Tidak seorang pun diistimewakan. Karenannya memperoleh lewat antrian, adalah hal yang wajar. Ekspresi kegembiraan biasa saja…Kegembiraan yang dibagikan: untuk semua!



18. Tempat yang tinggi
tempat yang tinggi dapat melihat tempat yang lain. Di atas pohon, kita dapat melihat tanah, di atas gunung dapat melihat lembah, dari angkasa tinggi dapat melihat bumi. Tempat yang tinggi memungkinkan melihat lebih banyak, lebih arif, lebih luas perspektifnya. Tempat yang tinggi juga melihat segala sesuatunya menjadi kecil: tak perlu dirisaukan!
Tempat yang tinggi adalah hati yang mengenal-Nya!



19. Air dan Minyak
air dan minyak adalah cairan, namun keduanya tak dapat berkumpul bersama. Satu bersifat menyejukkan (memadamkan) yang lainnya terasa selalu membakar!.
Air dan minyak tak ditemukan pada sumber yang sama!. Di tempat yang tersedia banyak air, tiada minyak. Pun sebaliknya!. Keduanya memiliki ruang tersendiri!. Jika ‘terpaksa’ tercampur, maka keduanya menjadi tak bermanfaat!
Kita memiliki satu hati!. Air atau minyakkah?



20. Nyaris
Nyaris atau hampir itu dapat berupa kabar sedih atau gembira. Nyaris dapat membawa perbedaan yang signifikan. Nyaris lulus, itu kabar sedih. Nyaris gagal itu kabar gembira. Kedua kondisi ini dapat saja dipisahkan oleh hal yang sangat tipis

Letak beda inilah yang membuat makna hidup menjadi berwarna!. Dan biasanya teringat Tuhan, dan meyakini ada campur tangan-Nya








21. lembut dan bertenaga
lemah adalah kehinaan! Lembut adalah kemuliaan. Lemah lembut adalah merendahkan hati untuk sesuatu yang mulia. Hanya orang yang memiliki ‘ketinggian’ yang dapat melakukannya
kuat adalah arogansi. Bertenaga adalah kekuatan. Bertenaga kuat adalah mengalahkan arogansi untuk mencapai sesuatu yang mulia. Hanya orang yang ‘teguh’ yang memilikinya
adakah kita seorang yang lembut dan bertenaga?. Memiliki kemuliaan dan kekuatan. Mengubah potensi itu menjadi kebaikan
adakah kita seorang yang lemah dan kuat?. Melakukan hal hina dan selalu merasa mulia. Trouble maker dimana saja…..
tulislah jawabannya dalam do’a!



22. kaca yang bersih
kaca yang bersih, tidaklah memendarkan warna. Warna tampak nyata bahkan hingga detailnya. kadang mampu melebihkan kecerahan. Di tempatkan di mana saja, selalu menyenangkan. Dicari oleh banyak manusia. Untuk mengacai dirinya…., mencari tahu kebenaran yang terrefleksikan melalui kaca. Berharap mendapatkan lebih
hati seringkali dinyatakan sebagai kaca!. Hati yang mengingat-Nya mampu merefleksikan jalan hidup kita. Akan dibawa kemana……


23. Yang pasti
Pernahkah ragu tentang sesuatu?. Yang meragukan bukanlah inspirasi dari Tuhan. Karena itu ada baiknya dihindarkan! Carilah jalan yang pasti, karena selalu ada yang hakiki, untuk hal apapun jua, selalu ada jalan terangnya!

Jika ragu dipersimpangan jalan, pastikan tujuan. Kelak tahu, jalan yang dipilih, dan semoga itulah jalan Tuhan….



24. Tak tahu diri
Tak tahu diri adalah menolong anjing kejepit dan menggigit!. Mungkin, kita pernah menemukannya, atau tabiat kitakah itu….?. hhm, seperti itu sebenarnya sedang menanam ketidakbaikan bagi diri, dan akan menuainya; suatu hari!

Terjepitlah sang anjing, dan tetap terjepit!. Dijepit oleh rasa tak berterima kasihnya, dan do’a-do’a orang yang tergigit. Suatu hari!



25. Tahajud Time
Datanglah senja. Tercurah sebongkah sunyi. Keheningan yang lembut, hingga menelusup dalam sukma. Sepenuh kedamaian mengisi udara. Menggigilkan jiwa

Bercerita tanpa kata, mematuk rindu dalam diam. Seperti pengantin yang berkhalwat. Udara menangkup aromanya. Begitu lembut, demikian damai. Setinggi gairah, melewati ketinggian. Nisbi namun nyata

Tuhanku….. ajarkan daku kerinduan-Mu!






26. Burung yang berdiam

Hendak pergi kemanakah, jika sayap telah kau patahkan. Janganlah coba menjelajah senja, mengembarakan pikiran angan dan raga. Engkau akan tersungkur, dan seperti sangkur menikamkan luka!. Nanahnya mengikuti nadi, dan seluruh jasadmu menjadi tak suci
Tumbuhkanlah sayapmu, hingga mampu berkepak sempurna. Lihatlah kakimu, sudah mencengkram kuatkah…..? itulah tandanya engkau dapat terbang…. Terserah padamu, kemana kau mau!.

Jika tidak, maka engkau adalah burung yang diam!. Hikmah dalam keheningan itulah yang kau punya!.



27. Si Peragu
Si peragu itu, permen dikulum: enak tak enak. Enaknya hati-hati menyatakan pendapat atau bertindak. Tidak enaknya pelan atau lambat dalam berbuat. Si peragu juga jarang menyakiti, karena dia hati-hati. Tetapi si peragu cepat menyakiti dirinya, karena lama berfikir, dan berhitung!.
Si peragu itu baik, mungin memperhitungkan dengan cermat, tingkat kebenaran, ketersinggungan orang dan hal lainnya. Dia yang menanggung beban ‘trial & error’. Karenanya si peragu cepat tua: karena selalu mempertimbangkan aspek-aspek estietika (kebaikan orang lain)
seorang peragukah….?



28. duka yang menyeruak
Duka itu luka. Hati yang terluka. Hati yang terlalu peka, atau sebaliknya tak punya hati. Hati yang terlalu peka, merasakan segala sentuhan ‘tragis’ sebagai duka. Yang tak punya hati, tak dapat merasakan apa yang dilakukannya telah menyebabkan luka…. Orang yang berhati peka, kadang menghilangkan arti rasionalitas, sentuhan rasa, bahwa yang dirinya alami adalah hal biasa saja. Yang tak punya hati, cenderung berbuat, dimana perbuatannya menyakitkan, ia sadari atau tidak.
29. door price
Ada yang berharga nilainya, ada yang sekedar memenuhi rasa senang. Tetapi memang menyenangkan mendapatkan gratis, tidak terduga hal-hal yang menyenangkan. Ingin mendapatkan banyak hal yang tidak terduga? Maka buatlah hidup ini tidak lurus dan monoton!.
Ingin mendapatkan hal menyenangkan….? Jadilah diri yang menyenangkan



30. akar dan buah
Akar dan buah adalah ibarat. Pohon yang rindang, dengan akar yang menghunjam dalam. Akar adalah keimanan, pengakuan keesaan Tuhan, dan menafikan hal-hal lain untuk menjadi Tuhan, merupakan suatu kemutlakan. Buah adalah akhlak yang baik, bukti dari keimanan . Tidak ada iman tanpa akhlak!





31. zuhud
Memiliki namun tidak memiliki. Mampu menikmati namun tidak menikmati. Membiarkannya singgah dan mengalir. Melepas ke laut luas
Seorang pengembara!. Secara sadar akan pulang ke rumah!. Membawa bekal taqwa lebih utama!



32. pasar gelap
Pasarnya jelas terang, ada pembeli dan ada penjual. Mengapa gelap…? Berbagai sebab, misal barangnya illegal. Dalam hal ini pasar gelap menawarkan harga yang lebih murah. Sebab lainnya, karena harga ditetapkan pemerintah, tetapi tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Pemerintah menerapkan harga murah, tetapi tidak diikuti ketersediaan barang. Harga akan naik!. Pasti!
Untuk tahu harga yang terang, pergilah ke pasar gelap. Harga di pasar gelap mencerminkan harga sebenarnya. Betul-betul terang



33. hari ini
Kemarin dan esok adalah hari ini. Kemarin akan menjadi hari ini. Hari ini menjelma esok hari. Fokuslah pada hari ini!. kemarin adalah irrelevance, besok adalah impian
: Hari ini fokuskan meraih impian!


34. Duka yang Menghimpit
Air mata yang jatuh dan tetes kata terlontar!. Kehilangan adalah tanda bahwa pernah memiliki. Memiliki adalah penerimaan dalam hati. Kehilangan menjadi suatu bagian dari hati. Terasa ada yang kurang
Duka yang menghimpit, adalah hati yang terasa sempit. Tidaklah mudah, namun hidup tetaplah mesti ada. Menghela nafas panjang, dan menghembuskannya dengan iringan lafadz-Nya, mungkin suatu cara untuk memasukkan oksigen-Nya, dalam hati….
Semua mesti terjadi. Himpitan mungkin menjadi beban. Suatu saat mungkin menjadi kekuatan: oksigen-Nya. Semoga tabah!


35. Datang dan pergi
Suatu yang datang, mestilah pergi!. Jika pergi, berarti pernah datang!. Kedatangan dan kepergian merupakan sesuatu harmoni, yang mungkin tidak dapat diterima!. Selalu diinginkan datang kebaikan, dan selalu diinginkan pergi kemalangan.
Mungkin suatu hari, keinginan itu tidak datang dan tidak pergi!. Jika itu terjadi, maka hati kitalah yang mendatanginya dan menyuruhnya pergi. Hati yang mendatangi dan menyatakan menerima apa yang terjadi, dan hati yang meyuruh pergi rasa menyesal dan sedih hati
Datang dan pergi, kawan!. Biarkanlah!





36. Ceker bis
Di setiap kertas paraf hitungannya, terselip rupiah!. Ia memperolehnya, dan ia harus memberi!. Dia pasti menyetujui pengurangan penumpang. Petugas bus mendapatkan bagiannya!
Tidak mungkin, pengelola armada bus tidak mengetahui!. Namun, faktanya armada bus tersebut semakin sejahtera, makin memonopoli transportasi. Mungkin nilai besaran itu masih dihalalkan atau dalam rentang yang ditoleransi!. Atau mungkin nilai tersebut disengaja sebagai insentif kerja, atau sebagai fasilitas?. Jika ada armada bus (pemerintah) yang bangkrut, tanyalah soal kutipannya. Bandingkan…..!.
Ceker dan petugas bus bekerja sama. Mungkin ini pelajaran untuk korupsi berjamaah. Korupsi harus berjamaah, bekerjasama!. Sudah dikorupsi saja, PO Bus nya masih sejahtera?. lalu mengapa bangsa ini makin tidak sejahtera?. Tanyakan besarannya…..!


37. Petugas Pintu tol
Apakah uang yang kau himpun, ataukah mobil yang kau hitung?. Duduk terpaku, pada posisi yang sama!. Asap, kebisingan mengitarinya. Bagaimana jika malam tiba? Apakah tidak kau kedipkan mata?
Bagaimana kau tiba di tempat kerja?. Ternyata, Pintu kantormu ada pada area non tol!. Namun, terkadang, kau juga mengajarkan kami, naik turun di tempat yang tak resmi. Tak mengapa ini jalanmu, dan biar kami tahu untuk meniru.



38. Menanti
Menanti waktu yang datang, adalah waktu yang pergi. Detik yang diharapkan, terlewati detik demi detik. Lambat semuanya. Cepat perasaan dan pikiran, berpindah-pindah suasana
Menanti yang tidak pasti, pastilah terasa menanti. Menanti yang mencemaskan, cemaslah yang selalu dinantikan. Betapa menanti, sangatlah nyeri…..
Hhm…. Malaikat maut pasti datang, apakah daku menantikannya?


39. koin
Dua sisi dengan nilai yang sama. Dua sisi dengan gambar beda. Kebenaran nilainya tertera tegas dari angka yang dicantumkan. Keindahan gambarnya, tampak dari dua simbol yang berbeda.
Kebenaran milik kita semua, jika memang ‘jelas’ benarnya. Terang benderang!. Perbedaan milik kita semua, menjadi simbol dan keindahan
Koin isyarat hidup. Kita memiliki kebenaran hakiki. Kita juga memiliki simbol perbedaan yang indah


40. yang kita punya

yang membuat bahagia, adalah yang kita punya. Karena itu yang dapat dinikmati. Yang membuat sedih, yang kita angankan. Karena mungkin kita terpenjara impian. Yang membuat lebih berbahagia adalah anganan yang kita realisasikan. Karena yang ‘memabukkan’ sudah dimiliki. Yang membuat sedih adalah realisasi kita dalam anganan. Karena menjadi hari lebih panjang….
Yang kita punya, syukurilah. Yang terealisasi, sukailah…. Banyaklah yang kita punya, banyaklah yang terealisasi….




41. bahasa angin
bahasa angin menyebar kemana saja. Hingga jauh!. Terdengar sayup-sayup!. Tiada jelas, mungkin suram. Mungkin juga sekedar menerbitkan harapan. Hingga tiupannya usai, yang tersisa hanyalah perih. Tergantung pada langit-langit hati, pikiran. Hhm…. Siapakah gerangan yang tega, memberi bahasa angin. Meliuk ke kiri-ke kanan…. Hhm….. adakah ia juga seperti angin, ataukah ia pohon yang menghembuskan…..?. keduanya tiada beda, sama menyisakan duka!


42. mercusuar
menara lampu yang tinggi. menjadi pemandu di lautan. memantau tempat-tempat yang jauh. Mercusuar itu lampu sorot. Sorotannya menyilaukan mata dan sangat jauh. Sayangnya tak dapat menerangi yang dekat!.
Mercusuarkah kita?. Diagungkan oleh yang jauh, tetapi tidak dianggap oleh yang dekat.
Sesungguhnya, merupakan kesedihan hidup


43. Upaya lebih
Upaya lebih diperlukan untuk mewujudkan sesuatu yang baik atau yang dicita-citakan. Lebih keras kepada diri, lebih cerdas, lebih cekatan, lebih disiplin, lebih berkorban. Jika tidak ada upaya lebih, maka dapatnya akan kurang. Kekurangan ini akan terakumulasi berupa ketidaksempurnaan, atau kegagalan. Kata-kata ‘hampir’ atau ‘jika’ menjadi suatu petunjuk gagal, akumulasi dari kekurangan. Tidak tahu detail itu juga merupakan upaya yang kurang.
Memang mudah untuk menyatakan ini, cukup satu alinia. Untuk mewujudkannya, perlu lebih dari seluruh halaman kesabaran!


44. Berkelahi orang besar
Pernah lihat berkelahi orang besar? . Coba lihat di infotainment, layar kaca dsb. Keduanya tidak pernah ada. Yang sibuk memberi pernyataan adalah orang yang dibayar!. Beradu argumentasi, menangkis, memikirkan kata-kata tajam, dsb. Mungkin yang berkelahi, sedang minum kopi bersama!
Mungkin juga yang dibayar cuma berpura berkelahi, karena dari situ dapat bayarannya. Makin lama berkelahinya makin banyak bayarannya (beda banget dengan orang kecil, yang makin bonyok). He3x… mungkin setelah itu sama-sama juga minum kopi bersama
Lalu kenapa mereka berkelahi kalau Cuma caranya begitu? Sebenarnya keduanya berkelahi, cuma malas saja berkelahi benaran. Karena berkelahi bohongan saja menyiksa, apalagi berkelahi benaran. Tidak ada untungnya,
Ingat dilarang berkelahi setelah membaca….


45. Berkelahi Orang kecil
Pernah lihat berkelahi orang kecil? Hhm…. Seram, nafsu saling mengalahkan dengan cara yang paling kasar sekalipun. Ada yang persoalannya cuma uang Rp1000, pergeseran lahan usaha (parkir), tersinggung, mabuk, dsb. Gesekan itu betul-betul digesek dan tergesek…. Padahal setelah perkelahian, tidak ada yang diuntungkan. Yang satu masuk rumah sakit, dan kesulitan biaya pengobatan, yang satu masuk penjara, meninggalkan keluarga yang tambah semrawut, karena berkurangnya pencari nafkah.
Wahai rakyat kecil, sudah jangan berkelahi sesamamu!. Cukup Berkelahilah dengan waktu, dan berusaha membebaskanmu sebagai orang kecil. Semoga keturunanmu menjadi orang besar!









46. daur hidup
Jika kau renda waktu di saat senja, janganlah kau harap mentari cemerlang adanya!. Ada baiknya, sampaikan pada bulan, menemanimu saat rebahan!. Jangan lagi kau harap cahyanya, menemanimu menuai padi! Sebab, saat ini, kau bukanlah petani lagi!
Jika fajar tiba, jangan kau tolak dengan segala daya. Jangan sampaikan keluhmu, karena mentari akan melelehkannya! Kau pacu saja hasrat untuk berkeringat. Semesta akan menghirup aromamu, jangan kau ragu…! Kau menafasi, kau harusnya mensyukuri….
Kedua waktu itu akan tiba. Jangan tanya bilamana. Katakan saja aku ada!


47. jangan tergesa
Jangan kau kejar hembusan angin. Dia pergi tergesa-gesa!. Seharusnya kau tunggu di gubuk sana. Sesaat angin akan singgah. Dan kau sudah rasakan: berdua bersama angin
Pergilah segera; bawa bekal jangan lupa. Sebelum angin beranjak, kau sudah tiba. Kau hanya perlu menyapa: bertanya kabar sekadarnya!



48. harmony
Bermandilah dengan peluh hingga lelah. Dan tertidurlah dengan lelap. Basahi waktu dengan bekerja, tuangkan bercangkir-cangkir keringat, hingga seluruh otot menyerah!. Rebahkanlah segala kepenatan, siramlah dengan sinar rembulan
Tuhan mencipta dua warna; kita harus memaknai serupa!. Selaras dalam warna; sejajar dalam langkah; seirama dalam lagu hidup: bersama_Nya.
Seperti siang yang menerangi……. Seperti malam yang menaungi. Seperti itulah hendaknya kita berada



49. telat Kawin
Seperti memburu angin, kerja dan karir. Seperti sesuatu yang sangat tinggi sehingga harus bersiap melompat!. Hup…. Jatuh di tempat!
Hidup yang nyata namun nisbi!. Makanan, olahraga dan libido ada!. Lalu pergi kemana ketiganya?. Mengapa tak dilabuhkan pada sesuatu yang halal saja….? Ataukah itu sesuatu yang sulit. Ataukah itu sebagai residu dari memburu angin…?
Semestinya itu bagian yang harus diburu. Salah satu pencapaian hidup. Agar bermakna
Kawinlah anak muda, jangan sendiri saja…. Semoga lebih berbahagia!



50. hormatilah Tuhan
Dengan lantang, ia teriakkan, langit akan diruntuhkan!. Di tepi laut, ia beri tahu ikan-ikan; airnya akan disusutkan! Ia memercayai, ia memiliki kekuatan
Di suatu siang yang menyengat. Ia terdampar di lautan pasir!. Airnya telah disusutkan dan ia kehausan!
[Tak usah kuceritakan; akhir cerita ini]





51. Langit dijunjung
Junjunglah langit, karena dia menaungi! Di bawahnya bumi menghidupi!. AnugrahNya. Dituai ketam demi ketam kebaikanNya. Ada baiknya dipahami, inilah bumi kita. Jangan dicela!
Carilah bumi lain, lalu kau diperkenankan menggantikan langitnya!



52. sepotong senja
Sepotong senja masih tersisa/mungkin memang disuakan untuk kita/ menikamkan rindu pada sinar memerah/ dan pada secangkir kopi aromamu terhirup sudah/ aku menghitung bulir pelangi/semburat warna senyummu menghampiri/ pada kanvas waktu dan cinta/potret yang kita punya/
pada sepotong senja/ warna memerah seperti rona wajahmu tersipu malu/membiaskan rindu yang mengikuti waktu/ dan kita bertukar tatap/bercerita dengan makna, bahwa kita pernah saling ada/ tak ingin memungkiri dan dan tak ingin mengakhiri /
pada sepotong senja/ pada buram cahyanya bayangmu terperangkap disana/ aku lihat dgn nyata; dalam pejam mata;kau sapa tanpa kata; hanya dengan cinta/ kusimpan itu sebagai lukisan dibingkai waktu sebagai kenangan./
Pada sepotong senja kucoba memutar kisah/ tak pernah menyesal akan mulanya/ dan akhirnya adalah mulanya pula



53 Anakku
Mentari tertahan di matamu, saat demi saat aku berkaca. Seperti hidup dan cinta, sonata wajahmu menceritakannya. Aku selalu bernafas, menghirup namamu sebagai do’a, dengan hela harapan, sebongkah cinta yang memang ada.
Ada banyak pagi kusapa, jalan berliku yang berlalu, senja kuraih tanpa perih, hanya karenamu. Mungkin sebongkah surga, berpendar pada dirimu, karena kutahu rasa itu, Ia yang menitipkannya. Mungkin dapat kau mengerti, walau tidak hari ini.

Aku ingin melangkah jauh, kuharap kau melanjutkannya, seperti pelaut yang melempar sauh, kau daratkan pada_Nya. Karena padamu, aku dan Tuhanku selalu bertemu!.

Anakku, jika saja engkau menangis, telah sempurna hujan hidupku, dan aku menanam kata dalam diamku, menjadi belantara tak terkira! Akan kugoreskan selalu namamu, di setiap tangkai daun, hingga oksigen yang terhirup kuyakin itu dirimu! Aku bertemu Tuhanku, kusebutkan namamu, semoga Ia melontar cinta, mengikat kita di dalam surga, selamanya! Aku mencintaimu, anakku!



54. Cinta Yang Berembun

Di hamparan lembayung yang bergantung; sebongkah cinta telah merundung; menelusup pada malam dan menjadi bintang yang tak temaram. Di hamparan putih dan beningmu, telah terperangkap waktu; tak dapat pergi; menjadi gurat mentari ;dan hari tersibak dengan indah.

Angin menebar irama; mengirim lagu pada gelombang; mengetuk pagi di sebrang sana dan surya yang lembut. Betapa indah!



55. Kerinduan
Kerinduanku, kerinduanmu, Kerinduan_Nya. Kerinduan yang kita punya. Ketika jendela terbuka, semerbak harum menyapa, jiwa bergemuruh penuh, mewangi diantara kita, pada setapak waktu yang disentuh, dibingkai sesuatu nan tak jemu
Kerinduanku, kerinduanmu, Kerinduan_Nya. Menari bersama bayang senja, diasuh purnama lekat kata demi kata, mata demi mata, terlelap berdekapan jiwa, menyentuh ufuk bukan fatamorgana. Waktu tak perlulah berputar, kerinduanku sudah berpendar!. Menyelinap di tiap dahan cinta, mengetuk pintu pada waktu yang selalu sama: dan simpanlah kiranya!
Kerinduanku, kerinduanmu, Kerinduan_Nya. Kerinduan yang kita punya!. Mengaliri nadi, enrgi hari. Ketika tersapa pagi, mentari dan kenari menemani, tuangkan puji akan nikmat hari ini. Merasakan rindu dan merindu cinta adalah anugrah. Menyebarnya dalam kepingan waktu adalah rindu, sampaikan padaMu. Jemput aku sepenuh cintaMu
Kerinduanku, kerinduanmu, Kerinduan padaMu. Terpahat pada tatap mata, kueja dalam hela nafas, karena katup bibir tak kuasa mengatakannya, berlomba berebut kata. Kerinduanku bukanlah ilusi, meski kutahu tak selalu disisimu. Dalam tidur lelap kuberharap, rasa rinduku pernah kau tahu
Kerinduanku padamu: Tuhanku!









56. Ditaburi Cinta

Dapat kau rasakan bintang yang ditaburi cinta, cahaya benderang namun lembut, warnanya terang tak menyilaukan, menatapnya seperti cermin di tempat tinggi. Jika bintang pergi di pagi hari, ia melangkah pelan dan pasti, jejaknya masih disisakan di kepingan hati, disimpan dalam ruang yang kokoh, tersembunyi, dan dalam kesunyian menjadi sinar terang, seperti bintang!

Dapat kau rasakan ketika mentari ditaburi cinta, warnanya seperti pelangi, hingga kanvasmu sempurna. Oleh warna yang ada. Sekujur tubuhmu berbisik, bergetar pesona dan pancaran rasa seindah pancaran warna. Senja tak akan pernah tiba, harimu selalu baru saja dimulai!. Ditaburi cinta pada bulan, pada mentari, cahaya lembut dan warna-warni: sempurnalah!



57. Pisau Belati
Senyummu adalah kedukaan, seringai yang lembut dan menelusup!. Menggoreskan waktu, meneteskan nanah, menepikan seujung cinta tanpa sisa Kata-katamu sebagai tuba, mengaliri nadi sekujur tubuh tersakiti, mantra diatas mantra, seperti doa para durjana!. Diammu pun sembilu! Berkilap disapa cahaya, aroma kematian disebarkannya. Tangis telah menjadi lagu pilu, pada pesta derita oleh sentuhanmu. Karat menikam senjamu, namun kau tetap belati Kaulah pisau belati itu. Kau tahu rasa tajammu, pada satu waktu: kuharap begitu!



58. Jakarta

Tua di jalan; di jalan tua!. Orang tua tua di jalan tua. Tua tua jalan; di jalan tua…. Jalan tua, orang tua, tua tua di jalanan…. Jahanam!



59. Asimetri


Kukirim noktah pada hatimu, kau bingkai dengan segala sayang, kecil, pekat dan nyata, bening oleh biasmu. Terlantun sumbang, kau dengar puisi cinta, bernas dalam sukma. Kukayuh menjauh perahu retak, di pulau harapan kau menantikan. Kuhembuskan udara bertuba, kau sambut dengan do’a, seluruh sukma luruh dalam; dalam lirih dan perih kutahu kau tak keliru!.



60. Koes Plus Bersaudara
Tersembunyilah waktu oleh mereka, tertahan dalam alunan indah. Sesaat ketika hari tiba, dan memulaikannya, sebuah nada pagi yang indah. Dia telah memulai lama, dan tak pernah mengakhirinya.
Aku mencari tahu, satu demi satu! Dan kukumpulkan kekaguman itu. Suatu anugerah yang disempurnakan, melalui talenta yang menjadi karya. Suatu kekayaan ruhani, penghiburan bagi manusia, selamanya

Terungkaplah kegembiraan, demikian pula duka lara. Tersajilah pengharapan, sebagaimana penyesalan. Tersempurnakanlah pujian, juga pemahaman akan kenistaan insani. Itulah bahasa hakiki; dia memilikinya

Dia menutup malam, dan menemani kelelahan. Dalam rebah menuju kelelapan, tersenandunglah doa suci. Dia telah menemani jauh, dan selalu: Koes +






61. Temanku

Kata yang bersahaja menerobos pintu hati manusia, ia miliki. Ia menatap dalam pejam, berbicara dalam diamnya dan menyampaikan senyuman. Ia menyentuh dan mengusap hatiku sepenuh hari. Sesaat sebelum senja tiba, ia menghentikan langkah waktu dan menitipkan satu bingkai: inilah figura kenangan, untukku, yang sempat kumiliki. Dia memberinya lebih dari hatinya, untuk disampaikan pada_Nya lewat aku. Tuhanku, Engkau tahu jasa temanku dalam hidupku!



62. Hujan Cinta

Senja memerah dan kopi panas, terhirup aromamu dan lembayung menggambarkan semua. Sehela nafas dalam dingin, terasa hannyat karena bayangmu. Terurai dan kembali padamu, demikianlah kiranya. Seperti pemabuk yang dahaga, mengais harapan dalam kelupaan dan sisa cinta yang tertuang, bersimbuh dalam lelah, berharap kata terakhir adalah do’a; hujanilah cinta, pada jendela senja, tempat aku menuang kopi, merajut wajahmu. Hujanilah….. hujanilah….



63. Pengejar Nyawa

Menderu diantara bis, memasokkan segala keberanian. Berpacu ketrampilan dan dalam satu helaan nafas, kengerian!. Seperti bermain di atas roda, ditemani pengab udara dan satu dua kisah ketragisan. Terus memacu sampai waktu menghentikannya!



64. Tuhanlah Yang Tahu

Tuhanlah yang tahu yang kita tidak tahu, dan kita mengetahui hal ini. Tetapi mungkin saja kita pura-pura tidak tahu; atau kadang menganggap Tuhan tidak tahu!. Dalam ketidakpengetahuan Tuhan-lah kita tahu, bahwa kita dapat menjadi ‘tuhan’

Tuhan tahu apa yang kita tahu, dan lebih tahu! Dalam pengetahuan kita, kadang kita tahu Tuhan tahu, namun seringkali juga kita merasa Tuhan tidak tahu!. Dengan perasaan itu kita pongah menjadi ‘tuhan’ dan seringkali benar dengan segala sikap yang kita agungkan

Tuhan tahu yang kita tahu dan tidak tahu. namun Tuhan tak pernah menunggu!. Dia hanya berisyarat agar pengetahuan kita, sebaiknya berlari di jalan-Nya. Ketidaktahuan kita pada-Nya, mungkin akan mengantarkan pada pengetahuan hakiki….. dan pengetahuan kita pada-Nya, mungkin akan bermuara pada ketidaktahuan: ada pada titik nadir, semua dalam sabda-Nya; itulah pengetahuan!

Yang baik adalah kita tahu!. dan yang juga baik adalah kita tidak tahu! dan yang terbaik adalah tahu bahwa Tuhan Tahu!







65. Kasih ibu

Mata air yang tiada bertepi, dari sumber yang sangat jernih!. Menelusup ke segala sendi, menggerakkan dan mengairi. Amor, dari percikan hingga letupan: sungguh amor!
:Asal dan usul kehidupan, ibu!



66. kasih ayah


lelaki tertangguh adalah ayah. Ia menahan mentari dari senja!. Peluhnya karna terik, telah menjadi sungai kehidupan!. Kau dapat membasuh muka, sepuasnya, seharusnya, karena nanti sungai itu memantulkan wajah yang selalu tersenyum!

Kau berharap itu wajahmu!. Dan kau tersenyum! Kau berharap mentari terlelap, krn seharusnya malam memang ada!. Kuharap, memang demikian adanya!








67. Sakit

Suhu meninggi dan pikiran menurun. Sesuatu tidaklah lagi bernilai sama. Bergelantungan segala rupa, rupa-rupa hampa asa, atau terasa duka

Suhu menurun, dan kelupaan meninggi. Segalanya seperti sama, tanpa makna!. Sunyi diiringi sunyi, hingga ketika semesta menangis, kesunyian telah menjadi sempurna!
Sakit yang sempurna: kematian!



68. kedalaman dan ketinggian

Di kedalaman laut kita menemukan ketinggian ciptaan Tuhan. Di ketinggian gunung, kita menemukan kerendahan diri kita…. Diman saja kita berada, kemana saja memalingkan muka, disitu ada ciptaan Tuhan: Maha Sempurna!



69. Menunggu Waktu
Kau tunggu aku di pintu cintaMu. Kudatang dengan segala benci. Ketika rinduMu memanggil; aku berseru dalam gigil;tak kukenali Kau dalam buluh darahku. Kini hujan, merayap menyergap potongan senja, dan tiba pada tanah basah. Tak berdebu, dan menyelinapkan rasa dingin: mengurungku!. Aku masih tak menanggung rindu.

Menunggu waktu ketika Kau memanggilku; di pintu yang terbuka; aku masih saja enggan melangkah; dihujani kasihsayangMu; aku masih dengan segala marah; melontarkan kepongahan: megah dan merana!. Kau masih menunggu dengan sabar; pada pintu yang beruntai cinta. Kuharap kumengerti: menunggu waktu dengan tiada sesal



70. Hujan di terik hari

Kupahat Kau dalam bayangan, agar dapat kurasakan Kau dengan berlebihan. Ketika dahaga memanggil, kutuang harapan dengan segala gigil, kureguk dalam mabuk, bercumbu dalam bayangMu. Kuukir Dikau di atas air, dan arusnya menebarkan namaMu, sepanjang sungai, kuharap kubasuh wajah di situ, dan kuhirup aroma embun. Seterik ini hariku, sehujanlah kasihMu, kubawa hidup pada padang tandus, Kau beri oase di sudutnya. Biarlah kupahat dalam gumam, kubisikkan dalam diam, hidupku: hujan di terik hari!








71. Sang Pemberani

Ia berbicara dalam diam, menatap dalam pejam, dan melambungkan kata dengan perbuatan. Barisan seyumnya dipahat di sekujur tubuh, hingga setiap hal tersentuh kelembutan. Kulitnya dari baja, kakinya dari baja, tangannya juga, namun hatinya dari sutra. Matanya menyimpan air dengan jumlah tak hingga, dan mengalir menjadi sungai kasih sayang. Ia mengalahkan segala duka dan kesulitan, oleh tekad dan hatinya. Sungguh sang pemberani!

Dan gerimis menangisiku, di senja yang terbuka, aku tahu kelamku nyata!. Kulukis dalam pekat, duka di atas luka, mata yang jauh dari pandangan cinta



72. jauh dan dekat

Jauh dan dekat bukanlah jarak, melainkan ingatan!. Ingatan mendekatkan ribuan mil jarak. Mengubahnya menjadi kenangan, terbayang, terasa ada di pelupuk mata. demikian dekat sampai terbawa ke tempat tidur…. Mengikuti setiap langkah!

Siapakah yang dekat denganku? Adakah yang mengantarkan ke kebaikan yang kekal…?



73. sembilu

Kata-kata sangat tajam….. bekas tusukannya sangat dalam… . Ketika marah, dan ingin menunjukkan kemarahan, kata-kata menjadi senjata… kata-kata juga sangat mudah! Terluka dan terluka, sakit dan sakit…. Tak adakah yang mampu menahan kata-kata….? Tak inginkah menahan kata-kata….? Terbiasakah disakiti dan menyakiti….? Kata-kata adalah sembilu… bersama garam, menjadi sangat perih!. Janganlah hunjamkan berkali-kali!


74. air mata

Air mata adalah tanda. Juga menunjukkan jati diri manusia. Berbahagialah yang memiliki banyak persediaannya: semakin manusiawi! Apa saja yang terjadi dalam hidup, ekspresi lebih, maka air mata adalah tandanya….

Sudahkah kering air matamu….?


75. milikilah….
Milikilah, Jika mampu memiliki!. Milikilah buku yang disuka. Karena buku memberi kenangan mengesankan. Milikilah buku yang dianggap penting. Karena buku mungkin menjadi bagian hidup. Milikilah apa yang diinginkan. Kepapaan adalah jika tidak memiliki. Selagi dapat kaya, jadilah kaya. Milikilah….. namun jangan memaksakan






76. Atas nama hidup

Atas nama hidupkah kau hitung deru motor, kau rayu waktu untuk menyapa….? Atas nama hidupkah kau teteskan cuka di matamu….? Sepanjang hidup, kau menangis dan sungai kegetiran membentang jauh hingga bermuara di setiap lekuk hatimu! Atas nama hidupkah kau harus merasakannya….?

Atas nama hidupkah engkau hidup? Apakah Ia tak memberimu hidup? Hidup yang benar-benar hidup: ketika kau katup mata, maka kau dapat mimpi yang indah!. Setidaknya pernah kau miliki, keindahan, meskipun mimpi, namun nyata indah!

Wahai yang mengatasnamakan hidup…. Hidupmu milik-Nya!. Jangan kau sendiri!



77. Sepongah rasa

Sepongah rasa tertuang dalam cangkir hujan, ketika senja dicabikkan, dan deru malam mulai berkejaran, di lautan, angin mengirim sembilu, gemintang menghitung airmataku, atas cinta atas duka atas rasa, tiada daya
Masih menari bersama gelombang, kapal yang terasa malas menyebrang, sepongah rasa menerjang, menyekap kekeluanku, dari cinta atas rindu, waktu yang telah tersungkur jauh, menikam malam hingga kalbu. Termangu, memungut sesal, berserakan seperti buih lautan, terharu dan berpendar, seperti burung yang berlepasan.

Sepongah rasa, sedekap duka, dari perih hingga pedih, atas cinta yang tak tertuang sudah, cawan yag hampa, berlari ilusi bersama gelombang, terhempas wajahmu yang memanjang, siluet yang tak jelas, yang terhempas, yang kupunya!. Masih mencoba menerka, apakah duka memang yang kupunya, berharap bertukar rasa, walau belum lagi pagi menjelma.

Di lautan, kesendirian, merenda lukisan kesalahan, semoga pada kanvas penyesalan!. Meskipun terlambat, setidaknya masih kupunya: kuharap ada pemaafan, meski dari diriku saja!



78. Lemon model

Seandainya ada campuran buah, dengan rasa manis dan asam; lalu termakanlah olehmu yang asam; maka akan berpendarlah rasa kecewa!. Tak ingin lagi menikmatinya; kecuali dengan harga yang lebih murah! Tak dapat menjadi lebih murah, kecuali bertambah banyak buah yang asam….
: barang yang buruk menendang barang yang bagus!
Tetapi jika engkau mutiara, tentunya kilaumulah yang menyatakannya!. Dan kau tahu dimana mesti berada!



79. A Place for commuter

Sebuah tempat, berjejer jasa penitipan kendaraan, sejak pagi, bahkan sepanjang hari. 24 jam!. Dan kommuter menggapai biskota, terlelap dalam himpitan keringat, membawa ke ‘pengap’ Jakarta. Demi sekepingan hidup, keniscayaan yang masih dimiliki

Sebuah tempat, berjejer kepingin hidup! Dihirup dupa demi dupa. Teman yang menemani, minum kopi atau makan nasi: asap knalpot!.

A Place for commuter: Bulak Kapal!



80. Berkah berbuat baik

Berjalanlah di hutan kau temui aneka pepohonan memberikan kesejukan. Pergilah ke sungai, berenanglah dengan warna warni ikan. Siapakah yang mewarnainya siapakah yang meletakkannya ?

Pergilah ke Timur, pergilah ke utara, kau temukan berbagai hal yang mengesankan! Kadang kau temukan seonggok kebaikan….. siapakah yang meletakkannya, siapakah yang memberikannya padamu?

Kau dan Tuhanmu!. Berjalanlah kau pada jalan-Nya!







81. No Hope

Tak punya harapan itu menyenangkan!. Selalu mendapatkan!. Memulai dari ketiadaan maka mestilah berakhir dengan ‘keberadaan’. Hanyalah diperlukan memulai dan memulai, bukan berharap dan berharap!
Berusaha memulai dan memulai berusaha. Tanpa harapan! Keniscayaan, bayang-bayang beriring dengan sesungguhnya. Waktu tak pernah berhenti, keniscayaan mencatat keberadaan kita. Keringat yang menetes, menjadi ‘oli’ bagi jalannya
Tak pernah berharap tak akan pernah kecewa!. Selalu memulai selalu mendapatkan!. Sekecil apapun: itulah kesempurnaan, anugerah yang berbulir!. Mari nikmati!


82. my teacher
(kepada Ibu Sri Ana Utami; SMAN 1 Pringsewu)

Demikian Tuhan menciptakan keindahan! Pada untaian kepribadian. Ketika baris demi baris keramahan, ia suguhkan. Bahasa tubuh dan tutur kata, terkelola dengan sempurna. Tulisannya indah, seakan hendak ia lukiskan. Perhatiannya penuh, seperti purnama yang berkilau

Demikian telah ada dalam hidupku, seorang guru yang terkenang selalu!. Mungkin waktu berjalan jauh. Tetapi tetaplah lekat tak hendak pergi!.
Mungkin juga ia telah pergi jauh…. Semoga keindahan tetap ia miliki!



83. Samurai
(kepada Bapak Bagaskoro, Kepala Sekolah SMAN 1 Pringsewu 1983-1986)

Sebuah sekolah dengan murid gengstar! Berkumpul dari kampung-kampung hanya untuk menunjukkan geng star! Perilaku tidak terpuji saling dipujikan! Aroma jahiliyah terhirup kental!
Pagi tiba bersekolah di kantin, hingga usai!. Membawa sebuah buku di kantong celana! Berkelahi menjadi mata pelajarannya. Pulang seperti yang lainnya. Orang tua mereka seperti tak mengerti. Sekolah yang identik dengan tak berpendidikan

Adalah sebuah samurai yang mengakhirinya! Pria pendek, cukup gendut dan berwajah bundar. Kata-katanya seperti mantra, tepatnya seperti lagu!. Tatapan matanya samurai; dan kaki tangannya samurai juga!. Keteguhan hatinya adalah samurai lainnya. Ia benar-benar samurai, aku tak tahu apakah ia memang terlahir seperti itu

Mengalahkan para gengstar. Mengembalikan makna sekolah. Mengubah aroma jahiliah menjadi aroma parfum! Wangi hingga saat ini….
Ijazah SMA ku ditandatangani oleh samurai…..! semoga Tuhan, menerima hangat samuraimu



84. Haji Zalim
Ada Al haj, yang pergi atas biaya pemerintah!. Uang rakyat! Ada pos naik haji? Itulah yang merusak agama! Haji bagi yang mampu, sebagai kewajiban terakhir!. Kewajiban individu, jangan dialihkan!. Masih banyak persoalan rakyat yang lebih pantas dituntaskan dibandingkan naik haji.



85. Perokok = Pembunuh!
Di kalangan rakyat (miskin) pengeluaran rokok, lebih tinggi dibanding investasi untuk pendidikan!. Miskin, tidak sehat dan bodoh! Sempurnalah lingkaran setannya!. Anaknya telah diarahkan menjadi ‘setan’.
Segeralah dibentuk Densus 89! Bunuhlah rokok!






86. Senja merah jambu

Senja merah jambu/wajahmu tampak disitu/pelan-pelan kutunggu waktu/untuk senja seperti itu/ Seperti rona warnanya/ kuharap demikian pula wajahmu disana/ agar seluruh senja/kutahu dirimu ada/ Tak kucari lagi/ di lain hari/karena kutahu senja seperti itu/ selalu ada setiap waktu/



87. Sollitaire Addict
Penyakit!. Tombol bagi komputer!. Bagi lainnya menjadi listrik!. Sepanjang waktu menerangi dan menemani!.
berharap hal yang tinggi, bekerja solliataire addict!. Benang basah, tak mampu berdiri!



88. Beli Barang baru
Berilah yang baru, untuk menghormati dirimu!. Karena dirimu sungguhlah mulia. Jangan manjakan dirimu dengan selera, air liur yang mengucur, sehingga kau puaskan dirimu dengan yang bekas! Hidupmu sungguh tak berkualitas!. Tahanlah….. uji sebisanya!
Jika tidak terpaksa!




89. Terlalu gaya
Jangan rubuhkan rumahmu dengan paku, kelak kau tak bisa berteduh!. Paku yang besar dan megah, tentunya berrumah yang sama!.
Jangan kau banggakan pakumu!. Karena tajam dan melukai. Kau harus pelihara dan tempatkan pada tiang!. Kau pancangkan tiang; pakulah disitu! Ingat pakulah yang menguatkan tiang! Kelak kau berrumah sempurna. Tiang-tiang yang kuat, menyangga atapnya!



90. ½ Isi
½ isi, ½ kosong. Yang berisi yang juga kosong!. Banyak bicara. Jika ditanya alasannya, jawabannya akan berputar-putar di angkasa. Mengawang, kosong!. Perlu turun ke bumi, berisi
Sedikit berfikir. Tidak tahu hakekat, hanya sekedar habitat!. Seolah-olah ada pada habitat berfikir! Sekedar menghirup aroma kopi!. Tak pernah merasakannya!







91. Sabar
Sabar itu ada batasnya, bagi orang yang tak sabar! Orang yang kehilangan kesabarannya, karena memang sebenarnya tidak sabar!
Bertindak sesuatu bukanlah karena hilang batas sabar. Tetapi, mungkin, karena memang sebaiknya bertindak! Melakukan banyak hal bukan karena tidak sabar. Tetapi karena sabarlah harus melakukan itu
Melakukan pukulan pada si penganiaya, adalah bentuk kesabaran! Pukulan yang menyadarkan dan tidak berlebihan.
Yang selalu sabar…., Mas Sabar


92. Do’a dan usaha
doamu adalah usahamu! Usahamu adalah doa. Berdoa berarti berusaha, dan berusaha itu bagian dari do’a



93. Tips
Berilah kesenangan dengan senang. Karena itu akan menyenangkan. Berilah sekadarnya, sebagai bagian tak terduga!. Yang tak terduga menyenangkan sungguh sangat menyenangkan!. Langit-langit juga akan penuh dengan senyuman. Sanjungan dan doa saling berkejaran menyapa malaikat_Nya.
Tak perlu ragu itu tak suci! Kau berilah dengan hati. Kepada siapa saja yang telah bekerja. Sungguh-sungguh menunaikan amanahnya!. Mereka yang tidak mencari cela, atau memanfaatkan situasi yang ada!
Kau berilah pada mereka yang tak kau kenal. Kelak dia harapkan pada malaikat, untuk mengetuk pintumu, membawa seberkas senyum. Kau akan simpan pada wajahmu dan terbawa selalu
Hal kecil yang menyenangkan. Lakukanlah



94. Klinik Herbal Islami
Tak terperi rasa kecewaku! Para dokter kau katakan sesuatu sebagai yang tak syar’i. bukan ilmuNya.
Dokter tak pernah menyembuhkan. Ia hanya berusaha mengobati!. Ia belajar dengan waktu lama dan sistematis. Ia dapat menjelaskan banyak hal, memuaskan, ilmiah dan bertanggung jawab. Ilmunya dikembangkan dan menjadikan manfaat bagi manusia. Dan lebih baik dari trapist!
Para trapist, anda harus rendah hati! Jangan menghukum orang pandai dengan ilmu bodohmu!. Jangan kau fitnah mereka seakan tak beragama! Jika engkau mengamalkan agamamu, maka seyogyanya engkau pun menjadi dokter!. Tak ada alasan lain!
Dokter pernah salah? Sudah pasti. Trapist pernah salah? Pasti sudah….!
Katakan saja, sebagai alternatif dari dokter!. Tidak lebih baik, tetapi boleh dicoba. Allah menyembuhkannya!



95. Dokter Oh Dokter
Pengalamanku, pun mungkin keliru!. Dekat rumah, klinik sederhana, putriku sakit batuk, kubawa kesana. Dokter memberi obat, dan kutanya google khasiatnya ?. Surprise, biasa dipakai untuk nyeri punggung dan asma!. Aku bukanlah dokter; hanya tercenung dan bertanya-tanya!
Kuputuskan pergi ke RS ternama, obat yang ada kubawa serta!. Dokter terheran-heran adanya, mengganti obat dengan lebih sederhana (pikiran awamku): maag, saluran pernafasan, parasetamol dan obat batuk
Mereka berdua kutahu lebih mengerti!. Kuharap mereka berdua lebih hati-hati!. Kuharap tulisanku ini, tidak membuat aku menjadi ‘Prita’.







96. Financial Engineering
Rekayasa keuangan!. Bukan mengubah yang miskin menjadi kaya. Sekedar menjaga kekayaan si kaya agar tidak meluncur bila terjadi musibah!. Asuransi!. Hedging (lindung nilai)!. Produk lindung nilai inilah yang dipilih. Inilah rekayasanya!
Tidak memiliki kepentingan tetapi melakukan lindung nilai? Benar-benar rekayasa!



97. Kuburan
Jika kau sedih, gembirakanlah dengan kuburan!. Datangilah, sekedar intropeksi hidupmu . Apa yang kau susahkan, kelak kau juga sampai kesitu!. Dan janganlah kau bawa dosa sebanyak-banyaknya!
Sesekali saja, kesana, sekedar signal yang ada!. Gunakan waktu di tempat hidup, karena disanalah kau bernilai. Nilaimu kelak kau bawa ke kuburan. Nanti, bukan saat ini. Sekedar mengingatkan hidup, bukanlah kau hidup di kuburan!.


98. Vespa Jelek
Vespa jelek, kau memang jelek dan bertambah jelek. Pengendara jelek dan segala asesorisnya!. Kenapa kau jelekkan wajahmu? Kau ingin, orang lain mengagumimu? Yang mengagumilah mestilah orang jelek, menyukai hal-hal yang jelek!
Bergegaslah mandi, dan benahi diri!. Ubah menjadi lebih berarti!


99. Nepotisme
Memilihmu, karena mengenalmu adalah indah! Karena aku tahu, kau tak kan menyusahkanku!. Karena padamu, kukagumi semua kelebihan, dan kuharapkan kau curahkan untukku!. Toh aku, temanmu, kepada siapa lagikah kau berbagi suka, seperti aku berbagi kepadamu!
Memilihmu adalah pilihan! Karena harus memilih yang terbaik!. Kutahu, kau tahu yang kumau!. Jangan katakan lainnya karena itu bukan bagian dari kita!. Seperti itulah kiranya, dan selamanya!



100. No Body Perfect
Setiap insan memiliki celah!. Yang tampak baik, satu waktu mungkin bersikap tidak menyenangkan. Pun sebaliknya, penjahat pun, satu waktu mungkin berbuat baik!. Kita bukanlah matematika. Relativitas selalu ada, walau, tak harus selalu menjadi pengukurnya! Yang terpenting, selalu berusaha menjadi lebih baik
Biasa sajalah!. Jangan berlebihan: menyukai atau membenci!





101. Asymetric information
Seringkali salah memaknai! Tidak mengerti atau salah berkomunikasi! Atau memiliki tafsir sendiri-sendiri! sering juga satu lebih memahami, lainnya ada pada sisi di sebrangnya!. Bercerita untuk hal yang sama, berkesimpulan beda!. Sengaja mungkin juga tidak sengaja!
Kemerah-merahan….. apakah warnanya?


102. Anak
Jangan kau katakan seperti melepas anak panah dari busurnya!. Pergi jauh dan tak jelas! Jangan kau panggil Tuhan untuk menyelesaikannya, semata-mata karena kau percaya Dia!. Tidak! Kau berdusta!.
Kau harus tahu, dari dirimulah ia mengalir! Kaulah yang membasahi!. Membilasnya dan mengeringkannya!. Kau harus kerjakan semua! Jangan hanyutkan ke sungai; bermuara pada takdir!
Karena kau percaya Dia; kau harus jaga anak panahnya! Panahlah pada sasarannya. Karena kau percaya Dia; kau harus muarakan pada maha karya. Itulah takdir bagi anakmu!
Jangan Kau hela nafasmu…..! berpaculah!



103. Fesbuk
Dimulailah oleh fesbuk dan diakhiri pula olehnya!. Segala remah-remah hidup disajikan dalam berbagai bingkai waktu!. Apakah itu perlu atau sekedar membunuh jemu; mungkin kau lebih tahu!
Mendekatkan yang jauh! Terasa dekat namun tetap jauh!. Menjauhkan yang dekat. Terasa jauh namun mungkin dapat tetap dekat, jika kembali pada esensi. Yang dekat nyata, lainnya maya walau mungkin nyata!
Banyak air mengalir; sumpah serapah dan juga segala puji!. Kata bijak tiba-tiba saja berpendaran! Terlalu banyak manusia yang mengatakannya!.
Fesbuk….. telah jadi wakil tuhan; tempat harapan dan keluh kesah dituangkan!



104. Pemulung budiman
Seorang memberi, lainnya berusaha menolaknya! Tetaplah ia berikan. Sekedarnya bagimu, namun kukira tidak begitu. Mungkin energi hidupmu
Di lampu merah; pengemis dan pemulung! Sungguh mulia



105. fhoto lama
Selalu bersama, hingga tak mampu merasa, berubah bersama perubahan!. Secara gradual berubah, sehingga tidak terasa berubah. Menyambung garis dari dua titik, dan mengikuti sepanjang garisnya, itulah sebabnya!. Seharusnya berada hanya ada diujungnya saja!
Wajah remaja dan kerut senja!







106. Pesantren Ouh…..
Kutunggu lama imam sholatmu barulah tiba!. Saluran airmu ada kotoran manusia! Terparkir di garasi, kendara dengan inisial pemimpinnya!. Belikah dan pesan di daerah?. Artiskah sehingga harus memuja (diri)?! Kau mengajarkan kerendahan hati, namun tak mengerti!
Kuharap berubah sudah kini, walau dalam ingatanku masih terpatri!. Pesantren Ouh…..


107. Firaun
Ketika kau patri namamu menjadi keabadian! Dan kau banggakan! Kau sangat inginkan masa mengingatmu. Padahal mungkin, pada satu waktu yang jauh, itu sekedar sebutan sendu!. Seperti penglana menghapus keringat!
Ragukah kau, akan bukuNya! Ketika catatan itu nantinya terbacakan! Bahkan mungkin, sungguh kau kagumi, tutur katanya! Lebih dari yang kau banggakan!. Diabadikan dalam ketinggian!
Firaun menyebutkan dirinya, membanggakan dan mengabadikan sendiri. dikekalkan oleh Tuhannya, menjadi kutukan!. Telah ditakdirkan demikian


108. Rhoma Irama
Burung pun bernyanyi bersamamu, riuh rendah karena merdumu. Ilalang mendengar syairmu, meminta angin menahan diri, agar bersama dapat menikmati!. Dan tersenyumlah semuanya, atas pujimu pada Tuhan semesta
Usiamu kini senja, titipanNya jelas nyata!. Jangan lagi kau nyanyikan lagu cinta, mabuk kepayang, sedang separuh jiwamu, berusaha memanggilNya!. Kelak, malaikat akan bersusah payah, menuliskan catatannya


109. Konsistensi
Kau lakukan berkali-kali, mestinya kau mengerti, itu bagian dari yang kau imani!. Baik kau lakukan!
Teruskanlah jangan menyerah!. Jangan bertanya bila kapan? Katakan saja; sampai waktunya!



110. Peliharalah
Setiap benda ada umurnya, jangan sia-siakan tanpa merawatnya!. Kelak, dia tak berguna, pada saat kau inginkan. Pun, mengkhawatirkan, jika dia mencelakakan!. Sayangilah…., sehingga kau pun merasa nyaman disisinya!. Bukankah itu tabiatmu pula ….?




111. sombong
Berasa Tinggi kebaikannya. Segala tampak rendah kecuali ia. Berasa rendah keburukannya. Segala tampak tinggi kecuali ia. Karena merasa istimewa!.
Di kegelapan tak akan tampak apapun! Yang tertutup, hanyalah menikmati senja! Pekatnya lekat!. Kelak tak akan mendapatkan Tuhannya!
Tak usah dipikirkan. Pun dirisaukan!. Ia hanyalah Titisan setan!









Kaki langit

Aku memandang hingga jauh, jatuh pada-Mu. Tertutup lembayung hingga pada_Mu. Berpendar bayang menyatu padaMu, dan kukumpulkan segala kekerdilan hingga besar padaMu. Kupandang jauh dan kurasa dekat, sesuatu yang hilang dan kutemukan. Mencoba jadi diri, mencari arti hidup, jauh di kaki langit, dekat di sanubari. Memandang jauh untuk mengerti arti dekat. Di kaki langi, dalam samar warna kumngerti warna aslinya: Tuhan lah segala Pencipta



Kopi Pahit
Disuguhkan kopi tuang demi tuang. Aroma demi aroma. Dihirup dan direguknya, dengan segala hasrat. Tanpa gula, sudah manis karena cinta!




Hasrat
Mungkin aku memendarkan rindu, mengunci benci dalam diam. Dan membiarkan mengikuti sungai, bermuara di laut. Dikayuh oleh ombak, disinggahkan pada pulau kesepian. Mungkin aku lepaskan temali dan berlari dalam perih, mencari luka yang kusembunyikan, hingga lelah!. Sampaikah hasratku pada langit tinggi, sedang jiwa tak pernah terbang?






4. Sepongah rasa
Sepongah rasa tertuang dalam cangkir hujan, ketika senja dicabikkan, dan deru malam mulai berkejaran, di lautan, angin mengirim sembilu, gemintang menghitung airmataku, atas cinta atas duka atas rasa, tiada daya

Masih menari bersama gelombang, kapal yang terasa malas menyebrang, sepongah rasa menerjang, menyekap kekeluanku, dari cinta atas rindu, waktu yang telah tersungkur jauh, menikam malam hingga kalbu. Termangu, memungut sesal, berserakan seperti buih lautan, terharu dan berpendar, seperti burung yang berlepasan.

Sepongah rasa, sedekap duka, dari perih hingga pedih, atas cinta yang tak tertuang sudah, cawan yag hampa, berlari ilusi bersama gelombang, terhempas wajahmu yang memanjang, siluet yang tak jelas, yang terhempas, yang kupunya!. Masih mencoba menerka, apakah duka memang yang kupunya, berharap bertukar rasa, walau belum lagi pagi menjelma. Di lautan, kesendirian, merenda lukisan kesalahan, semoga pada kanvas penyesalan!. Meskipun terlambat, setidaknya masih kupunya: kuharap ada pemaafan, meski dari diriku saja!


5. Sepotong senja
Sepotong senja masih tersisa/mungkin memang disuakan untuk kita/ menikamkan rindu pada sinar memerah/ dan pada secangkir kopi aromamu terhirup sudah/ aku menghitung bulir pelangi/semburat warna senyummu menghampiri/ pada kanvas waktu dan cinta/potret yang kita punya/ pada sepotong senja/ warna memerah seperti rona wajahmu tersipu malu/membiaskan rindu yang mengikuti waktu/ dan kita bertukar tatap/bercerita dengan makna, bahwa kita pernah saling ada/ tak ingin memungkiri dan dan tak ingin mengakhiri /pada sepotong senja/ pada buram cahyanya bayagmu terperangkap disana/ aku lihat dgn nyata; dalam pejam mata;kau sapa tanpa kata; hanya dengan cinta/ kusimpan itu sebagai lukisan dibingkai waktu sebagai kenangan./ Pada sepotong senja kucoba memutar kisah/ tak pernah menyesal akan mulanya/ dan akhirnya adalah mulanya pula!



6. Kerinduan
Kerinduanku, kerinduanmu, Kerinduan_Nya. Kerinduan yang kita punya. Ketika jendela terbuka, semerbak harum menyapa, jiwa bergemuruh penuh, mewangi diantara kita, pada setapak waktu yang disentuh, dibingkai sesuatu nan tak jemu Kerinduanku, kerinduanmu, Kerinduan_Nya. Menari bersama bayang senja, diasuh purnama lekat kata demi kata, mata demi mata, terlelap berdekapan jiwa, menyentuh ufuk bukan fatamorgana. Waktu tak perlulah berputar, kerinduanku sudah berpendar!. Menyelinap di tiap dahan cinta, mengetuk pintu pada waktu yang selalu sama: dan simpanlah kiranya! Kerinduanku, kerinduanmu, Kerinduan_Nya. Kerinduan yang kita punya!. Mengaliri nadi, enrgi hari. Ketika tersapa pagi, mentari dan kenari menemani, tuangkan puji akan nikmat hari ini. Merasakan rindu dan merindu cinta adalah anugrah. Menyebarnya dalam kepingan waktu adalah rindu, sampaikan padaMu. Jemput aku sepenuh cintaMu Kerinduanku, kerinduanmu, Kerinduan padaMu. Terpahat pada tatap mata, kueja dalam hela nafas, karena katup bibir tak kuasa mengatakannya, berlomba berebut kata. Kerinduanku bukanlah ilusi, meski kutahu tak selalu disisimu. Dalam tidur lelap kuberharap, rasa rinduku pernah kau tahu Kerinduanku padamu: Tuhanku!



7. Pengharapanku
Pengharapanku Embun menyingkap hari dan kemuning padi di sapa pagi, bulir senyum para petani, puji di langit tinggi!. Aku mereguk doa, menuang dalam cangkir-cangkir cinta, jiwa menari bersama cerah mentari, mekarlah hari!. Jika saja hari selalu seperti ini, waktu mengalir tiada kusesali, dan kepingannya penuh anugrah, terbingkai nyata. Tak ingin menjauh, hingga luruh! Sepotong asa yang masih ada, dari gurat bibir yang tak berkata, disampaikan oleh tatap mata: hidup yang menghidupi!. Itulah yang kuingini (sempurnakanlah aku seperti petani itu; merenda hari sepenuh puji)



8. Pisau Belati
Senyummu adalah kedukaan, seringai yang lembut dan menelusup!. Menggoreskan waktu, meneteskan nanah, menepikan seujung cinta tanpa sisa Kata-katamu sebagai tuba, mengaliri nadi sekujur tubuh tersakiti, mantra diatas mantra, seperti doa para durjana!. Diammu pun sembilu! Berkilap disapa cahaya, aroma kematian disebarkannya. Tangis telah menjadi lagu pilu, pada pesta derita oleh sentuhanmu. Karat menikam senjamu, namun kau tetap belati Kaulah pisau belati itu. Kau tahu rasa tajammu, pada satu waktu: kuharap begitu!




9. Anakku
Mentari tertahan di matamu, saat demi saat aku berkaca. Seperti hidup dan cinta, sonata wajahmu menceritakannya. Aku selalu bernafas, menghirup namamu sebagai do’a, dengan hela harapan, sebongkah cinta yang memang ada. Ada banyak pagi kusapa, jalan berliku yang berlalu, senja kuraih tanpa perih, hanya karenamu. Mungkin sebongkah surga, berpendar pada dirimu, karena kutahu rasa itu, Ia yang menitipkannya. Mungkin dapat kau mengerti, walau tidak hari ini. Aku ingin melangkah jauh, kuharap kau melanjutkannya, seperti pelaut yang melempar sauh, kau daratkan pada_Nya. Karena padamu, aku dan Tuhanku selalu bertemu!. Anakku, jika saja engkau menangis, telah sempurna hujan hidupku, dan aku menanam kata dalam diamku, menjadi belantara tak terkira! Akan kugoreskan selalu namamu, di setiap tangkai daun, hingga oksigen yang terhirup kuyakin itu dirimu! Aku bertemu Tuhanku, kusebutkan namamu, semoga Ia melontar cinta, mengikat kita di dalam surga, selamanya! Aku mencintaimu, anakku! (ditulis di bis 146 sekitar jam 07.30)



10. Cinta Yang Berembun

Di hamparan lembayung yang bergantung; sebongkah cinta telah merundung; menelusup pada malam dan menjadi bintang yang tak temaram. Di hamparan putih dan beningmu, telah terperangkap waktu; tak dapat pergi; menjadi gurat mentari ;dan hari tersibak dengan indah.
Angin menebar irama; mengirim lagu pada gelombang; mengetuk pagi di sebrang sana dan surya yang lembut. Betapa indah!





11. Jakarta

Tua di jalan; di jalan tua!. Orang tua tua di jalan tua. Tua tua jalan; di jalan tua…. Jalan tua, orang tua, tua tua di jalanan…. Jahanam!



12. Asimetri


Kukirim noktah pada hatimu, kau bingkai dengan segala sayang, kecil, pekat dan nyata, bening oleh biasmu. Terlantun sumbang, kau dengar puisi cinta, bernas dalam sukma. Kukayuh menjauh perahu retak, di pulau harapan kau menantikan. Kuhembuskan udara bertuba, kau sambut dengan do’a, seluruh sukma luruh dalam; dalam lirih dan perih kutahu kau tak keliru!.


Dan gerimis menangisiku, di senja yang terbuka, aku tahu kelamku nyata!. Kulukis dalam pekat, duka di atas luka, mata yang jauh dari pandangan cinta



13. Menunggu Waktu


Kau tunggu aku di pintu cintaMu. Kudatang dengan segala benci. Ketika rinduMu memanggil; aku berseru dalam gigil;tak kukenali Kau dalam buluh darahku. Kini hujan, merayap menyergap potongan senja, dan tiba pada tanah basah. Tak berdebu, dan menyelinapkan rasa dingin: mengurungku!. Aku masih tak menanggung rindu.
Menunggu waktu ketika Kau memanggilku; di pintu yang terbuka; aku masih saja enggan melangkah; dihujani kasihsayangMu; aku masih dengan segala marah; melontarkan kepongahan: megah dan merana!. Kau masih menunggu dengan sabar; pada pintu yang beruntai cinta. Kuharap kumengerti: menunggu waktu dengan tiada sesal



14. Hujan di terik hari


Kupahat Kau dalam bayangan, agar dapat kurasakan Kau dengan berlebihan. Ketika dahaga memanggil, kutuang harapan dengan segala gigil, kureguk dalam mabuk, bercumbu dalam bayangMu. Kuukir Dikau di atas air, dan arusnya menebarkan namaMu, sepanjang sungai, kuharap kubasuh wajah di situ, dan kuhirup aroma embun. Seterik ini hariku, sehujanlah kasihMu, kubawa hidup pada padang tandus, Kau beri oase di sudutnya. Biarlah kupahat dalam gumam, kubisikkan dalam diam, hidupku: hujan di terik hari!




15. Sang Pemberani
Ia berbicara dalam diam, menatap dalam pejam, dan melambungkan kata dengan perbuatan. Barisan seyumnya dipahat di sekujur tubuh, hingga setiap hal tersentuh kelembutan. Kulitnya dari baja, kakinya dari baja, tangannya juga, namun hatinya dari sutra. Matanya menyimpan air dengan jumlah tak hingga, dan mengalir menjadi sungai kasih sayang. Ia mengalahkan segala duka dan kesulitan, oleh tekad dan hatinya. Sungguh sang pemberani!



16. Ditaburi Cinta
Dapat kau rasakan bintang yang ditaburi cinta, cahaya benderang namun lembut, warnanya terang tak menyilaukan, menatapnya seperti cermin di tempat tinggi. Jika bintang pergi di pagi hari, ia melangkah pelan dan pasti, jejaknya masih disisakan di kepingan hati, disimpan dalam ruang yang kokoh, tersembunyi, dan dalam kesunyian menjadi sinar terang, seperti bintang!
Dapat kau rasakan ketika mentari ditaburi cinta, warnanya seperti pelangi, hingga kanvasmu sempurna. Oleh warna yang ada. Sekujur tubuhmu berbisik, bergetar pesona dan pancaran rasa seindah pancaran warna. Senja tak akan pernah tiba, harimu selalu baru saja dimulai!. Ditaburi cinta pada bulan, pada mentari, cahaya lembut dan warna-warni: sempurnalah!



17. Koes Plus Bersaudara


Tersembunyilah waktu oleh mereka, tertahan dalam alunan indah. Sesaat ketika hari tiba, dan memulaikannya, sebuah nada pagi yang indah. Dia telah memulai lama, dan tak pernah mengakhirinya.
Aku mencari tahu, satu demi satu! Dan kukumpulkan kekaguman itu. Suatu anugerah yang disempurnakan, melalui talenta yang menjadi karya. Suatu kekayaan ruhani, penghiburan bagi manusia, selamanya
Terungkaplah kegembiraan, demikian pula duka lara. Tersajilah pengharapan, sebagaimana penyesalan. Tersempurnakanlah pujian, juga pemahaman akan kenistaan insani. Itulah bahasa hakiki; dia memilikinya
Dia menutup malam, dan menemani kelelahan. Dalam rebah menuju kelelapan, tersenandunglah doa suci. Dia telah menemani jauh, dan selalu: Koes +



18. Temanku
Kata yang bersahaj menerobos pintu hati manusia, ia miliki. Ia menatap dalam pejam, berbicara dalam diamnya dan menyampaikan senyuman. Ia menyentuh dan mengusap hatiku sepenuh hari. Sesaat sebelum senja tiba, ia menghentikan langkah waktu dan menitipkan satu bingkai: inilah figura kenangan, untukku, yang sempat kumiliki. Dia memberinya lebih dari hatinya, untuk disampaikan pada_Nya lewat aku. Tuhanku, Engkau tahu jasa temanku dalam hidupku!



19. Hujan Cinta
Senja memerah dan kopi panas, terhirup aromamu dan lembayung menggambarkan semua. Sehela nafas dalam dingin, terasa hannyat karena bayangmu. Terurai dan kembali padamu, demikianlah kiranya. Seperti pemabuk yang dahaga, mengais harapan dalam kelupaan dan sisa cinta yang tertuang, bersimbuh dalam lelah, berharap kata terakhir adalah do’a; hujanilah cinta, pada jendela senja, tempat aku menuang kopi, merajut wajahmu. Hujanilah….. hujanilah….



10. Pengejar Nyawa
Menderu diantara bis, memasokkan segala keberanian. Berpacu ketrampilan dan dalam satu helaan nafas, kengerian!. Seperti bermain di atas roda, ditemani pengab udara dan satu dua kisah ketragisan. Terus memacu sampai waktu menghentikannya!





11. Tuhanlah Yang Tahu


Tuhanlah yang tahu yang kita tidak tahu, dan kita mengetahui hal ini. Tetapi mungkin saja kita pura-pura tidak tahu; atau kadang menganggap Tuhan tidak tahu!. Dalam ketidakpengetahuan Tuhan-lah kita tahu, bahwa kita dapat menjadi ‘tuhan’
Tuhan tahu apa yang kita tahu, dan lebih tahu! Dalam pengetahuan kita, kadang kita tahu Tuhan tahu, namun seringkali juga kita merasa Tuhan tidak tahu!. Dengan perasaan itu kita pongah menjadi ‘tuhan’ dan seringkali benar dengan segala sikap yang kita agungkan
Tuhan tahu yang kita tahu dan tidak tahu. namun Tuhan tak pernah menunggu!. Dia hanya berisyarat agar pengetahuan kita, sebaiknya berlari di jalan-Nya. Ketidaktahuan kita pada-Nya, mungkin akan mengantarkan pada pengetahuan hakiki….. dan pengetahuan kita pada-Nya, mungkin akan bermuara pada ketidaktahuan: ada pada titik nadir, semua dalam sabda-Nya; itulah pengetahuan!
Yang baik adalah kita tahu!. dan yang juga baik adalah kita tidak tahu! dan yang terbaik adalah tahu bahwa Tuhan Tahu!


12. Kasih ibu

Mata air yang tiada bertepi, dari sumber yang sangat jernih!. Menelusup ke segala sendi, menggerakkan dan mengairi. Amor, dari percikan hingga letupan: sungguh amor!
:Asal dan usul kehidupan, ibu!



13. kasih ayah

lelaki tertangguh adalah ayah. Ia menahan mentari dari senja!. Peluhnya karna terik, telah menjadi sungai kehidupan!. Kau dapat membasuh muka, sepuasnya, seharusnya, karena nanti sungai itu memantulkan wajah yang selalu tersenyum!
Kau berharap itu wajahmu!. Dan kau tersenyum! Kau berharap mentari terlelap, krn seharusnya malam memang ada!. Kuharap, memang demikian adanya!




14. Sakit
Suhu meninggi dan pikiran menurun. Sesuatu tidaklah lagi bernilai sama. Bergelantungan segala rupa, rupa-rupa hampa asa, atau terasa duka
Suhu menurun, dan kelupaan meninggi. Segalanya seperti sama, tanpa makna!. Sunyi diiringi sunyi, hingga ketika semesta menangis, kesunyian telah menjadi sempurna!
Sakit yang sempurna: kematian!



15. Minderan

Semestinya dapatlah dibedakan antara bayangan dan bangunan. Satu berliuk-liuk, lainnya tegar sempurna!. Meliuk ke kiri; atau kemana; terserah mentari memainkannya. Mentari memainkannya!
Demikianlah cerita Sang Minderan!. Mengaca pada ketiadaan cermin, dan memantulkan bayangan!. Sungguh, ia tak memiliki bingkainya; hingga bayangan itu tak dapat menetap pada dinding hatinya. Berubah bentuk, dan lainnya
Lalu mengapakah harus mengukur bayangan, jika tak memiliki bangunan? Mengapakah tak mencipta bangunan, lalu menambahkan bayangan sebagai pemanisnya?. Hingga, ketika esok tiba, bayangan itu telah menjadi senyatanya
Lihatlah apa yang ada, dan nikmatilah. Tak perlu risau hal lainnya!






16. sunyi dan ramai
Kesunyian bukan karena sendiri, tetapi ketika hati merasa sendiri. Kegembiraan dan keriuhan juga bukan karena sedang di tempat ramai, tetapi ketika hati merasakannya. Betapa banyak yang merasa sunyi di tengah keramaian. Namun dimungkinkan sekali, hidup seolah-olah ria, diantara kesendirian. Sunyi dan ramai adalah hati. Berbahagialah yang mendapatkan keramaian hati….




17. kedalaman dan ketinggian
Di kedalaman laut kita menemukan ketinggian ciptaan Tuhan. Di ketinggian gunung, kita menemukan kerendahan diri kita…. Diman saja kita berada, kemana saja memalingkan muka, disitu ada ciptaan Tuhan: Maha Sempurna!





18. jauh dan dekat
Jauh dan dekat bukanlah jarak, melainkan ingatan!. Ingatan mendekatkan ribuan mil jarak. Mengubahnya menjadi kenangan, terbayang, terasa ada di pelupuk mata….. demikian dekat sampai terbawa ke tempat tidur…. Mengikuti setiap langkah!
Siapakah yang dekat denganku? Adakah yang mengantarkan ke kebaikan yang kekal…?



19. sembilu
Kata-kata sangat tajam….. bekas tusukannya sangat dalam… . Ketika marah, dan ingin menunjukkan kemarahan, kata-kata menjadi senjata… kata-kata juga sangat mudah! Terluka dan terluka, sakit dan sakit…. Tak adakah yang mampu menahan kata-kata….? Tak inginkah menahan kata-kata….? Terbiasakah disakiti dan menyakiti….? Kata-kata adalah sembilu… bersama garam, menjadi sangat perih!. Janganlah hunjamkan berkali-kali!





20. air mata
Air mata adalah tanda. Juga menunjukkan jati diri manusia. Berbahagialah yang memiliki banyak persediaannya: semakin manusiawi! Apa saja yang terjadi dalam hidup, ekspresi lebih, maka air mata adalah tandanya….
Sudahkah kering air matamu….?





21. milikilah….
Jika mampu memiliki sesuatu, milikilah! Milikilah buku yang disuka. Karena buku memberikan kenangan yang mengesankan. Milikilah buku yang dianggap penting. Karena buku mungkin menjadi bagian hidup …. Milikilah apa yang diinginkan, jika mampu memiliki. Kepapaan adalah jika tidak memiliki. Selagi dapat kaya, jadilah kaya. Milikilah….. namun jangan memaksakan
Milikilah cinta dan kasih sayang: semoga bermakna!



22. A Telenovela
Telenovela adalah ketika menimbang sesuatu dengan ketidakadilan takaran. Satu bejana terisi perasaan, sisi lainnya dipenuhi sekumpulan emosi. Semakin dicari akurasinya, semakin nyata kehilangannya. Wajah penuh dengan serpihan ilusi, dan bias-bias keindahan berpendar entah kemana
Telenovela adalah ketika cinta ditanya hakekatnya!. Sering absurd dan sengaja diabsurdkan!. Hingga, ketika cinta menjawabpun, maka sesungguhnya cinta tak mengerti jawabannya!. Celaka!





23. diminishing satisfaction
secangkir kopi yang hangat, terasa nikmat. Secangkir kopi yang hangat terasa sangat nikmat! Secangkir kopi itu lalu menjadi hambar…..
aku ingin secangkir cokelat!



24. Fans Club

Menikamkan memori dalam pikiran; membawanya dalam laju hidup. Menyantapnya di meja makan dan menciptakan insomania!
Memberi segurat senyum dan mencurahkan gula pada secangkir kopi!. Mentari tiba-tiba di depan jendela: dan hari ini kehidupan ada!
Selalulah demikian maknanya……



25. berguna, langka atau image

yang berguna adalah yang digunakan. Terserak di muka bumi, atau mesti dicari di laut luas.
Yang tidak berguna adalah yang tidak digunakan. Mungkin bersusah payah mendapatkannya di rimba raya. Merindukan, menemukan di pekat malam.
Yang berguna adalah yang dimiliki. Dinikmati dan disyukuri!









26. Sebuah kenangan
Mengingatkan sesuatu yang perlu dikenang. Ketika sebuah kendaraan, memaksakan diri, dan mengirimkan kami ke rumah sakit!. Terasa sakit! Terasa sakit, karena selalu beban hidup menghimpit!. Terasa sakit karena sang pengendara, pergi tanpa pamit!
Mengingatkan sesuatu yang perlu dikenang!. Tanpa sakit! Karena waktu menghapuskan sakit, namun tak mampu menghapus kenangan: aku, dia dan dia.






27. My lecturers
Sungguh ia pria tampan, karena di pagi hari ia telah berdiri di muka kelas. Gaung suara menggelegar, menghentak hening dari setiap hati. Ucapannya memesona, anak muda pastilah terkesima
Ia demikian tampan, karena lentur bahasa dan tingginya makna! Ia selalu menginginkan perubahan dan menjadi bayang-bayang bagi waktu!. Ia tak dapat kulupakan
Ia demikian tampan. Kecerdasannya menajubkan. Keinginan berbagi demikian tinggi!. Aroma egaliternya, mengalir di jalur nadi!. Memancar ke seluruh tubuh. Mulutnya egaliter; tangan dan kakinya demikian pula!. Eksak!
Ia demikian tampan. Karena mata air ide ada padanya!. Karena ia demikian bersemangat meneguhkan norma. karena menatap dirinya, sepenuhnya kumpulan ketekunan. Karena ia selalu berkata: Tuhanlah yang memiliki kemudahan!
Ia tak menginginkan karya menjadi sia-sia!. Semoga Tuhan, mendengar pula kata-katanya!



28. Perjalanan
Jika bertanya berapa panjang jalan yang telah kau lewati, maka kau jawab kau tak mampu mengukurnya!. Karena setiap kali kau lewati jalan itu, kau sertakan juga bayang-bayang menemanimu. Juga hatimu riuh rendah memenuhi sepanjang perjalanan
Jika bertanya berapa panjang jalan yang telah kau lewati, maka kau selalu menjawab sangat singkat!. Karena tiba-tiba saja ia telah menjadi masa lalu, dan saat ini kau dalam perjalanan baru
Namun kau selalu juga mengatakan, perjalanan panjang. Hingga kau merasa tak perlu mengukurnya. Kakimu berjalan, hatimu berjalan, waktu pun demikian. Kau tak dapat lagi melihat titik awalmu. Mungkin…, kau juga merasa tak berakhir….
Yang kau tahu adalah keniscayaan: engkau mestilah berjalan….!



29. multiplier
segerombolan angin yang mengetuk pintu, adalah kumpulan ketiadaan!. Tiba-tiba saja angin menyebarkan segar! Mungkin juga sebelum kita sempat mensyukurinya
sekawanan air yang menuntaskan dahaga, adalah kumpulan tetes! Dengan serta merta air membasuh kerongkongan dan membasahi jiwa. Kegerahan hilang sebelum kita sempat menciptakan kegerahan lainnya
sebentuk senyum dari gadis kecil, adalah kumpulan jiwa! Meluruhkan rasa sakit dan kegetiran, menuangkan cangkir demi cangkir asa, menjadi lautan doa dan usaha. Sebelum mencari makna bahagia, seorang ayah telah merasakannya!
Seorang pedagang kaki lima, menegakkan receh demi receh, dan aku termangu: telah menjadi tumpukan!. Ia olesi dengan keringat, dan recehan itu beraroma semerbak!. Mensyukuri dan menikmati
Dan demikian pula para penjahat. Tak jemu menyuntikkan tuba!. Mencoleng sekeping-sekeping, hingga kepingan hati manusia, merasa terbagi dan memakluminya.
Semua adalah kumpulan: multiplier!


30. Lemon model
Seandainya ada campuran buah, dengan rasa manis dan asam; lalu termakanlah olehmu yang asam; maka akan berpendarlah rasa kecewa!. Tak ingin lagi menikmatinya; kecuali dengan harga yang lebih murah! Tak dapat menjadi lebih murah, kecuali bertambah banyak buah yang asam….
: barang yang buruk menendang barang yang bagus!
Tetapi jika engkau mutiara, tentunya kilaumulah yang menyatakannya!. Dan kau tahu dimana mesti berada!




31. Ruhani
Ruhani seperti kelapa, terus berkembang dan berharap banyak yang mendapatkan manfaatnya. Ruhani beranjak bersama usia, namun tubuh renta perlahan meninggalkannya. Karenanya, ruhani kelak akan berjalan sendiri, setidaknya tak dapat berdansa dengan sang tubuh!. Celakalah orang-orang yang memaksakan ruhaninya. Celakalah yang tak dapat mengukur beban tubuhnya! celakalah yang mencari tantangan
Namun, adakah ruhani kita bermakna….? Ataukah kita diperdayakannya? Berasyik mabuk dalam dunia fana? Hhmm… mungkin berfatamorgana: jika saja kembali muda!
Tak akan dan tak pernah!. Kayuh saja, sampan ruhani kita pada-Nya: semoga sampai!

32. pakaian Arab
Sang sholeh. Semangat sekali menjalankan agama. Berdiskusi, tepatnya berdebat, tahan lama. ‘serem’ mendengarnya. Belajar dengan guru. Kalau tidak pakai guru nanti tersesat. tidak ada otodidak!. Lebih seru lagi, memakai sorban, ala para raja-raja Arab. Orang sekitarnya merasa aneh melihatnya.
Mungkin bermaksud menunjukkan komitmennya kepada agama (Islam). Tidak salah, tetapi mungkin keliru…. He3x. memangnya dengan berpakaian begitu akan memperbaiki keimanan, akhlak, dll?. Apa tidak ada yang lain yang lebih urgen, untuk menunjukkan komitmen terhadap agama…. Pakaian arab…..? akh orang arab kabarnya juga banyak yang ‘nakal’ dengan pakaian itu!. Itu pakaian arab, belum tentu pakaian Islam!. Pakaian Islam sudah jelas: yang menutup aurat!. Jadi pakai, pakaian Islam saja!.


33. A Place for commuter
Sebuah tempat, berjejer jasa penitipan kendaraan, sejak pagi, bahkan sepanjang hari. 24 jam!. Dan kommuter menggapai biskota, terlelap dalam himpitan keringat, membawa ke ‘pengap’ Jakarta. Demi sekepingan hidup, keniscayaan yang masih dimiliki
Sebuah tempat, berjejer kepingin hidup! Dihirup dupa demi dupa. Teman yang menemani, minum kopi atau makan nasi: asap knalpot!.
A Place for commuter: Bulak Kapal!



34. Kaki Lima
Menyatakan citarasa tinggi walau harga sederhana. Berjajar makanan ala kadarnya! Tampilan dan suasana pun demikian, tiada bedanya!. Bervariasi diantara tenda-tenda. Tak ada istimewa
Jadi tempat pengharapan banyak manusia. Berharap pada setiap yang lalu lalang, berhenti, sejenak, dan bercengkrama. Meja-meja sederhana sebagai saksi!. Teh kopi dan minuman dingin mengaliri. Berharap kesegaran terlimpahkan bagi semua: pengunjung dan pedagangnya!
Tetapi mengapa, selalu saja ada, kaki lima, berharga bintang lima!. Menebar aroma kecewa!


35. Mabuk
Siapakah yang paling mabuk? Ia yang mencampurkan dua hal yang berbeda! Kebenaran dan kenaifan. Pencapaian tertinggi melalui jalan terendah!
Siapakah yang paling keliru…..? yang merasakan kebenaran padahal ia telah salah!. Yang merasa telah sampai, walau di tempat yang bukan dituju. Merasa penat mendaki karena membawa beban kebaikan. Namun setelah itu dicampakkan dan melompat turun, dari puncak dan penuh luka!.
Orang-orang yang mabuk!. Mengerjakan kontradiksi, berharap tinggi dengan sesuatu yang rendah. Merasa ‘sampai’ meskipun keliru. Tersenyum dengan kekejamannya!.
Tak akan pernah sampai pada-Nya: percayalah…..!



36. A way for satisfaction

Sebuah cerita yang tak bercerita, ketika cerita itu tanpa makna: datar adanya! Sebuah kejemuan yang sempurna ketika berada di dataran yang sama, di waktu yang berbeda!. Kita memerlukan aneka warna, agar tampak warna-warna. Darah perlu dipacu, agar mengalir lancar!. Terasa ada anggota tubuh yang dialiri, merasa memiliki!. Mungkin jika dipacu sangat cepat; terasa jantung ‘lepas’ dan kematian tiba!. Terasa bagaimana, sakitnya seluruh nadi. Dicabut dikuliti!. Terasa rona merahnya! Namun jika kematian itu semu…., kita setidaknya telah merasa!. Dapat bercerita, dan memiliki kenangan hidup…..
Hidup memang memerlukan adrenalin!. Jika tidak, maka ia telah hilang kehidupannya!
ambil reaksi….







37. Rumah
Tak ada yang lebih indah dari rumah…. Rumah adalah milik seorang insan yang paling berharga. Di rumah itu ada banyak nilai yang tak terukur dengan uang!. Seseoarng yang tak memiliki rumah, maka dia telah kehilangan sebagian kebahagiaannya!. Rumah adalah tempat berdiamnya jiwa…. Jika di rumah jiwa menemukan keteduhan, menemukan tempat istirah, maka rumah itu telah sempurna!. Jika di rumah seorang dapat menemukan energi untuk pergi, dan jika pergi seseorang jelas tujuan kembalinya (ke rumah), maka orang itu telah menemukan batasan hidup, tentang apa yang dicari dan apa yang dilakukannya.


38. Berkata dan Berbuat
Berkata mudah, berbuat lebih mudah: berbuat dengan kata-kata!. Berbuat sulit, berkata lebih sulit: berkata dengan perbuatan!. Dimanakah kita berada….?


39. Yang mulia
Yang mulia adalah ia yang selalu memuliakan-Nya. Ada di muka, di saat gelap, dan bersembunyi ketika hari benderang!. Berlari secepat kilat, bayang-bayangnya menjadi samar! Namun jelas ia telah berlari: menuju kebaikan!
Yang mulia adalah ia yang selalu memberi. Tak ada tempat untuk meminta. Menebar benih ketika gelap, dan orang menuainya ketika benderang!. Berjalan dengan lambat, menyaksikan orang panen kebaikan!. Ia memilikinya, memiliki orang-orang itu: panen…
Yang mulia, mungkin sejarah lupa! Tetapi suatu saat, dalam buku tua yang diabaikan, orang dapat menemukannya…. Kita dapat menghelakan terima kasih!. Yang mulia pun mengerti!


40. Atas nama hidup
[untuk para penghibur…..]

Atas nama hidupkah kau hitung deru motor, kau rayu waktu untuk menyapa….? Atas nama hidupkah kau teteskan cuka di matamu….? Sepanjang hidup, kau menangis dan sungai kegetiran membentang jauh hingga bermuara di setiap lekuk hatimu! Atas nama hidupkah kau harus merasakannya….?
Atas nama hidupkah engkau hidup? Apakah Ia tak memberimu hidup? Hidup yang benar-benar hidup: ketika kau katup mata, maka kau dapat mimpi yang indah!. Setidaknya pernah kau miliki, keindahan, meskipun mimpi, namun nyata indah!
Wahai yang mengatasnamakan hidup…. Hidupmu milik-Nya!. Jangan kau sendiri!







41. Orgasme
Berada di puncak, dapat melihat lapang ke seluruh penjuru! Seluruh semesta merupakan ‘block’ kecil. Ketinggian yang menyenangkan, dengan segala sejuk angin!. Berpesta dengan seluruh tumpah ruah yang ada…. Namun tak juga bahagia!
Ada puncak lain, yang lebih menyejukkan, dirasa memberikan makna pencapaian. Ternyata itu bukanlah tumpah ruah, pesta pora…. Ia yang mencoba mendaki, melalui pendakian…
Seorang dirut, terbata-bata berkata, mata berkaca-kaca, ketika menyampaikan makna pencapaian ruhaninya. Ia mampu bersekolah….










42. Berkah berbuat baik
Berjalanlah di hutan kau temui aneka pepohonan memberikan kesejukan. Pergilah ke sungai, berenanglah dengan warna warni ikan. Siapakah yang mewarnainya siapakah yang meletakkannya ….?
Pergilah ke Timur, pergilah ke utara, kau temukan berbagai hal yang mengesankan! Kadang kau temukan seonggok kebaikan….. siapakah yang meletakkannya, siapakah yang memberikannya padamu….?
Kau dan Tuhanmu!. Berjalanlah kau pada jalan-Nya!


43. No Hope
Tak punya harapan itu menyenangkan!. Selalu mendapatkan!. Memulai dari ketiadaan maka mestilah berakhir dengan ‘keberadaan’. Hanyalah diperlukan memulai dan memulai, bukan berharap dan berharap!
Berusaha memulai dan memulai berusaha. Tanpa harapan! Keniscayaan, bayang-bayang beriring dengan sesungguhnya. Waktu tak pernah berhenti, keniscayaan ia mencatat keberadaan kita. Keringat yang menetes, menjadi ‘oli’ bagi jalannya
Tak pernah berharap tak akan pernah kecewa!. Selalu memulai selalu mendapatkan!. Sekecil apapun: itulah kesempurnaan, anugerah yang berbulir!. Mari nikmati!


44. Umur
Jarum jam pendek! Terpaku, menatap tajam dalam diamnya! Merobek waktu dan merampas segala kemudaan. Memberi warna pada langit, tersemburat pada pelangi memayungi langkah! Buram dan cerah
Jarum jam pendek!. Tekun, menghela nafas!. Menghitung dalam diam, dan menggenapkannya pada pintu kehidupan! Ketika kita menyapa Tuhan: jarum jam pendek lah yang menghantarkannya. Waktulah yang memiliki
Jarum jam pendek demikian kukuh….


45. my teacher
Demikian Tuhan menciptakan keindahan! Pada untaian kepribadian. Ketika baris demi baris keramahan, ia suguhkan. Bahasa tubuh dan tutur kata, terkelola dengan sempurna. Tulisannya indah, seakan hendak ia lukiskan. Perhatiannya penuh, seperti purnama yang berkilau
Demikian telah ada dalam hidupku, seorang guru yang terkenang selalu!. Mungkin waktu berjalan jauh. Tetapi tetaplah lekat tak hendak pergi!.
Mungkin juga ia telah pergi jauh…. Semoga keindahan tetap ia miliki!


46. Samurai
Sebuah sekolah dengan murid gengstar! Berkumpul dari kampung-kampung hanya untuk menunjukkan geng star! Perilaku tidak terpuji saling dipujikan! Aroma jahiliyah terhirup kental!
Pagi tiba bersekolah di kantin, hingga usai!. Membawa sebuah buku di kantong celana! Berkelahi menjadi mata pelajaran. Pulang seperti yang lainnya. Orang tua mereka seperti tak mengerti. Sekolah yang identik dengan tak berpendidikan
Adalah sebuah samurai yang mengakhirinya! Pria pendek, cukup gendut dan berwajah bundar. Kata-katanya seperti mantra, tepatnya seperti lagu!. Tatapan matanya samurai; dan kaki tanganya samurai juga!. Keteguhan hatinya adalah samurai lainnya. Ia benar-benar samurai, aku tak tahu apakah ia memang terlahir seperti itu….
Mengalahkan para gengstar. Mengembalikan makna sekolah. Mengubah aroma jahiliah menjadi aroma parfum! Wangi hingga saat ini….
Ijazah SMA ku ditandatangani oleh samurai…..! semoga Tuhan, menerima hangat samuraimu







47. selalu lah menyesal
Dari titik yang sama berjalan ke arah yang berbeda! Waktu mengekalkan perbedaan! Sebuah sudut dengan jarak yang jauh. Dapat dicari persamaannya namun telah nyata perbedaannya! Bersua setelah lama terpisahkan. Melepas rindu dan mencari kenangan. Dari titik yang sama!. Terasa sama dan terasa berbeda. Dua hal yang saat ini dimiliki. Mereguk kenangan saat kecil, tetap kecil, dan masa lalu!. Bercerita saat ini, mengukur dengan suasana kecil!. Kita telah beranjak sangaat dewasa, dan telah berbeda
Dari titik yang sama, namun hasilnya berbeda! Yang dikalahkan oleh kehidupan dan nafsu remaja. Yang terpekur menyesali diri! Tetap pada titik yang sama: ketika kecil dan tetap kecil! Ketika yang lainnya merajut jembatan menyebrangi sungai harapan, ia tetap di sisi sungai, berleha dan berpesta pada kemudaan. Sesuatu yang diguncangkan oleh waktu: tak akan kekal!
Yang kekal adalah penyesalan, selalulah demikian!. Yang berdiri pada titik yang sama, sedang waktu terus menerobos bayang-bayang!. Memindahkan apa dan siapa yang ingin pindah. Ia masih di situ, berdiri penuh sesal!. Terkunci langkah, terjerat hidup!


48. A Beautifull Name
Datanglah engkau ke Lampung, dan kau temukan dirimu! Tiada keasingan menyapa, seolah engkau telah lama ada!. Datanglah dengan perasaan suka, karena engkau memang telah ada di sana!
Tanah yang biasa, tiada keindahan topografinya. Kebun-kebun tersebar dimana-mana; sawah sawah demikian juga adanya! Keseharian yang bersahaya!. Bukankah itu dirimu…? Puluhan tahun lalu; di zaman Belanda, nenek moyangmu telah menghadirkan nuansanya….
Datanglah ke Lampung. Seketika kau reguk kopinya. Makan nasi dengan pindang patin. Datanglah tanpa sungkan! Engkau bukan tamu, karena tak seorang pun menjadi tamu di tanah ini!. Karena sejak lama, nenek moyangmu telah menghadirkan suasananya!. Engkau sekedar bernostalgia, ini sangatlah Indonesia
Tulung agung, sidodadi, sukoharjo, pringsewu, wonosobo!. Putera jawa kelahiran sumatera (Pujakesuma) aroma dan nadi kehidupan di Lampung!. Selalulah dalam damai!. A beautiful place, a beautiful name!.


49. A tale of Tak-Becus
Belumlah tengah hari, pekerja itu telah berhenti! Tak ada pekerjaan lagi. Hasil dari perkebunan (PTP) sudah bukan milik PTP. Telah terjual sempurna! . seseorang kini memiliki PTP: ia yang tak menanam sepohon pun! Ia yang tak memiliki tanah itu. Ia juga tak memiliki karyawan
Hasil perkebunan dikumpulkan!. Hasil itu sebagian diolah: di PTP oleh fasilitas PTP oleh pekerja PTP!
Seseorang itu cukuplah memberi fee kepada menejemen. Sempurna sekali!. Sayangnya, reformasi 1998, merusak cerita ini!. Amarah massa; ikut merusak PTP!
Adakah PTP yang lain bercerita sama….? Ataukah cerita ini, sudahlah biasa di negeri kita?. Negeri durno: sekedar pengumpul kutipan!



50. A Tale of Hipocrite

Kata-katanya telah menjadi sungai, bermuara ke laut! Sampan-sampan janji telah dibawanya ke samudera luas! Mungkin ombak telah mendamparkannya di pulau kesunyian. Terkubur tanpa batu nisan; janji itu tak seorang pun yang menyapanya….
Ia terus menebar kata! Arah angin membawa untaian kata menebar hingga kemana!. Singgah di ujung ranting, dan kencing tupai menghapus jejak katanya! Dan ia, bersemangat lagi bermantra: kata-kata kata kata
Ia yang terus bercerita. Berwacana dengan jika! Bekerja dengan fatamorgana, seolah-olah ia ada!. Ia yang membuat saluran, penuh lumpur dan limbah!. Lautan tak kuasa untuk tak tercemari!
Ia yang selalu mengatasnama! Namun, ia bukanlah atas nama itu!. Tikus-tikus!






51. Dunia…. Dunia…. (1)
Mungkin tidak dapat dipercaya, tetapi memang fakta. Gadis manis (A), berpendidikan sarjana, dari keluarga mampu, menikah dengan pria berpendidikan rendah (B), keluarga biasa, tidak tampan dan paling parahnya malas dan pengangguran!. Pria ini menyatakan tak ingin bekerja, dan istrinya sibuk membela suaminya (mungkin malu, atau terlanjur basah….).
Dunia…. Dunia….. adakalanya tidak rasional! Sering mungkin!



52. Pasar Semu
Saat ini ada pasar keuangan yang bernama bursa komoditi. Selintas mungkin kita berfikir, yang dijualbelikan adalah komoditi. Itu benar namun tidak hanya itu. Anda boleh menjual, boleh juga membeli untuk suatu komoditas. Harga jual dan harga beli untuk masa depan (misal 3 bulan mendatang) ditentukan pada saat ini (transkasi). Jadi anda aman kan, maksudnya tahu berapa akan menerima/membayar pada 3 bulan mendatang. Misal anda mau menjual jagung sebanyak 1000kg dengan harga Rp3000/kg, berarti anda akan menerima Rp3juta. Pasar ini istilah keuangannya future!.
persoalannya cuma 1 yaitu siapa saja dapat menjadi penjual dan pembeli, termasuk dalam hal ini yang tidak berkepentingan. Istilah kerennya adalah spekulan. Anda juga tidak harus memiliki komoditasnya. Jadi jika anda berniat menjual jagung, anda tidak perlu memiliki ladang jagung. Jika anda berniat membeli jagung anda juga tidak perlu memiliki pabrik pengolahan jagung. Jika tiba waktunya penyerahan barang (3 bulan lagi) bukan jagung yang anda serahkan, cukup selisih uang antara nilai perjanjian dengan harga pada tiga bulan itu. Jika harga jagung dipasaran sebesar Rp3500/kg, sedangkan anda berjanji menjual Rp3000/kg berarti anda rugi Rp500/kg. Dengan demikian kontrak anda rugi sebesar Rp500.ribu.
Inilah sebabnya mengapa harga komoditas (mungkin termasuk bbm) sangat labil. Permintaan/penawaran bukan Cuma di pasar barang, tetapi juga di pasar uang. Permintaan/penawaran di pasar uang sangat semu, bisa jadi tidak memiliki kepentingan, dan juga tidak memiliki barangnya….



53. Aku, Indonesia
Khas, yakni melanggar peraturan. Di jalan tol, tidak boleh berhenti sembarangan!. Suatu hari, aku diturunkan di tempat yang di larang. Sialnya ada petugas jasa marga di tempat itu. Habis dimarahi!. Di kesempatan lain, juga diturunkan di tempat lain yang dilarang juga. Sewaktu jalan, bertemu dengan pak polisi yang berjaga. Aku sangat berbahagia dengan pak polisi ini, karena bertanya dan mengarahkan dengan nada yang halus. Tadinya sangat khawatir dimarahi atau dihukum: malu!. Sejak saat itu, Aku tidak mau lagi turun di sembarang tempat. Sampai sekarang kayaknya masih berlaku. (he3x…; sekarang jalan tolnya boleh turun sembarangan)




204 Roll Coster
Seorang muaallaf*. Tidak pernah puasa dan hal lainnya. Ketika ditanya mengapa, jawabannya demikian: Tuhan memberi kebebasan bagi kita untuk memilih. Saya tak tahan lapar, jadi saya memilih makan. Saya memilih masuk neraka! Merinding mendengarnya!
Dulu…. Lama tak bertemu, dan kini ia berubah. Pun telah bergelar haji dan menyibukkan diri dengan aktivitas ukhrowi. Dia menyesal umurnya pendek (baru insyaf). sangat mengharukan!.
Kita tidak bisa menghukum orang dengan masa lalu. Hidayah memang milik-Nya, diberikan pada siapa saja!
* baru masuk Islam



205. Sang ‘Budha’
Sangat ramah pada siapa saja, dan selalu berterima kasih pada semuanya (orang-orang kecil). Ketika ditanya mengapa….? Semua yang disebutkannya memiliki jasa dalam hidupnya!. Jawaban yang mengesankan
Sang Budha ini seorang mahasiswa yang tinggal di apartemen (mewah)!





206. Muara Angke
Ini tempat pelelangan ikan (laut) di Jakarta. jika ada acara kumpul-kumpul Teman-teman biasanya datang ke tempat ini. Namun, sayangnya aku belum pernah ikut. Suatu hari bersama keluarga datang ke tempat ini, untuk mencari makanan (ikan) kesukaan. Setelah dapat, lalu mencari tempat masak (yang tersedia) cukup banyak. Seorang (yang pertama menemui) berhasil merayu dengan mengatakan biaya per porsi/seorang sebesar Rp5000 sudah lengkap (nasi+sambal+teh+lalapan). Berfikir orang ini jujur, dan jadi tahu harganya maka aku sepakat mengikutinya. Rayuan dari pemasak lain tidak diindahkan lagi!.
Sehabis makan, bayar!. Ternyata bukan Rp15000 melainkan Rp50 ribuan. Sambal lalap dan biaya lain masih ada. Akh…. Inilah kita!.



207. K5 Blok M
Ini masih makan juga!. Biaya makan di K5 Blok M akan sama dengan bukan K5. Harga-harga makanannya tertera. Harga cukup murah, namun kualitasnya pun rendah. Bukan itu soalnya!. Harga minumnya tidak tersedia!. Ketika kita memesan jus, maka akan hadir jus dengan kualitas rendah. Harganya?. Itulah yang akan membuat sama dengan biaya restoran sederhana!. Habis makan, siapa sih yang tak ingin minum?. Karenanya K5 blok M sangat sepi….






208. Iklan Rokok
Ada satu kelompok band yang jadi iklan rokok. Kabarnya mereka ini bukan perokok. Kok mau….? berburuk sangka: uanglah penyebabnya!. Uang memang betul-betul bikin buta. Apa mereka kurang uang, tepatnya miskin? Rasanya tidak!. Teganya dia ikut merusak generasi muda!. Coba kalau dia tolak, paling tidak dalam hidupnya ada suatu yang dia banggakan: pernah mencoba berbuat baik bagi bangsa ini. Mungkin dia akan menjadi ikon….. hai seleb….., sisihkan perhatianmu untuk bangsamu!. Gunakan ketenaranmu!
Ada grup band lain yang mengatakan, rokok (generasi muda) bukanlah tanggung jawab dia, tetapi tanggung jawab orang itu sendiri!. Dengan tidak ada pemasukan (kaset) tentu dia sah mencari uang! Memang…..



208. Bu Ogah….
Suatu pagi, habis subuh, dalam perjalanan berangkat kerja, melewati perlintasan kereta tidak resmi. Disitu ada yang mengatur/mengawasi rel, kalau-kalau ada kereta lewat. Surprisenya, pengaturnya adalah wanita, tampaknya ibu rumah tangga…. Dia mengumpulkan uang Rp200an di pagi buta!. Tuhan…, sudah sedemikian sulitkah kehidupan bangsaku ini….



209. P4
dulu ada istilah P4. Wah ini kata-kata sakti, wajib dihapal. Konon para pegawai negeri kalau mau naik pangkat ya mesti ditatar P4. Saat ini mungkin anak sekolahan kurang mengenal istilah ini.
Saat ini para commuter ternyata juga mengalami P4: Pergi Pagi Pulang Pekat. Pergi sebelum matahari terbit, pulang setelah malam… sedemikian kerasnya namun tetap miskin!
Ada cerita, ketika teman pulang dipanggil oom oleh anaknya. Ini lantaran anaknya jarang (tidak bertemu). Setelah peristiwa itu, teman itu kapok dan kecewa berat!. Dia berusaha keras untuk bisa ketemu anaknya setiap hari. Oh seram….



210. Angkot
10 tahun lalu angkot (angkutan kota) menjadi primadona bagi commuter. Untuk mendapatkan tempat duduk, orang berlomba-lomba mengejar angkot. 5 tahun terakhir, usaha angkot berada pada titik terendah. Hal ini disebabkan dalam 5 tahun terakhir, kridit motor demikian pesatnya Commuter mempunyai prasarana transportasi yang mudah dan cepat!. Dahulu dalam 1 RT hanya 1 KK yang memiliki motor. Saat ini dalam satu RT mungkin hanya 1 KK yang tidak memiliki motor!. Angkot tidak memiliki penumpang lagi….
Dampaknya sekarang supir angkot banyak supir tembaknya!. Yang tragis…., mereka berusia sangat muda (usia sekolahan). Keselamatan berkendara tentulah tidak optimal!. Fenomena ini juga menunjukkan banyak anak pinggiran yang tidak bersekolah. Kondisi ini mestinya diwaspadai/diantisipasi.





211. Preman
Masih sekitar angkot. Tampaknya di banyak tempat, para supir angkot itu memberi uang recehan. Penerimanya ada yang berseragam ada juga yang tidak berseragam. Tidak tahu persis, tetapi rasanya itu semacam uang jasa!. Jasa apa yaa….?. terlalu banyak mungkin orang yang merasa berjasa sehingga harus dibayar….. Ini potret negeri kita?. Wah…. kalau benar, ini bisa menyebabkan ketidakmajuan. Kan jenis jasa ada yang mempermudah ada yang mempersulit!. Keduanya, berkonotasi negatif!
Bersama saya semua bisa mudah….Kalau tidak ada saya nanti sulit…..
Mengapa dengan bapak mudah…? Mengapa tidak dengan bapak sulit….?
Oom Ebiet… dimana dikau…, haruskah kutanya pada rumput yang bergoyang



212. Biker
Ini istilah keren untuk pengendara motor. Setiap pagi dan sore hari, maka jalanan menuju dan keluar jakarta sangat padat dengan para biker ini. Satu ciri mereka yaitu jarang tertib secara massal. Diduga, karena panas, debu, capek, dan dikejar waktu. Selain tidak/enggan memperhatikan rambu-rambu, lampu lalu lintas, juga suka melawan arah. Ini berlaku semua!. Di lingkungan rumah, anda boleh seorang ustad, yang memberikan teladan (atau nasehat) yang baik. Di jalan perilakunya tidak beda. Seorang yang mengatur lalu lintas pun, atau pekerjaannya berkenaan dengan disiplin, jika menjadi biker cenderung tidak tertib. Jadi memang susah mencari contohnya!. Para pejabat teriak-teriak agar biker tertib, tetapi mereka memang tidak tahu/merasa susahnya jadi biker (Coba deh pak jangan pakai mobil dinas)
Tetapi biker memang harus ditertibkan, demi kenyamanan berkendara!. Caranya tertibkan dululah dari yang menertibkan!






213. Ikhlas
Ikhlas merupakan kunci ibadah. Kabarnya perbuatan baik tidak akan bernilai pahala jika tidak ikhlas. Ikhlas ini sangat rahasia, seperti semut hitam, di batu hitam, di malam pekat. Tidak ada satu pun yang mengetahui!. Persoalan utamanya, sebagai manusia kita menyukai pujian. Biasanya kalau di puji, jadi berbesar hati, dan kalau tidak dipuji ngedumel. Parahnya lalu memuji sendiri, dan menyatakan ini karya kita. Sudah sampai disini mulai tampak tidak ikhlasnya. Tetapi sekali lagi ikhlas itu: rahasia.
Ada info cara melakukan sesuatu supaya ikhlas. Pertama biasakan berbuat baik secara standar. Jika menginfaq kencleng jumat Rp5000, maka biasakan terus dan siapkan!. Lama-lama jadi kebiasaan. Karena kebiasaan jadi tidak berat, ya, mudah2 ikhlas, tidak usah dipuji-puji [he3x…. siapa yang mau muji wong ngenclengnnya cuma Rp5000, kalau £5000 mungkin…. Jangan marah lho dilecehkan gini, nanti tidak ikhlas!)



214. Gaplean
Gaplean adalah bermain gaple untuk mengisi waktu dan menahan kantuk pada saat ronda. Biasanya di perumahan setiap malam minggu diadakan ronda bergilir. Teman-teman se-kompleks banyak yang terkena PHK dan mereka senang gaplean. Menahan kantuk semalaman bukanlah hal yang mudah!.



215. Skripsi
Skripsi berisikan hal-hal yang standar saja, hampir tidak ada istimewanya, dalam artian tidak ada yang baru. Mungkin semacam review satu konsep dalam satu tulisan terstruktur. Itu semacam penulisan ulang/penerapan dari apa yang telah dipelajari.
Namun bagi mahasiswa, skripsi dapat menjadi jalan untuk meramu apa yang telah didapatkannya, sambil berlatih berfikir sistematis. itulah manfaat utama/standar dari penulisan skripsi.
Jika ditinjau dari sisi pembimbing, jika sudah membimbing puluhanan atau ratusan mahasiswa tentu merasa tidak ada penemuan berarti dari penelitian mahasiswa tersebut. Namun, tentunya tidak bijaksana jika melihatnya dari sisi yang demikian. Pahamilah jika anda (dosen) berada pada posisi mahasiswa….
Setiap penemuan, setiap karya ada nilainya….



216. Shaleh atau shalah ….
teman dari teman. Sangat sholeh. Tidak pernah tertinggal waktu sholat, pun jika makanan telah terhidang. Sibuk berda’wah, masjid ke masjid, akhlak terpuji. Kabarnya masa lalunya kurang putih. Itulah alasannya kini….
Hanya saja : dia malas kerja !. untuk mendapatkan rizki, dia sibuk meminta ‘kanan-kiri’ ; pun kepada teman bukan ‘seagamanya’.
tidak terpikirkah olehnya untuk membawakan baso buat istrinya, permen buat anaknya, dari jerih payahnya sendiri?.
Apakah orang yang bertaqwa diberikan rezeki oleh Allah dengan jalan seperti ini?.



217. Laskar Pelangi
Film yang mengesankan!. Aku hanya ingin menyatakan film itu meneguhkan nasib tragis bahwa orang miskin memang susah untuk maju jika tidak ada keberpihakan dari pengelola (baca: pemerintah!). Bukan cuma Lintang, mungkin masih banyak Lintang lainnya. Bukan cuma SD Muhammadiyah, mungkin banyak SD lain yang hampir ambruk. Semua menjadi PR!



218. Vegetarian
Tidak heran hanya aneh saja!. Kalau muslim, ah jelas aturan makanannya: halal lagi baik!. Halal dulu, lalu cari yang baik (sehat). Setelah itu baru yang disuka. Menjadi vegetarian, seolah-olah mengharamkan daging (walaupun tidak dimaksudkan begitu!). menyalahi anugerah Tuhan!. Jika tidak suka makan daging tidak mengapa, tetapi berpantang seperti itu hanya cari susah saja!. Vegetarian juga makan makanan semu, dengan rasa daging!. Akh ada-ada saja, yang mudah kok dibikin susah!. (Awas lho yang vegetarian pria nggak boleh makan ‘daging’)



219. Kesenangan hidup
Banyak yang bicara semua bersumber dari hati. banyak email berkenaan dengan nasehat seperti ini. Kalau hati senang/tenang maka hidup terasa ringan. Bangun pagi sarapan/baca koran, lalu pergi kerja, sore minum kopi lalu main futsal. Jika ada waktu luang, menulis blog-fb-an. Jika malam tiba, tonton tv ; acara kurang menyenangkan, ganti saluran !. matikan…., tidur nyenyak ! Kata orang bijak: nikmati apa yang ada!



220. Deceiving
Anda pernah lihat gunung dari jauh?. Tampak sangat indah!. Namun jika anda dekati, tiada lagi keindahan itu. Mungkin yang terasa, serem, lembab, banyak nyamuk, dsb. Anda pernah lihat laut nan biru!. Jika didekati ternyata airnya tidak berwarna biru. Itu adalah deceiving. Dalam matematika ada istilah saddle point, yakni titik tertinggi (terendah) namun ternyata masih ada yang lebih tinggi (rendah) lagi. Kadang-kadang kita merasa memahami seseorang padahal sebenarnya pemahaman kita dapat keliru. Setelah beberapa waktu barulah sadar!. Yang parah, kalau anda merasa pintar, padahal tidak begitu (maksudnya bodoh he3x)!. lebih parah lagi kalau tidak menyadari dalam waktu lama. Dapat merugikan diri sendiri, juga orang lain!.
Mengatasi deceiving ya kita harus masuk lebih dalam. Untuk tahu hakekat gunung, jangan dilihat dari jauh saja, melainkan dekati, dan kalau perlu naiki. Nanti memiliki pemahaman yang arif.
Gunung itu indah? Betul!. Tetapi tidak sepenuhnya!






221. Pendidikan Ketrampilan
Pendidikan ketrampilan sangat penting bagi anak-anak (SD-SMU). Sayangnya pelajaran yang diterima sangat banyak. Dari pelajaran sosial sampai eksakta. Tambahan eskul serta PR yang menumpuk!. Apa tak bisa lebih sederhana?. Misal belajar hanya matematika, seni, bahasa serta olahraga saja!.
Matematika nanti dipakai sepanjang masa pada pelajaran apa saja. Seni akan melekat pada si anak sehingga menjadi ketrampilannya. Misal belajar bermain gitar, kelak dia dapat memetik gitar dengan baik. Bahasa akan melekat. Mungkin kalau diajari dari SD secara kontinyu, anak-anak mungkin memiliki ketrampilan bahasa yang bagus buat modal studi/bekerja kelak. Olahraga (misal beladiri) jelas akan melekat pada si anak. Jika kita mengajari hal-hal demikian secara teratur maka dengan sendirinya kita membantu ketrampilan fundamental bagi si anak…..
Bagaimana menurut Bapak Mendiknas? Mohon tanggapan….



222. Pendekar
Sungguh ia pendekar! Bukan karena Dan V. karna ia sangat ramah, menyapa lebih awal dan selalu berusaha menyenangkan teman
Sungguh ia pendekar! Bukan karena belajar kungfu sejak kecil. Karena bicaranya sangat halus dan ia master dalam matematika
Itulah teman yang kumiliki. Nyaman berada di dekatnya!





223. Soal Korupsi
Ada KPK!. Sangat takjub. Banyak yang bisa didakwa. Tetapi kabarnya masih banyak lagi yang diduga korupsi namun masih bebas merdeka!. Jargon hukum, adalah praduga tak bersalah, jangan menghukum orang terlebih dahulu sebelum terbukti bersalah. Karena menghukum orang yang tidak bersalah, itu lebih berdosa dibandingkan membebaskan orang yang bersalah. Supaya tidak salah, ya jangan melakukan praduga tak bersalah. Kalau pakai istilah statistika, kesalahan tipe I (α) harus diperkecil!.
Karena doktrin ini, maka semua orang tidak bersalah!. Pejabat kaya raya, tidak bersalah (korupsi) sampai dibuktikan korupsi!. Tugas penegak hukum membuktikannya. Kemampuan penegak hukum membuktikan tentu saja sulit. Karena penegak hukum tidak tahu persis apa yang dilakukan oleh pejabat
Kalau mau niat sangat serius, mungkin terpaksa dilakukan pembuktian terbalik!. Semua pejabat diduga korupsi, sampai si pejabat membuktikan dirinya tidak korupsi. Jadi si pejabat lah yang menjelaskan asal usul hartanya, sementara hakim/masyarakat menilainya. Jika penjelasan tidak dapat diterima, ya berarti korupsi. Hukumannya ringan saja: ambil semua harta yang diduga hasil korupsi plus denda 20%.
Nah untuk memulainya ya dari pak hakim/jaksa. Lalu dari pak presiden, wapres para menteri dan pejabat. Nanti sampai giliran pak lurah.



224. Urut dan lompat
Mengerjakan sesuai urutan itu baik dan prosedural. Namun melakukan lompatan mungkin dapat lebih baik. Untuk dapat mengendarai motor, anda harus dapat mengendarai sepeda. Atau jika anda dapat mengendarai sepeda, otomatis anda dapat mengendarai motor, meskipun soal ‘feeling’ mungkin masih ala kadarnya.
Namun ada sebagian orang, yang belajar naik motor dulu, tanpa dapat naik sepeda. Tentu belajar seperti ini memerlukan energi yang sangat besar, jauh lebih sulit dari belajar naik sepeda, dan biasanya dipaksa keadaan. Namun setelah dia dapat naik motor, secara otomatis, dia dapat naik sepeda dengan ‘feeling’ yang bagus
Jika anda melakukan berurutan, anda mendapatkan kesulitan yang terukur, dan kemajuan yang terukur pula. Jika anda melakukan pekerjaan melalui lompatan, maka kesulitan anda akan sangat tinggi, namun hasilnya ‘kadang’ dapat lebih baik dari yang melakukan berurutan. Terserah anda memilih yang mana
Namun berurutan mungkin lebih baik. Itu kodrat Tuhan!. Dalam beribadah sedikit namun teratur itu lebih baik dibandingkan banyak tetapi tidak teratur. Kontinyuiti menunjukkan keimanan, istilah menejemennya mungkin ‘fokus’ dan konsisten. Konsisten dapat terukur, sehingga prediksi dapat lebih akurat.
Kita perhatikan isi alam maka ada dalam keteraturan. Pertumbuhan kita pun secara teratur. Mulai balita, SD, SMP dst. Jika masih SD jangan menghayal SMU. Bukan tidak boleh, khawatirnya ‘tidak sampai’ dan tak dapat menerima jika ‘tidak sampai’. Jika SD ya SD, bersabar dan terus berusaha menjadi SMP, lalu SMU. Kodrat seperti itu adalah bagian umum dari kehidupan. Ada yang tidak begitu…? Tentu!, tetapi itu bukanlah fakta umum.
Jika kita orang biasa saja, ya hiduplah biasa saja, sesuai urutan dan keteraturan! Itu membahagiakan!



225. 4 Jasa
Ada 4 pekerjaan yang melekat (dibawa) sampai ke rumah, yaitu: pendidik, dokter, polisi, serta TNI. Seorang pendidik adalah pendidik dimanapun dia berada, seorang dokter pun sama, tidak boleh mengatakan tidak praktek, jika ada orang genting memerlukan pertolongannya. TNI dan polisi sudah pasti, beliau-beliau harus menjamin kehidupan bermasyarakat kita 24 jam aman dan damai…. Karena pekerjaan yang melekat ini, mestinya pemerintah memberikan perhatian yang lebih besar, sehingga keempatnya dapat hidup tenang…. Keempatnya juga harus terus diingatkan bahwa hidup mereka 24 jam melekat dengan profesinya, jadi secara sadar mereka dapat memahami konsekwensi profesi itu…. Ingat…., harus disertai imbalan yang memadai




226. Pohon Peneduh
Program hijau!. Program tanam 1 juta pohon!. Bagus sekali, bagus sekali!. Pohon apa….? Apa tidak lebih baik, pohon yang ditanam yang keras namun bermanfaat, misal buah-buahan!. Sama pohonnya, sama peneduh namun pohon buah memberikan hasil!.
Mungkin jika panen akan bertengkar, siapa yang punya….? Atau ada masalah lainnya? Bibit lebih mahal atau mengganggu ketertiban? Bagaimana menurut anda?



227. Mahal atau murah
Mahal atau murah, bukan berkenaan dengan harga. Lebih tepat berkenaan dengan kemampuan kita untuk memilikinya. Mahal atau murah juga berkenaan dengan perbandingan dengan produk yang setara. Jika anda mampu membeli, maka semua menjadi murah. Jangan mengatakan mahal. Jika harga produk setara lebih rendah, maka barang tersebut menjadi mahal.
Anda dapat membuat semua produk murah, dengan meningkatkan kemampuan daya beli anda. Tetapi produk akan tetap mahal jika produk yang setara lebih murah. Untuk hal yang terakhir ini, dapat dibuat murah jika pemerintah dan pengusaha bekerja sama mengurangi biaya yang tidak perlu, sehingga produktivitas meningkat.
Produk murah? Itu jika anda kaya!. Produk mahal?. Itu hasil ineffisiensi!.



228. Macet-Mudik
Jakarta tidak macet? Itu baru cerita!. Setiap hari para kommuter menghabiskan waktu sekitar 4-6 jam di jalan!. Banyak olok-olok, jika orang mengantar ke bandara, yang diantar lebih dulu sampai. Yang jadi ukuran di Jakarta adalah waktu; bukan jarak tempuh!
Sedemikian parah namun tidak pernah dengar solusi optimal/menyeluruh dari pemerintah. Sudah ada busway, tetapi cuma dalam kota!. Tidak ke daerah commuter? Perlu kerjasama dengan pemerintah daerah lain? Susah? Banyak sekali rajanya!
Mudik!. Penumpang kereta menjadi ikan asin!. Golongan ikan asin! Jalan double track tidak pernah jadi!. Tidakkah terpikir setiap tahun bertambah panjang rel baru secara kontinyu…?



229. Net
Saat ini dunia maya sudah menjadi dunia nyata. Di Korea Selatan, ada berita demikian asyiknya dengan net, ada seorang yang tidak beranjak di depan komputer dalam waktu 3 hari!. Hasilnya ‘dead’!. Keliru… tidak usah ditiru !
fakta kalau net mengasyikkan!. Cari teman yang asyik, teriak-teriak, bohong, unjuk gigi, unjuk badan, boleh dan bisa di net !. namun, kata pepatah, segala sesuatu yang berlebihan adalah tidak baik!
Kita masih hidup di dunia nyata. Dan dunia nyata bukanlah dunia maya!



230. Jalan Tikus
sempat membaca suatu tulisan. Kisah net dimulai ketika ada seorang ahli (telekomunikasi) merasa risau dengan arus informasi yang bersifat linear. Katanya kalau bersifat linear, maka penyebaran dapat disabotase dengan gampang: digunting maka hasilnya akan terputus!.
Kerisauannnya ini membawanya ke pusat IT&T, perusahaan telkom besar di US. Di sana, dia ditunjukkan bagaimana proses jalannya informasi. Ternyata lurus. Ahli IT&T bertanya: bagaimana yang tidak linear….? Nadanya meragukan!
Namuan ia tidak putus asa, yakin informasi bisa tidak linear, sehingga tidak bisa digunting. Suatu hari, ia melihat jalan/lubang tikus, yang lubangnya ke kanan, ke kiri , belok, namun saling berhubungan!. Dan dia terinspirasi!. Itulah kawan hasilnya: jaringan internet.
Inspirasi datangnya dapat darimana saja, dari suatu yang tidak kita duga/kita nyatakan tidak berguna sekalipun!. Sesuatu inspirasi merupakan hadiah Tuhan untuk kebaikan!. Yang bercita-cita akan terinspirasi: jangan menyerah!






231. Kaca Spion
Kaca spion merupakan perlengkapan berkendara. Penting, namun bukan sangat penting!. Fungsinya adalah untuk melihat ke belakang. Sekali-sekali saja!.
Begitu juga hidup!. Lihat ke belakang penting, sekali-kali saja: jangan sering-sering!. Hidup adalah masa depan, tidak kembali ke masa lalu. Sesakit apapun masa lalu, dia telah berlalu. Kesenangan dan kesakitan masa depan itulah yang akan dirasakan!. Kosentrasilah ke depan!



232. Klub Bola
Klub bola di negeri kita kebanyakan dibiayai oleh APBD. Ketua klubnya kebanyakan pejabat daerah, ya semisal bupati/walikota. Karena dibiayai oleh APBD berarti itu uang rakyat dan dengan persetujuan DPR. Itu soalnya!.
Ini bukan berarti bola tidak penting. Tetapi kalau pakai skala prioritas, apakah bola merupakan prioritas terpenting untuk dibiayai?. Apakah itu menyangkut hajat hidup orang banyak? Mengangkat harkat dan derajat rakyat?. Banyak klub bola memakai pemain asing dan gaji/transfernya besar?. Banyak juga pemain Indonesia, dan konon ada gajinya yang mencapai 100jutaan/bulan. Apakah begini prioritas uang rakyat dipakai?
Lihatlah ada klub di daerah Timur, pembangunan terbelakang, namun punya klub bola bagus….. sebenarnya tanyalah kepada hati nurani mana yang lebih dipilih: kehidupan rakyat yang sejahtera, atau klub bola yang terkenal…..? pilihan pertama adalah nyata, pilihan kedua adalah pemanis dari pahitnya hidup: ada yang kami dapat banggakan dari daerah kami……
Berfikirlah jernih wahai semuanya….. jika tidak memakai uang rakyat, mungkin lain ceritanya…..
Kiblat klub bola tidak dapat disangkal adalah Eropa. Seluruh dunia, memberikan perhatian pada klub disana!. Iklan mengglobal, siaran tv juga. Setelah itu karcis dan merchandise. Itu merupakan pendapatan klub. Pendapatan itu ditujukan untuk memenuhi pengeluaran klub. Tidak ada uang rakyat yang dilibatkan…. Klub bola merupakan entiti bisnis, dimana acuannya adalah pendapatan ≥ biaya. Bisnis yang dijalankan adalah jasa hiburan, berupa permainan bola. Jika permainan makin menarik, banyak orang terpuaskan, maka pendapatan akan meningkat. Perusahaan akan untung…..
Klub bola tidak lain merupakan perusahaan. Sebagian bahkan merupakan perusahaan terbuka!. Sebagai PT maka untung menjadi komando, bukan yang lainnya!. Bagaimana klub di Indonesia…..?




233. Portopolio
Doktrinnya jangan menaruk telur dalam satu keranjang. Jika jatuh pecah semua!. Pisah-pisah…, biar ada yang aman!. Singkatnya kalau punya banyak harta jangan letakkan di satu tempat, atau satu macam!. Harus sibuk mendifersifikasinya!
Amal kebaikan mesti dimasukkan dalam asset portopolio. Jika semua asset keuangan mengalami kerugian, ada asset kebaikan yang selalu untung…. Anda tidak akan pernah menyesal, sambil berkata: dalam hidup, saya sempat berbuat baik……. Biarlah Tuhan yang tahu (ssttt…., jangan katakan pada siapa-siapa)



234. Ouh Persepsi
Kutulis ini sebagai bagian rasa sayang kepada Aa Gym, Arifin Ilham, dan Yusuf Mansur. Ketiganya ustad muda, dikenal banyak orang, dan (mungkin) dijadikan teladan. Penulisan disini hanya sebatas persepsi dunia, yang mungkin sangat keliru, jika dilihat dari persepsi lain.
AA Gym adalah orang yang paling terkenal (persepsi dunia) sebelum ini. Hanya karena kawin lagi, maka seluruh popularitasnya anjlok. Ini bukan soal agama, karena secara agama beristri 4 pun boleh (bukan wajib lho) dengan klausul/syarat yang dapat anda tanya pada para ustad. Tidak ingin menyatakan ada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap anjloknya reputasi ini.
Dalam hal ini Aa Gym dipersepsikan keliru [apa yang dilakukan AA Gym keliru]. AA Gym mungkin dapat menerimanya (menyerahkan kadar keadilan dan kearifan pada Allah SWT). Yang ingin ditekankan adalah hukuman dari persepsi keliru ini. Hukumannya bukan kepada AA Gym, namun pada banyak pihak. Ada sebagian orang yang kehilangan hiburan/sentuhan ruhani, ada banyak orang yang kehilangan pendapatan, ada banyak potensi bisnis (maju) yang jadi terbengkalai. Itu merugikan!. Dan ini tidak boleh terjadi lagi!.
Salah satu sebab kerugian tersebut besar karena pendapatan/bisnis sangat bergantung pada reputasi AA Gym, serta (mungkin) banyaknya sumber pendapatan yang berasal dari infaq/sedekah. Usaha-usaha sosial kemasyarakatan diduga dananya dari sumbangan jamaah. Begitu AA Gym reputasinya runtuh, maka runtuh semuanya!
Wahai saudaraku Ustad Yusuf Mansur!. Akhi sedang sangat tinggi reputasinya. Akhi juga sedang punya program mulia yang didanai dari infaq. Hati-hati akhi, jangan sampai terkena persepsi…..
Wahai saudaraku Ustad Arifin Ilham. Akhi sedang sangat tinggi reputasinya. Akhi juga terkenal dengan programnya. Hati-hati….



235. Pulo Gadung
Pulo gadung merupakan terminal antar kota paling populer di Jakarta. Bis-bis ke kota-kota pulau Jawa biasanya berpangkalan di terminal ini. Terminal ini hidup 24 jam. Untuk beberapa jurusan di Jakarta, terdapat angkutan malam 24 jam!. Terminal ini bau pesing bukan main, lantaran (diduga) banyak orang yang buat hajat kecil di sela-sela kendaraan umum. Jika hujan maka bau pesing itu hilang, namun sebagai gantinya becek, sampah, dan jorok.
Pulo gadung ini seram namun aman. Aku beberapa kali pulang larut malam, selamat: alhamdulillah. Santai saja namun waspada. pertama, kita harus sudah yakin tahu, tujuan kendaraan. Kedua, berpakaianlah yang wajar, lebih tepat rada semrawut. Ketiga, kalau memang lapar haus, belilah yang dekat dengan kendaraan, dan santai saja. Keempat, jangan percaya dengan orang baru, namun jika ragu, tanya saja dengan tegas!.






236. Jati bening
Jati bening merupakan nama yang populer bagi masyarakat pengguna angkutan umum di bekasi. Jati bening disediakan tempat resmi bagi bus untuk berhenti, menaikkan atau menurunkan penumpang. Biasanya pergantian arah menuju bekasi timur/ barat atau tujuan lain/atau juga bagi tujuan beberapa tempat di Jakarta. Adanya fasilitas ini, memudahkan pengguna. Adanya fasilitas ini juga menguntungkan operator bus. Mereka mendapatkan pendapatan tambahan dari penumpang yang naik. Ojek juga memperoleh keuntungan, dari penumpang yang turun!. Wah…. Semua untung, lalu siapa yang rugi?. Untuk memberikan keuntungan, ternyata tidak harus rugi …………




237. Another TKW
Sering berjumpa dengan kondektur wanita. Dengan kondisi jalanan yang macet, bis yang penuh maka kondektur ini akan berdiri sepanjang hari!. Ditambah Jakarta yang panas, maka sempurnalah….!. ada juga calo wanita, menawarkan penumpang ke berbagai tujuan. Betapa berat menjadi wanita seperti ini!. Sebagai wanita, beliau semua tetap memiliki kewajiban pada keluarganya. Tetap sebagai makhluk Tuhan, dengan kodrat alami: halus dan lembut!
Pastilah ini konsekwensi hidup!.



238. Belajar silat
Pengalaman remaja, belajar silat!. Pertama diberi do’a ditulis disecarik kertas, dibakar, lalu dicampur air: diminum!. Sempat kepala ditutup kain (dihantam bata) tidak apa-apa. Wah…. Wah wah…!
Untuk pergi belajar harus berjalan kaki melewati persawahan, sepanjang kira-kira 1 km, di malam hari seminggu 2 kali. Biar pun ‘pesilat’, kalau pulang, tetap aja takut, Segala doa dibaca!. Tidak ada listrik, jalanan tanah dan tak bertemu siapa-siapa!
Mungkin tidak bakat, atau tidak hoki, akhirnya tidak jadi pesilat!. Sering bolos itulah sebabnya!. Penyebabnya sederhana: istri pendekar sering meminta minyak tanah (ukuran 5 lt). hal itu memberatkanku, sebagai anak orang miskin!. Saat itu memasak menggunakan kayu bakar merupakan kelaziman
Sering bolos, merasa tak ada kemajuan, akhirnya gagal!. Payah….. Aku sesali!
Setelah jadi dosen, pernah belajar kungfu!. Pendekarnya, mahasiswanya!. Semakin belajar, semakin tidak mengerti!. Sebabnya…., terlalu banyak bertanya, dan sang mahasiswa tidak mampu menjelasknya. Mengapa gerakannnya begini, setelah gerakan ini, mengapa begitu…. Gagal!



239. Belajar ngaji
Sewaktu kecil, belajar ngaji! Karena menjadi murid istimewa jadi tidak dapat membaca!. Sebabnya satu: mulai malas dan tidak disiplin. Keistimewaan bukan karena prestasi, karena titipan khusus buat gurunya!
Ketika menjadi mahasiswa, di Bandung, berusia 17, usaha belajar dilanjutkan. Dengan tetangga kamar kost!. Tetap menjadi murid istimewa, sang guru mengalah datang ke kamar kost, dan mengajarkan fokus ke membaca.
Sang guru menitipkan pesan agar terus berlatih!. Caranya…., dengan mengajar!. Di musholla, dengan berbekal siswa TK, terjadilah latihan itu. Alhamdulillah, karena kesadaran ingin dapat membaca, akhirnya dapat juga membaca kitab suci….
Dan semoga terus mengaji dan mengkaji…..



240. Belajar bahasa sunda
Tinggal di slump area, terdapat banyak kanak-kanaknya, yang sebagian mereka, berbicara dalam bahasa ibu!. Kanak-kanak itu guru yang baik!. Orang tua mereka pun jua, karena melarang si kanak-kanak berbicara dengan kasta yang rendah!. Practice makes perfect, cobian wae….!





241. A Wind Fall
Pernah mencoba mengisi waktu, dengan melakukan sesuatu yang baik!. Mencoba mendekat pada-Nya, agar mendapatkan kenyamanan hidup. Dan benar adanya….., Ia memberikan yang diinginkan, ala kadarnya dan kadang berlimpah!
A wind fall akan tiba, setiap waktu, jika kita mampu menemukannya: pada-Nya!




242. Belajar pernafasan
Tarik, tahan, keluarkan!. Untuk kesehatan. Untuk kemampuan ‘batin’ juga dapat menjadi iming-iming. Lebih sabar, lebih mampu ‘melihat’ sesuatu yang ‘tidak terlihat’. Hhmmm…..
Latihan yang menjenuhkan, luar biasa. Tidak ada keceriaan!. Latihannya saja pelu kesabaran, pantas saja, hasilnya dapat luar biasa
Sayangnya…, aku bukanlah orang yang sabar untuk berlatih seperti itu!. Dengan berbagai sebab!




243. Di Tilang Pak Polisi
Suatu malam yang larut, bertiga bersama teman pulang. Di suatu tempat, ada razia polisi. Sopirnya sangat handal, biasa bawa ‘trans jawa’ hanya saja tidak memiliki SIM. Di sebelahnya, memiliki SIM, namun tak dapat menyupir. Hhm… dua orang yang ‘keliru’. Bersepakat keduanya tukar kursi. Yang memiliki SIM, keluar dari pintu supir!. Pak polisi yang bijak tahu…. dan segera memarahi! Celaka….
Hhm…. itu Puluhan tahun yang lalu. Masih teringat!



244. Belajar renang
Cukuplah pergi ke sungai, ringankan badan, kayuhkan tangan. Tidak mengenal gaya, tujuannya hanya dapat berada pada satu sisi lainnya! Itulah cara belajar renang alami, ala kampung!.



245. Belajar motor
Mestinya secara urutan, seseorang yang ingin dapat mengendarai motor haruslah dapat bersepeda. Hal ini bukanlah sulit, karena pada saat kanak-kanak, biasanya bermain sepeda. dengan demikian secara keseimbangan, maka sudah diperoleh!. Belajar naik sepeda, adalah pelajaran dasar dan yang tersulit!.
Bagiku tidak!. Belajar naik motor, adalah yang tersulit. Sebabnya, tanpa urutan (belajar naik sepeda) aku belajar naik motor!. Sungguh berbahaya, dan sangat melelahkan sang guru yang harus ikut menjaga keseimbangan…..
Kadang-kadang dapat dilakukan hal-hal yang tidak berurutan!. Apakah siang dapat mendahului pagi…?







246. Bandung Utara: Perpustakaan Unpad (1987-1992)
Udara sejuk dengan angin bertiup rendah!. Ketika musim penghujan datang, di teras perpustakaan angin menebarkan dingin, dan ingin!. Duduk, terfekur membaca buku, mencari diri dan sendiri!. Mungkin tidak menemukan, mungkin terperangkap kebekuan. Mungkin juga telah dimiliki, mengkristal di dalam hati.
Bandung utara dengan udara yang sejuk. Rumah-rumah indah di bukit-bukit. Pohon-pohon raksasa di dua sisi jalan, menyatukan dahan, menghalangi sinar mentari,. Hutan Pakar Dago menyisakan ruang hati dan kealamian!



247. Bis Tumpuk
Kalau anda ke jakarta saat ini, anda tidak akan tahu kalau dulu di Jakarta ada bus tumpuk (tingkat). Nomornya 43!. Kalau jalan bus terhuyung-huyung. Aku senang Naik di atas, duduk bagian depan!. Penumpangnya selalu penuh. Fasilitas standar yang diberikan bus ini adalah copet!. Bergerombol dekat pintu, dia sibuk mencari mangsa setiap kali bus berhenti. Aku pernah juga kecopetan dan turun bareng si pencopetnya juga.



248. Metromini
Ini angkutan bis sedang dengan warna merah-kuning. Cirinya khas: kapan berhentinya hanya Tuhan yang tahu. Jangankan penumpang, sopirnya pun tidak tahu kapan bakal berhenti. Karena jika tiba-tiba melihat penumpang, tiba-tiba itu pula bis ini bisa berhenti. Di tengah jalan pun tak masalah!. Satu lagi cirinya, dia lupa untuk menurunkan penumpang. Kalau anda, orang baru ke satu tujuan, jangan lupa untuk menyatakan tujuan pada kondektur, dan mohon nanti diingatkan lagi dengan sopan!. Banyak pengalaman, orang diturunkan di tempat yang tidak semestinya, terlewat jauh.
kondekturnya lupa. Itu sudah diingatkan….., apalagi tidak!



249. Ojek sepeda
10 tahunan yang lalu ojek sepeda merupakan salah satu alat transportasi di Jakarta Utara, khususnya daerah Tanjung Priok. Banyak yang senang memanfaatkan ojek ini, terutama untuk tujuan-tujuan khusus. Aku juga, bahkan punya langganan. Pernah menaiki ojek sepeda, yang ternyata orangnya baru datang dari desa. Jadi waktu lebaran, dia sudah tiba terlebih dhulu di Jakarta. Pada saat itu transportasi utamanya adalah bemo. Dengan muatan 7 orang, maka muatan bemo menjadi sangat terbatas. Karenanya ojek menjadi pilihan alternatif. Bemo diganti mikrolet, ojek sepeda masih ada, tetapi keberadaannya makin tergeser oleh ojek motor. Kasian juga kalau masih ada, mengayuh sepeda…. bukanlah pekerjaan ringan. Apalagi dengan kondisi lalu lintas yang padattttttttttt.



250. Stasiun Tambun
Ada klausul keamanan perjalanan yang kita pahami: semua harus mengalah jika ada kereta api. Tapi klausul itu tidak berlaku (secara mutlak) di stasiun Tambun. Stasiun ini lumayan macet, jadi lama sebelum kereta melintas, palang dan sirine sudah diturunkan. Petugas sukarela kemudian mengatur lalu lintas, untuk mengosongkan daerah perlintasan. Setelah kosong biasanya kereta melintas. Bagaimana jika kereta tiba…..? di ujung timur dan barat biasanya kereta menunggu. Jika isyarat dari stasiun oke, maka barulah kereta melintas. Dengan demikian tidak pernah terjadi kecelakaan lalu lintas. Coba kalau setiap stasiun seperti ini…. (yang tersisa macet….?)






251. Fatwa MUI
MUI penjaga ummat, pengarah bagi kebaikan, mmeberikan dasar hukum dengan dasar pertimbangannya adalah spirit agama. Sayangnya…. Dalam beberapa fatwa, tampaknya ‘kurang bagus!
Mestinya fatwa pada golongan atas dahulu, baru golongan bawah!. Fatwa mencuri potong tangan? Tentu banyak yang alergi, protes lalu menganggapnya biadab!. Orang kecil (mungkin juga diprovokasi) protes yang pertama kali. Takut dipotong tangannya…?. Hhm…. padahal hukum harus ditegakkan pada golongan atas terlebih dahulu!. Jika masih ada korupsi, tidak boleh berlaku hukum itu. Jika mencuri karena lapar, maka kewajiban pemerintah memberi makan. Jadi koruptor adalah yang pertama dihukum potong …!
Dalam hal golput, MUI juga memberi fatwa ke golongan bawah, bukan atas!. Akar masalah golput jelas, rakyat tidak yakin terhadap pilihannya!. Jadi sebaiknya MUI membuat fatwa buat yang dipilih, bukan yang memilih!. Misal: termasuk dosa besar melalaikan tugas/korupsi; dan tidak disholatkan kalau mati.
Dalam hal rokok MUI sulit menjalankan fatwanya….. sebabnya…, pak kiai adalah sebagian pihak yang mendorong industri rokok!. Ini juga bernilai ekonomis tinggi, dan banyak pihak mendapatkan ‘rente’nya!. Jangan rakyat difatwakan rokok haram….., tetapi penyelenggara dan pak kiai saja yang difatwakan…
Fatwa BBM….? Ada yang murah kok beli yang mahal….! MUI sudah mengerti belum, berapa biaya produksi BBM; siapa pengeruknya, siapa produsernya…?
Jadi buatlah fatwa yang memberikan tekanan psikis bagi para pejabat/pembesar.

Jika tidak, fatwa MUI dianggap angin lalu, harap maklum….


Secangkir Koffee Manis: 148-200
148. Ambil keputusan
Ambil keputusan merupakan hal paling penting dalam hidup. Salah dalam bertindak, membawa bencana yang konsisten. Bagi perusahaan ini terkatagori kesalahan terbesar, kesalahan strategis,. Ingin berbagi empat orang kecil, bagaimana keputusan hidup mereka
Si A memiliki beberapa anak. Uangnya terbatas, pilihan hidupnya membeli rumah atau kuliah anak. A memilih membeli rumah. Ia mungkin ingin hidup nyaman, dengan rumah yang lebih besar. Rasanya kenyamanan itu semu. Hidup terlilit hutang, dan anak menjadi penganggur!
Si B terkena PHK, dan dapat pesangon. Si B berkelakuan sama dengan A, dengan alasan untuk tempat usaha. Ternyata usahanya macet…. si B belum paham, secara bisnis yang penting adalah liquid dulu baru solvabel. Jadi mestinya, ya uang pesangonnya dijadikan modal usaha (modal kerja) bukan bangunan.
Si C juga terkena PHK, dan juga dapat pesangon. Pesangonnya dibayarkan buat melunasi rumah BTN-kriditnya. Sisanya dia buat usaha, di rumahnya. Sampai saat ini, dia mandiri, dengan usaha kecil-kecilannya
Si D, memiliki pendapatan yang lumayan. Lalu pasangannya memulai bisnis, sayangnya bisnis yang digeluti, sangat jauh dari jangkauan kebiasaan selama ini. Hasilnya yang tersisa hutang. Dia tidak paham, memulai bisnis yang paling ideal adalah dari hobbi, dari apa yang bisa ditangani sendiri
Sekedar refleksi bagi kita semua!




149. Do’a
Kebanyakan manusia percaya dengan doa. Do’a menjadi penghibur!. Sungguh tak tepat, jika mengeluhkan lelah berdo’a. karena do’a itulah penghiburan yang tersisa. Sarana terdekat mencapai Tuhan!
Jika hari ini aku tidak Kau selamatkan, maka dulu pun tidak akan Kau selamatkan, karena sekarang ini adalah hasil dulu!.
Teman, kita semua perlu berdo’a




150. Nama Betawi
Hhm…. Pertamanya terasa bingung, sekarang malah menyenangkan. Lucu. Ada kebiasaan di lingkungan betawi, memberi nama kecil, yang seolah-olah seperti menghina, tetapi ya biasa aja bagi mereka. Tetapi yang memanggil ya teman sepermaianannya saja. Rambut tegak, maka panggilannya landak. Gigi rada ke depan dipanggil gigi. Ada si peang, ada codet (karena ada codetnya). Si Lukman dipanggil bulug (bulug=kotor gitulah), ada lagi si gaber, geblak, dsb.
Nah ada lagi yang menyenangkan yakni jika menerima undangan. Turut mengundangnya bisa 50 orang. Dari orangtua, pak lurah, lurah besar (mantan lurah), paman, adik kakak, mandor, hingga ‘yang punya’, pak ustad, dan anggota DPR (kalau ada). Meriah…..
Semoga hidupmu selalu meriahhhhhhhh






151. Risiko dan gegabah
Risiko dan gegabah adalah dua hasil yang sama. Biasanya menemukan hal yang merugikan atau celaka. Tetapi sebab terjadinya berbeda!. Risiko jika telah dipertimbangkan dengan masak, lalu terkena peluang gagal. Setelah bersusah payah melakukan banyak hal, tetap gagal. Orang yang berani ambil risiko adalah orang yang terhormat. Salah satu kelompok yang berani mengambil risiko adalah pengusaha.
Gegabah adalah orang yang sembrono. Tanpa pertimbangan matang, berusaha melakukan sesuatu yang berisiko. Gegabah cenderung juga orang yang emosional, berfikir pendek, lihat saja nanti. Nanti dia lihat dia akan gagal.
Keduanya ada posisi gagal, namun manakah yang perlu kita pahami?



152. Beasiswa
Anak guru mestinya adalah orang yang pertama berhak mendapat beasiswa. Kasihan pak guru, kalau mengajarkan yang ideal & bersungguh-sungguh, tetapi anaknya tidak dapat melanjutkan pendidikan tinggi. Beberapa kelompok masyarakat, mestinya diberikan beasiswa pendidikan gratis, di seluruh PTN, asal saja memenuhi syarat kualifikasi. Anak TNI/Polri, anak hakim/jaksa, anak dr puskesmas, termasuk diantaranya. Mengapa demikian?. Supaya kerja fokus, melayani dan tidak menyalahgunakan wewenang. Dana beasiswa….? Ya ditanggung bersamalah…., difikirkan oleh pemerintah!. .

153. Leader
Leader memang berbeda. Leader, seorang yang cepat mengambil keputusan, dan dapat memengaruhi. Juga punya keinginan untuk mempengaruhi dan mengambil keputusan. Seorang leader memang memiliki ambisi, dan agar efektif selain punya visi/misi juga harus dapat mengkomunikasikan apa yang diinginkannya….
Apakah teman demikian…..?



154. Habis gelap terbitlah gelap
Karena banyak kegelapan di sekitar kita, ketika coba diurai, yang tersisa kegelapan lagi!. Penjelasannya tidak jelas, menambah kebingungan, dsb!.
Berbuat buruk, untuk menutupi keburukan yang ada, dapat menjadi contoh. Jika hal ini menjadi kebiasaan, maka bukan hanya gelap, melainkan telah kelam. Dan jika sudah merasa tidak berdosa, maka telah menjadi: diawali gelap disempurnakan dengan kelam!



155. Masa Muda
Menyaksikan lomba futsal remaja. Ruar biasa….. taktik dan stamina yang hebat. Bermain di semua cuaca, terik menyengat, benturan hebat, tetap semangat. Ruar biasa…... Kemudaan dan kekuatan!. Alangkah indahnya memiliki kemudaan!. Semoga tidak salah jalan, dengan segala kemudaan itu….
: masa muda masa yang berapi-api! (Rhoma Irama)



156. Langit Yang Tinggi
Pernahkah menyaksikan turnamen (olahraga)?. Jika ya, tentu teman terkesan dengan tekniknya: tinggi!. Tetapi mengapa jika bertemu tim lain kalah? Itu artinya tim yang mengalahkan berteknik lebih tinggi!
Pemain timnas hebat, tetapi pemain yang mengalahkan timnas lebih hebat. Hhmm…. Langit berlapis, dan mungkin kita di lapisan bawah. Berlatih lebih keras semoga dapat meningkat…. di atas langit ada langit. Dan rendah hatilah……



157. Penjual Motivator
Sungguh kagum pada penjual motivator. Orang yang luar biasa!. Dia dapat memotivasi orang. Seorang motivator, tentu orang yang sangat sukses dan berbahagia. Dia selalu menceritakan kesuksesan, mengajari caranya, dan sudah mendapatkannyakah…? Apalagi yang dicari….?
Tetapi mengapa harus dijual ….? Harganya mahal? Pakai teknik rahasia juga….? pun pendekatan spiritualitas!. Bukankah sudah sukses dan berbahagia. Mestinya sudah saatnya berbagi…. Bukankah secara spiritual, memberi menjadikan kaya!. mengapa harus beriklan, berambisi memasarkannya? mengapa harus pakai jaminan, 100% uang kembali (sst… seperti tukang obat), ada juga yang pakai diskon?. Mungkin teman dapat memberi jawabannya….?




158. Perasaan Ortu
Orang tua memang ditakdirkan untuk menderita. Beliau selalu merasakan untuk anaknya.
Apakah sebagai ortu, kita sudah seperti itu….? Apakah sebagai anak, kita memahami: sayang ortu memang betul-betul sayang!



159. Kabar
Kabar buruk seringkali menyebabkan duka. Ada berbagai perasaan sedih yang berkecamuk. Tetapi kabar buruk dapat menjadi sarana untuk intropeksi. Mungkin keburukan itu, menghalangi untuk berbuat lebih buruk lagi. Orang yang selalu berhasil (bahagia) mungkin lupa pada hakekat Tuhan sang pemberi bahagia. Keburukan dapat mengingatkan diri kita pada Tuhan
Sesungguhnya Tuhan selalu menginginkan kabar baik, selama kita ada pada koridor-Nya. Kabar yang buruk sekalipun, itu hanyalah dalam rencana Tuhan, agar kita ada pada koridor-Nya.



160. Tetangga
mungkin indah memiliki tetangga. rumah berjejer dan ada kenalan. Ada kesulitan, ada teman untuk ‘berpaling’. Tetapi itu kabar baiknya. Kabar buruknya, jika tetangga tak sesuai harapan. Setiap kali, menjadi cobaan dalam hidup. Lebih parah, bisa menjadi penyebab kecelakaan…. Biasanya penyebabnya sederhana saja: jeolous dan dengki.
Itu kabar buruk dong! Kabar baiknya adalah: berhati-hatilah dengan sesama manusia. Atau bersyukur sambil berkata: bukan saya sebagai kabar buruk!






161. Berkerumun dan Antri
Apa yang paling susah dilakukan oleh orang Indonesia? kita menjawab semua. Tetapi salah satunya adalah antri!. Berkerumun, lebih disukai! Berkerumun mungkin menunjukkan ‘power’ yang dekat dengan pemberi, yang punya tenaga untuk ada pada kerumunan terdepan. Karenannya setelah memperoleh (hasil), kebanggaan itu terpatrikan. Aku berhasil, karena dekat atau karena ada power!
Antri menunjukkan ketertiban dan kepatuhan. Tidak seorang pun diistimewakan. Karenannya memperoleh lewat antrian, adalah hal yang wajar. Ekspresi kegembiraan biasa saja…Kegembiraan yang dibagikan: untuk semua!



162. Tak ada yang kekal
Tak ada yang kekal selain waktu. Kecuali usia, semua dapat dikalahkan!. Semua terhalang oleh usia; kesenangan dan rencana!. Berhenti, bila tiba saatnya. Segera atau nanti!. Memakai isyarat ataukah tiba-tiba
kanak-kanak menjadi dewasa, yang dewasa memasuki senja. Pergilah semua kemudaan……

163. Nisbi
Dulu, kutelusuri gang sempit serasa jalan raya. Mengapa….? Karena datang dari desa ‘udik’; tinggal di kota merupakan pertanda lebih baik. Saat mengulangi kini, barulah paham, betapa ‘kumuh’ tempat bermukim dulu!.
Mengapa penilaian berubah, untuk sesuatu yang tidak berubah?.



164. Mantan Ustad
jika ini terjadi merupakan kabar buruk!. Selalu para ulama menasehati, lebih baik menjadi mantan preman daripada mantan ustad. Sekali ustad tetap ustad!
Meninggalkan masjid dalam waktu yang lama. Ketika kembali, semua serasa merindukannya, menyalami dan menyambut hangat. Posisinya kembali semula, menjadi iman dan sebagainya. Padahal dahulu ia pergi karena ingin merasa menjadi jamaah saja. Dia merasa, masjid itu selalu dihubungkan dengan dirinya. Itu yang tak diinginkannya…. Dia bergumam….., sekali menjadi ustad untuk selamanya. Kapan ya jadi mantan…., duduk manis, mendengarkan ceramah, mengikuti imam saja dalam sholat…..




165. Mendengar radio
Kebiasaan yang baik sambil jalan pagi. Mendengarkan berita atau cerita agama. Lumayan dapat dua: sehat dan ilmu! sinergi…..



166. Hijrah
Makna yang selalu dikutip adalah hijrah (pindah) lah dari sesuatu yang jelek menjadi bagus. Menjadi tekad!. Namun tekad saja tidak cukup!. Fokus pada tekad; implementasi; itulah hal yang sulit! Itulah berhijrah!.
Semoga tidak putus asa….., ingat terus, harus terus: berhijrah!. Satu waktu semoga dapat: berhijrah!



167. Tuhan itu baik
Mintalah pada-Nya, berapa saja. Tak usah malu dan janganlah tanya harganya!. Dia membuka semua….., karena Ia memang demikian adanya!. Kasih sayang-Nya, kebaikan-Nya; dipendarkan untuk semua makhluk-Nya, dengan kadar yang Ia tentukan!
Tuhan mengerti apa yang kita tidak mengerti!. Tetapi kita tahu; Tuhan itu baik!



168. narsis caleg
Musim kampanye, lautan buih janji! Segala hal baik dinyatakan, diyakini dia bisa! Yakin dapat berbuat baik untuk rakyat
Terlalu banyak orang ‘baik’ yang berebut ingin berbuat ‘baik’. Berkelahi sesama orang baik! Mengapa tidak berbuat baik di tempat sunyi…?



169. Ketua masjid
Menjadi pemimpin tempat suci bagi orang yang tak suci, bukanlah hal ringan! namun menjadi demikian, bukanlah hal yang terlarang!. Tuhan mencatat, dari setiap lirik niat manusia; kesucian manakah yang akan dipersembahkan pada-Nya!. Bukan pada manusia catatannya!
Suatu hari, sebagai bagian dari episode hidup, hendaklah kita ada pada tempat yang suci, mendedikasikannya untuk kemuliaan. Semoga dimuliakan-Nya!.



170. Korupsi!
Suatu hari (tahun 1998) ditawari bantuan JPS dan tanda terima dengan kwintansi kosong!. Bantuan itu untuk masjid!
Ouh negeriku!. Program mulia, pelaksanaannya harumnya pun tak ada!. Konsep bagus, implementasi buruk. NATO!. Jika urusan urusan masjid saja sebegitu mudahnya untuk berbuat tercela…., bagaimana urusan yang lain…. Airmata darah!





171. Tingkat pengangguran….
Ukuran pengangguran adalah bekerja sekurangnya 1 jam/minggu!. Ukuran yang menipu! Apa yang dapat dikerjakan selama 1 jam….? Bermimpi pun tidak cukup!
Rasanya tak diukur akan lebih baik, karena tiada hasilnya tak akan menyesatkan! Agar di dalam kegelapan pengetahuan, dicari tahu kebenarannya…



172. Harus murah
Harus murah: pendidikan dan kesehatan!. Setiap orang dapat sekolah, dan setiap yang sakit dapat berobat. Fungsi pemerintah cukuplah dua itu saja! Bangunlah gedung sekolah dan rumah sakit sebanyak-banyaknya!. Jika perlu, Tidak perlu segala macam departemen!
Guru dibohongi dengan semboyan pahlawan tanpa tanda jasa. Akhirnya banyak guru hidup sengsara dan hilanglah dedikasinya!. Malaysia dibangun oleh tenaga guru dari Indonesia. Kini mereka lebih makmur
Soal kesehatan, tidak ada orang yang ingin sakit. Tetapi jika seseorang sakit, maka ia pasti risau dan ingin sembuh. Disini pemerintah perlu menyediakan rumah sakit atau puskesmas yang terjangkau dimana-mana. Pemerintah tidak mampu? Itulah yang heran, mengapa?.
Yang lain boleh mahal




173. Pajak
Iklan dirjen pajak: dapat tidur nyenyak…. (2009)
Bagaimana dapat tidur nyenyak, jika manfaat tepatnya buat pribadi tak diketahui? Konon di negara luar, setelah tua, pensiun, maka warga negara mendapat asuransi sosial. Jadi hemat wajib pajak, ini semacam arisan, sekarang bayar, besok dibayar!. ikhlas gak rugilah!.
Lha di negeri kita, issuenya sebagian buat gaji abdi negeri, kabarnya kalau kerja sedikit kurang serius (penghalusan nich he3x…)! bolehkah kita bicara; anda saya bayar, kami pembayar pajak…?
Pajak juga beda dengan zakat. Zakat dibayar atas dasar kelebihan biaya hidup!. Bagi masyarakat kecil (pas-pasan) pajak akan sangat menyiksa! Pajak berlapis-lapis, semua yang kita nikmati hampir selalu ‘dipajaki’. Dikurung oleh pajak…., dengan terus bertanya manfaatnya!
Bukan untuk membangkang, tetapi sekedar keluhan. pak dirjenlah harus terus mensosialisasikan manfaat pajak bagi rakyat semua…..
kapan dapat kabar: tua dapat jaminan sosial, bisa berkata dengan bangga: hati-hati… we are tax payer!


174. Disparitas rakyat
Di bawah tol, seringkali diperbaiki taman-taman. Halte gonta-ganti!. Tetapi di tempat yang tidak jauh, banyak sekali tuna wisma. Memperbaiki kolong tol atau penghuni kolong tol?.
Mereka bukan penduduk DKI!. Tetapi mereka WNI!


175. Penganggur
Cerita seorang pengangguran!. Menafkahi keluarganya beliau menjadi ustad. Biarlah Tuhan yang menilainya!. Di musim kampanye, menjadi caleg, sebuah partai baru!. Tuhan…. Ampuni kami!. Dalam kehidupan sendiri saja telah kalah, bagaimana memperjuangkan orang lain…?


176. Guru
Guru memiliki banyak ‘anak’, beranak pinak!. Dimana-mana, kelak, dia dapat disapa, oleh orang yang tak dikenalnya (lagi). Diperhatikan dan disanjung, walau sesaat! Guru memiliki itu dan menikmatinya!. Sejatinya….., itulah kenikmatan bagi guru
Guru juga menikmati ‘knowledge transfer’. Berharap suatu hari si anak menjadi lebih baik. Guru yang baik, adalah penghasil anak yang baik
Guru dikenang dan diperhatikan, hanya bagi mereka yang berbudi pekerti!. Bagi sang guru: hati-hati….., anakmu dimana-mana!. Awas jangan berbuat yang celaka!



177. Ukuran keadilan
Apakah ukuran disparitas pendapatan? Rasio Gini!. Hhm, seorang profesor menuliskan: eye
Professor tersebut baru saja berkeliling Jakarta. Pertama pergi ke segitiga mas (pusat bisnis). Dia sangat terkesan dan bertanya: ini Jakarta?. Setelah itu ke Kramat Tunggak (lokalisasi)* dan dia bertanya juga: ini jakarta?
Bicara rasio angkanya hanya berkisar 0 s/d 1, selisihnya tidak akan terlalu jauh!. Bicara dengan penglihatan maka akan tahu siapa yang makan apa dan siapa yang makan siapa!. Tidak bermaksud mengecilkan hati ekonom (penganut rasio gini!), tidak juga untuk mengatakan berbohong dengan statistika!. Ini sekedar cara ukur sederhana berkenaan dengan disparitas
* = sudah ditutup




178. Khas Indonesia
Peraturan tintanya belum kering, sudah dihapus lagi….! Kita selalu belajar memaafkan (kesalahan) bukan mendidik (disiplin). Kita bangsa yang pemaaf dan selalu berbuat salah. Kita bukanlah bangsa yang terdidik dan disiplin. Karenanya kita lembek dan kalah! Pecundang ada dimana-mana, karena para pimpinannya juga pecundang!
Lebih baik tidak membuat peraturan, jika peraturan itu disepakati untuk dilanggar dan dimaafkan. Lebih baik tidak ada peraturan, jika peraturan itu digunakan untuk dimanfaatkan. Peraturan dibuat untuk arahan, untuk disiplin!. Dimulai dari yang membuat!




179. Haji Zalim
Ada Al haj, yang pergi atas biaya pemerintah!. Uang rakyat! Ada pos naik haji? Itulah yang merusak agama! Haji bagi yang mampu, sebagai kewajiban terakhir!. Kewajiban individu, jangan dialihkan!. Masih banyak persoalan rakyat yang lebih pantas dituntaskan dibandingkan naik haji.




180. Perokok = Pembunuh!
Di kalangan rakyat (miskin) pengeluaran rokok, lebih tinggi dibanding investasi untuk pendidikan!. Miskin, tidak sehat dan bodoh! Sempurnalah lingkaran setannya!. Anaknya telah diarahkan menjadi ‘setan’.
Segeralah dibentuk Densus 89! Bunuhlah rokok!





181. Musik, Para Pecundang, Musisi,
industri rekaman berakhir!. Penyebabnya adanya teknologi MP3 yang lebih M3, mudah, murah dan meriah untuk menikmati musik. Selamat tinggal kejayaan para pemusik!. Teknologi membuat karya anda lebih dapat dinikmati, namun anda tidak mendapatkan hasil yang melimpah (copy of cassette).
heran, tetap banyak yang ingin jadi artis/penyanyi dadakan melalui semacam pencarian bakat yang tampaknya akal-akalan. Para penyanyi dadakan, suaranya pas-pasan serta tidak bisa membuat lagu. Akibatnya begitu jadi juara, cuma mengharapkan si pembuat acara agar me’maintain’ pamor dia. Belum Seumur jagung telah mati…. ! tidak menyadarikah jika hanya dijadikan objek untuk acara tersebut!
Banyak sekali band (penyanyi) baru berbakat. Dengan demikian lagu cepat basi, karena selalu ada lagu baru!. Akibatnya umur penyanyi menjadi pendek. Padahal investasi untuk bermusik besar!
Namun sedemikian banyak band (penyanyi) baru tidak satu pun yang masuk ke irama dangdut. Penyanyi dangdut, cuma mengubah lagu pop!. Disini penyanyi parah lagi, tampaknya hanya mengandalkan tampang dan joget!. Nuduh? Buktinya tidak ada lagu baru di jalur dangdut!. Mestinya anak muda berbakat musik, jika ingin hidup lebih lama, jangan bertengkar di jalur pop, masuk ke jalur dangdut. penyanyi akal hidup sendirian, persis kayak pangeran. Kayak pangeran karena raja dangdut sudah dimiliki ama bang haji (rhoma). Beliau tipe orang sukses, banting setir dari penyanyi pop (rock) ke dangdut!. Nama dan lagunya terus dikenang. Coba bandingkan dengan pendahulu pop seusia beliau: favourite, koesplus, the mercy, panbers, d’dloyd. Anak sekarang coba tanya lagunya…? Jadul jawabnya!



182. musik dan anak-anak
sedemikian banyak musik memasuki ruang telinga, maka balita pun sudah mendengar lagu romantis ala percintaan. Sungguh tragis nasibnya!. dulu, masih ada lagu kanak-kanak yang dinyanyikan anak-anak. Saat ini nyaris tidak ada lagi lagu anak-anak. Kalau diidentikkan dengan pendidikan, lagu begini ibarat pelajaran SMU buat TK; membuat cepat dewasa namun tidak mengerti. Celaka lagi, ada acara TV dengan penyanyi cilik tetapi lagu dewasa…. Ini maksud mendidiknya apa sich….?



183. Musik dan keunggulan bangsa
Kalau dibandingkan dengan negeri tetangga, kabarnya soal lagu dan nyanyi Indoensia dipastikan heubat …. Tapi kalau dibandingkan soal kemakmuran, kita semua tertunduk malu…. Mungkin, di negeri tetangga, tidak dieksploitasi berkenaan dengan industri/bakat ini…. Mengapa….? Jika lapar tetap tidak bisa kenyang hanya dengan menyanyi….!
Nah…. Mestinya kita sadar semua, musik merupakan industri tersier. Mestinya seluruh potensi bangsa untuk memenuhi industri primer dan sekunder terlebih dahulu. Anak-anak muda agar diarahkan menjadi/memasuki industri tersebut. Setelah kuat barulah mengembangkan industri tersier…. Sekarang tampaknya kebalikan… karena menjadi seleb, memberikan janji duit yang banyak, banyak orang bermimpi sampai mabuk kepayang ingin jadi seleb.
Di jalan-jalan banyak sekali pengemis/pengamen menyanyikan lagu lagu penyanyi baru!. Penyanyi baru secara tidak langsung menghasilkan pengamen baru!. Ini baru hipotesis, yang belum diuji kebenarannya!…
Pemerintah harusnya mengarahkan hal ini…. Khan ada Depkominfo



184. Semua orang punya HP
Di kalangan miskin, setelah rokok, yang mengalahkan investasi pendidikan adalah pulsa telepon (hp). Pengamen, sesaat setelah mengamen, memainkan hp!. Kabarnya pun, pengemis, dapat memiliiki hp bagus!. Luar biasa. Mungkin inilah watak kita: biar kere yang penting kera (hahaha)




185. Free Lunch
Sebuah sekolah negeri, dengan murid yang banyak. Waktu belajar singkat dan iuran sporadis disana-sini!. Seorang wali murid marah!
Wali murid ini ingin bagus dan gratis!. Kewajiban pemerintah mendengarkan keinginan rakyatnya!. Tetapi jika pemerintah tak memiliki ‘telinga’ maka seyogyanya sang wali murid harus berusaha sendiri untuk kesenangan dirinya!. Berinvestasilah (pada pendidikan)!
Gaji guru tidak besar! Jangan pernah berkata guru banyak korupsi (apa yang bisa dikorupsi?). di sekolah swasta bonafit pun guru tidaklah kaya (tidak bisa menyekolahkan anaknya di sekolah bonafit!). Sepanjang hidupnya guru selalu makan hati, bergaji kecil dan dituntut besar…. Guru Cuma senang, kalau bertemu muridnya berhasil dan disapa: ini guru saya……
Wali murid….., anda ingin free lunch….?










186. Jampi
pernah merasa sangat marah, menahan marah yang sangat. Tidak terungkapkan (tersalurkan) karena berbagai hal. Rasanya sangat sesak dan sekonyong-konyong merasa akan jatuh. Jantung terasa sakit…. Merasa akan terkena penyakit jantung. Sebabnya jelas: karna marah dan tertahan…
Tidak ingin mengalami sakit!. Seketika diucapkan: saya maafkan, saya maafkan, berkali-kali!. Mujarab…, tidak berapa lama, merasa dadanya lega. Ternyata pemaafan merupakan obat yang paten!.
Barangkali kita menikmati dendam, dan puas jika dapat membalas. Namun, memaafkan juga memuaskan…. Tidak mudah memang, dan perlu belajar!. Walaupun pemaafan tidak harus berarti membebaskan yang salah dari hukuman…..



187. melupakan
Suatu hari aku menemui seseorang (A) untuk meminta tanda tangannya. Segera A menandatangani, setelah itu dengan kursi putarnya, berbalik arah terus melanjutkan pekerjaannya. Aku termangu, dan bergumam: betapa sibuk, hingga untuk berbasa-basi sedikit saja, atau mendengarkan kata terima kasih tidak punya waktu (diperlukan).
Waktu berlalu lagi, dan aku bertemu kembali dengannya!. Ia berubah; karena kini statusnya sama!. Tak pernah dapat melupakan peristiwa itu meskipun tak pernah merasa sakit (lagi)….
Memaafkan ternyata lebih mudah dibandingkan menguraikan memori!. selalu ingat, walaupun tidak bermaksud mengingat apalagi membalas.
Adakah teman, selalu mengingat keburukanku….?


188. sembilu
Kata-kata sangat tajam….. bekas tusukannya sangat dalam… . Ketika kita marah, dan ingin menunjukkan kemarahan, maka kata-kata menjadi senjata… kata-kata juga sangat mudah! Terluka dan terluka, sakit dan sakit…. Tak adakah yang mampu menahan kata-kata….? Tak inginkah kita menahan kata-kata….? Terbiasakah kita disakiti dan menyakiti….? Kata-kata adalah sembilu… bersama garam, menjadi sangat perih!. Janganlah hunjamkan berkali-kali!


189. milikilah….
Jika mampu memiliki sesuatu, milikilah! Milikilah buku yang teman suka. Karena buku memberikan kenangan yang mengesankan. Milikilah buku yang teman anggap penting. Karena buku mungkin menjadi bagian hidup teman…. Milikilah apa yang teman inginkan, jika teman mampu memiliki. Kepapaan adalah jika kita tidak memiliki. Selagi dapat kaya, jadilah kaya. Milikilah….. namun jangan memaksakan


190. Ouh persepsi

Suatu malam, mendatangi ruang kerja teman, dan sayangnya ia tak ada di sana. Tiba-tiba, ada mahasiswa memasuki ruang teman tersebut dan mengambil 2 hp di meja!
Tak lama kemudian teman itu datang dan membawa dua hp. Aku berkata: hp itu dari mahasiswamu…? Ya jawab temannya!. Aku melanjutkan singkat: dia kira aku mau mencuri!. Temanku diam saja….
Aku ini memang berpenampilan rada gembel!. Si mahasiswa itu memang tak tahu, jika aku adalah dosennya, yang baru selesai tugas belajar!. Tak marah pada sang mahasiswa, tetapi tak dapat melupakannya he3x….

Di suatu kesempatan juga, temanku ini menggoda mahasiswanya; dengan bertanya apakah mengenal Pak Said Kelana?. Jawab mahasiswa tersebut; tidak tetapi mendengar kabarnya: ‘paling killer’. Temanku berkata: orangnya di depanmu!. Si mahasiswa gelagapan dan berkali-kali minta maaf! Aku mengatakan: no problemo, begitulah dipersepsikan….
Ouh kejam……….











191. Bukan Mimbar Pribadi
Suatu hari, kenalan , memberikan khutbah jum’at. Beliau menyampaikan satu nasehat, yang sayangnya ada berkenaan dengan dirinya. Artinya ada kejadian yang menurut dia, dirasa tidak enak untuk dirinya. Tepatnya dia merasa disakiti orang.
Menasehati atas nama agama tentu saja baik. Mengajak ke akhlak yang baik juga baik. Tetapi menggunakan mimbar agama untuk persepsi/penderitaan pribadi belum tentu baik.




192. Andrea Hirata, Edensor
sudah membaca buku-buku andrea hirata. Setiap buku, dibacanya satu malam saja!. Buku yang sangat mengesankan!. Namun, aku ingin mengkritik sedikit falsafah dari buku itu (edensor) yakni tentang upaya yang berlebihan (sia-sia) hanya sekedar untuk mengenangkan memori, mencari A-ling atas nama cinta. aku sangat khawatir, jika hal itu menjadi falsafah anak muda, maka akan banyak energi (kreatif) yang menjadi sia-sia!. Dalam pandangan agama, tidaklah diperkenankan mencintai sedemikian dalam, sampai melupakan esensi hidup!. Pencarian atas nama cinta, dapatlah terkatagori sekedar mengikuti khayalan atau nafsu!. Mungkin (walaupun tidak diperkenankan berandai-andai), jika selama berpetualang, tidak diikutsertakan pencarian A-ling, mereka dapat menyelesaikan petualangan dengan lebih cepat, sehingga, Arai dapat menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu sebelum sakit, dan Hirata sudah menemukan jodoh, hidup dalam kesempurnaan, bukan dalam bayang-bayang A-ling!. Hirata …. Hirata jangan absurd donk!



193. Futsal
Hari paling menggembirakan adalah jum’at sore!. Berharap dapat bermain futsall. Berolahraga permainan selain menyegarkan juga menggembirakan!. Olahraga ini sangat egaliter, dapat dimainkan siapa saja, yang memiliki kaki (he3x… bandingkanlah dengan basket, bulu tangkis, volley, dll). Karena egaliter ini maka mestinya futsal merupakan olahraga yang direstui Tuhan, he3x. sangat hobby bermain namun sangat tidak berbakat!.



194. Watak manusia
Cara bicara manusia biasanya ada dua: kejadiannya 10 diceritakan 17 atau, kejadiannya 17 diceritakan cuma 10. Yang pertama merupakan tipe yang bicara begini begitu, bangga kalau begini atau begitu!. Misalkan bicaranya begini (sambil bangga): tadi saya mestinya bertemu Bapak Pejabat A, tapi saya batalkan demi bertemu saudara. Saya baru saja bertemu bapak B, dst. Yang tipe begini biasanya orang kecil, melebih-lebihkan hal kecil, bangga ketemu orang besar ya karena dia orang kecil!. Yang tipe kedua biasanya lebih kalem. Menyederhanakan hal-hal besar!. Apa yang mau dibanggakan karena memang dia sendiri sudah hebat he3x…oh



195. jalan macet
Entah di tahun berapa, lupa, seluruh jalan di sekitarku diperbaiki, di bulan desember. Mengapa tidak sejak awal.. ..? mengapa serentak…, sehingga tak ada jalan alternatif menghindari macet?
Bertanya pada diri sendiri….., walau banyak yang dapat menjawabnya dengan dugaan….



196. Sekolah dan Baca
Orang yang bersekolah belum tentu pintar, sekalipun doktor atau professor!. Ada yang punya gelar, tapi tidak istimewa (mungkin diketahui oleh sedikit orang, koleganya). Hal itu karena selama sekolah dia mengejar gelar, dan sangat jarang membaca bacaan berkualitas!. Tetapi kalau anda tidak bersekolah, maka mestinya anda tidak pintar!. Setidaknya dianjurkan jangan pernah mengaku atau merasa pintar!. Untuk pintar anda harus belajar banyak dan berat. Lalu dibuktikan dengan lulus ujian yang standarisasi!.
Anda boleh bantah dengan menyatakan bahwa Bill Gates serta founder Google tidak lulus sekolah. Hal itu karena, mereka sudah dalam tahapan yang memang sukarela untuk tidak lulus sekolah. Anda bukan Bill Gates dan bukan dalam tahapan itu kan?. Jadi sebaiknya bersungguh-sungguhlah sekolah…, bacalah bacaan yang berat





197. Want vs need
Ini konsep dasar dalam menejemen pemasaran. Kita butuh (need) minum tetapi apa jenis (want) minuman kita dapat berbeda. Semakin banyak want hidup semakin ramai namun menyiksa. Apalagi kalau kemampuan tidak mencukupi untuk memenuhi want tersebut. Semakin sedikit want, maka hidup semakin praktis, tidak ada beban. Hidup seperti ini makin ringan!. Namun ada orang lain yang menilai sebagai jadul, namun ada sebagian yang mengagumi sambil bergumam: kok bisa yaa….. Tentu saja terasa sangat egalitier jika mampu memenuhi want, tetapi hanya memenuhi need. Inilah yang dimaksud zuhud (dalam agama Islam).
Ingin dan butuh teman-teman rajin mengunjungi blogku….



198. Duit kuasa
Di dunia ini duit kuasa!. Apa yang dikatakan ini mungkin terdengar sangar dan kapitalis. Tapi fakta memang begitu!. Pada kelompok kaya mereka mendapatkan layanan yang lebih baik, dalam segala hal. Anda yang miskin, tidak usah rewel apalagi ‘jealous’ (kalau ingin dapat pelayanan yang baik ya anda harus kaya….). kalau kita miskin, maka kita harus berjuang agar menjadi kaya atau agar memperoleh pelayanan standar. Pelayanan standar itulah yang semestinya ‘taken’ (tersedia), dibantu diadakan oleh pemerintah atau pihak-pihak yang terpanggil. Selama kita miskin, maka sebaiknya segala potensi yang ada dioptimalkan untuk memindahkan kuadran miskin menjadi tidak miskin. Dengan begitu akan ada perbaikan nasib!. Jangan sekali-kali jealous atau memaki-maki…. Hal itu tidak akan mengubah nasib kita…. Ingat hai orang-orang miskin… jangan maki-maki pemerintah yang tidak memperhatikan nasib kalian, memaki anggota DPR yang kalau kampanye katanya mau memperjuangkan rakyat miskin…., sudah berhenti!. Usahakan sendiri agar tidak lebih miskin, sambil berharap adanya perubahan/bantuan dari lingkungan… bagaimana kawan2?




199. Etnik Tionghoa
sepuluh tahun terakhir Plongo bergaul lebih intens dengan teman-teman etnik tionghoa. Kesan Plongo mereka teman yang asyik, sama dengan etnik lainnya. Sesama etnik Tionghoa pun dapat bertengkar, beda pendapat. Ada yang keras, namun ada yang lembut dan ramah. Mereka terbiasa untuk bicara bisnis namun sisi-sisi wajar sebagai teman masih tetap diperhatikan. Terbiasa memberi perhatian, menjamu makan, serta membantu terutama untuk hal-hal yang kecil dan instan. Mereka tampaknya terlatih untuk menyenangkan teman…. Sebagai WNI, mestinya mereka sudah tidak perlu lagi dicurigai. Jika mereka senang berkumpul-kumpul dengan sesama mereka, itu hal yang wajar saja. Karena siapapun senang berkumpul sesama etnik, sehobbi, sekerabat, dll, karena ada dasar/alasan yang menyenangkan untuk berkumpul. Akan nenek moyang mereka di China, itu merupakan bagian kenang-kenangan dalam hidup anak manusia….. itu romansa hidup yang tidak perlu dipersoalkan. Saudara etnik jawa yang di Irian pun, tentulah memiliki romansa akan nenek moyangnya di pulau jawa…
Berhentilah mengatakan pribumi….. bersatulah dalam spirit memproduksi, sehingga negeri ini dapat lebih baik…. Ini pendapatku, tanpa pesan sponsor lho!


200. Makanan
Sekalipun tinggal di tempat kumuh, aku memiliki beberapa tempat makan yang sungguh lezat. Ada penjual nasi goreng, yang rasanya sangat spesial, melebihi nasi goreng kafe mahal!. Pak Kumis!. Dulu, aku tak mau makan nasi goreng kecuali disini. Namun belakangan ini, pak kumis memiliki assisten, dan assistennya inilah yang memasak. Hasilnya mengecewakan. Mula-mula dapat bersabar…., tetapi akhirnya kapok juga!.
Ada juga sop sapi yang kuahnya wow…. serta dagingnya mantap. Aku menyebutnya makan besar, he3x…., karena jika pesan langsung dua mangkok soup!. Keliyengan namun sepadan dengan kenikmatannya…. Semoga meraciknya tidak pakai assisten ya pak ……
Hhmm…. Makanan sangat sensitif dengan tangan!
Diposkan oleh saidkelana di Minggu, Juni 19, 2011 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest






101. Ruhani dan lagu
Pernahkah teman punya mood tidak bagus? Mendengar musik, salah satu solusinya. Untuk mengerjakan pekerjaan yang menjemukan, rutin, dll, musik menjadi teman yang menyenangkan
Musik memberikan rasa bahagia? Yaa…, sesaat!. Ruhani tidak dapat dipenuhi dengan musik. Musik disusun dengan nada indah, namun banyak syairnya yang ‘gombal’ sekedar picisan. Hati dan kebahagiaan tidak membutuhkan yang ‘gombal’ Yang dibutuhkannya adalah ketenangan rasa damai, menemukan sandaran hidup. Itulah agama
Banyak yang terlena, oleh hiruk pikuk musik!. melupakan susunan hati yang membutuhkan sesuatu yang ‘inner’. Sampai suatu hari, dia bosan dengan bermusik, harus berganti musik, dsb. Dia mendapatkan kegembiraan dengan kegamangan!
. Karenanya, banyak sekali pemusik, yang tidak bahagia dengan musiknya.



102. Memanggil Tuhan
seorang penyanyi, menyanyi lagu, -syairnya memanggil Tuhan. Sayangnya cara penyanyi, dan pengiring lagunya sungguh tidak seperti memanggil Tuhan. dia memanggil Tuhan berteriak-teriak, berjingkrak-jingkrak
Tuhan Maha mendengar, Panggillah dengan suara yang halus nan lembut. Panggillah dengan rasa takut dan harap. Panggillah dengan mensucikannya
Sabda-Nya merupakan keagungan, milik universal umat-Nya!. Janganlah dikonotasikan dengan rendah, untuk memaknai diri sendiri
Rendah hatilah dalam beragama. Apa-apa yang disucikan, janganlah diremehkan.



103. Uang dan Pengakuan
Dua hal yang dominan. Apa yang dikerjakan untuk mencari uang dan pengakuan. Jika uang sudah terpenuhi, selanjutnya soal pengakuan jati diri. Jika sudah terpenuhi, maka dibuat lagi bayaran yang lebih mahal agar ada pengakuan yang lebih. Begitulah, kita berkutat!
Jika tidak dapat uang? Kita mencari pengakuan akan apa yang telah dikerjakan. Jika tidak mendapat pengakuan? Tidak ada yang didapatkan!. tetapi…. Tuhan melihat apa yang dikerjakan. Dan Tuhan mengakui apa yang dikerjakan oleh hambanya



104. Disepelekan
Pernahkah merasa disepelekan….? Pastilah terhunjam luka…. Pernahkan menyepelekan….? Pasatilah karena merasa hebat. Merasa heubat, meskipun kadang tanpa fakta hebat…
Disepelekan…..? jangan diambil hati. Jangan didengar! Jadi tiada sakit hati.
Disepelekan…..? perbaiki diri, menjadi lebih baik, menjadi lebih berguna. Walau tidak harus menjawab sang penyepele….



105. Roda berputar
Roda berputar. Itu isyarat soal nasib kita. Kadang jaya, kadang apes. Sehat, kadang sakit. Senang, mungkin nanti susah. Roda berputar, mengajarkan kita agar jangan lupa diri saat diatas!. Ingat-ingat….
Hidup menuju kematian. Lalu hidup lagi di alam keabadian. Saat hidup ini, ingat-ingat! Daku …. sudah ingatkah……….?



106. Si Penakut
Mati berkali-kali!. Memikirkan macam-macam hal (konsekwensi), begini-begitu, padahal belum terjadi. menyiapkan berbagai alternatif, tiada mengapa, sebagai suatu antisipasi, itu lebih baik. Segala hal ada konsekwensinya, jika terjadi hadapi, jangan takut!
hhmmm



107. Orang tua
Perasaan orang tua kepada anak, tidaklah simetri, sebanding dengan perasaan anak terhadap orang tua. Bahkan tak dapat dibandingkan! Tak ada ukuran yang tersedia. Dan tak perlu diukurkan pula
Perasaan orang tua, seperti mentari yang menyapa pagi. Memberi energi bagi kehidupan, dan tak mungkin tergantikan. Sesuatu yang ajaib, abstrak, namun penuh nyata. Suatu ciptaan-Nya yang agung. Tanda kebesaran-Nya
Suatu hari kita menjadi anak-anak, hari yang lain menjadi orangtua. Aliran hidup yang tidak simetri. Namun, semoga ada dalam kesempurnaan-Nya. Amien…



108. Oleh-oleh/kesenangan
Mendapatkan tanda kenangan memberikan kesenangan. Apalagi jika situasinya nyaman. Sebentuk rasa bahagia dapat datang dengan cara sederhana. Perhatian, sekecil apapun memiliki nilai. Merasa tersanjung dan ada rasa penghargaan. Kehidupan jadi dibinarkan. Semoga kita melakukannya, mendapatkannya, selamanya




109. Komunikasi
Komunikasi itu penting. Tanpa komunikasi maka interaksi melalui pikiran dan dugaan. Akibatnya, banyak menduga, berarah pada buruk sangka. Berkomunikasi memungkinkan kedua pihak mengukur tingkat kepentingan, pribadi, sehingga dapat saling menyelaraskan.
Berkomunikasi dengan orang-orang yang menyenangkan, akan membuat senang. Kita selalu merasa kekurangan waktu untuk itu. Berkomunikasi dengan orang yang tidak menyenangkan, diperlukan juga. Setidaknya agar pikiran negatif tidak menjalar kemana-mana.
Tetapi berkomunikasi tidaklah mudah, terutama untuk hal-hal yang sulit: manusianya atau pokok pembicaraannya!.



110. Mudah dan sulit
Mudah itu jika hanya bicara (menulis). Dalam semenit semua telah berpendar. Coba untuk menjalankan dari apa yang dituliskan?. Sepanjang waktu, terikat kelu….. Penuh tetesan airmata
Katakanlah: daku akan berbuat baik sepanjang waktu. Lakukanlah…..






111. Personality
Satu masalah tiba, bagaimanakah kita menyikapinya…? Banyak cara, sehingga sulit mengambil tindakan yang sama. Persepsi beda, sehingga tak dapat memuaskan semua!. Ada yang memaafkan, menuntut balas, hingga tak acuh pada persoalannya…
Manusia yang memiliki kepentingan pun ternyata berbeda cara membelanya!. Frontal, free rider dan penghasut….. juga susah untuk satu langkah nyata
Kita memang berbeda…… dapatkah menjadi sama….?



112. Pengamen ngambek
Dalam sebuah bis, pengamen meluapkan emosinya!. Memaki penumpang yang dianggap tidak berbudi pekerti/akhlak, sombong, sok kaya padahal belum tentu bahagia, berpendidikan namun tak bermoral. tidak menghargai pengamen. Sebabnya sederhana, waktu mengamen, banyak yang tak memperhatikannya…..
Hhm…. Mungkin benar, tetapi sebaiknya intropeksi diri juga perlu. Mungkin lelah atau lelah mendengar suaranya…. Perlu kearifan untuk saling berada pada koridor terhormat!




113. Nyaris
Nyaris atau hampir itu dapat berupa kabar sedih atau gembira. Nyaris dapat membawa perbedaan yang signifikan. Nyaris lulus, itu kabar sedih, karena berarti tidak lulus. Nyaris gagal itu kabar gembira, karena berarti berhasil. Kedua kondisi ini dapat saja dipisahkan oleh hal yang sangat tipis
Letak beda inilah yang membuat makna hidup menjadi berwarna!. Dan biasanya teringat Tuhan, dan meyakini ada campur tangan-Nya
Nyaris lupa membaca blogku.? Wah terima kasih…..!



114. Tukang sampah
Duduk di teras, dan tukang sampah tiba. bak sampah, dibersihkannya! Sungguh mulia. Membersihkan kotoran, sementara kita mungkin selalu merasa bersih!. Tidak merasa jijik, tidak mengenal bau, sementara kita selalu merasa jijik dan selalu merasa wangi….
Hidup memang warna-warni, kesenangan kita, sudah pasti ada kontribusi dari pihak-pihak yang lemah, phak-pihak yang dilemahkan. Semoga di hadapan Tuhan, mereka tidak merasa lemah. Tuhan tahu!



115. Memori
Seseorang mengingat daku, dan daku ingin melupakannya. Sungguh berat ternyata menjadi kenangan, menjadi dirindukan. Sungguh berat menjadi ‘penyesalan’. Sungguh berat ternyata orang memahami, tetapi diri sendiri tidak sanggup.
Jika orang sekitar saja dapat mengingat, apalagi Tuhan!. Tuhan…, Engkau pasti tidak pernah lupa akan kesalahanku! Tetapi aku tahu, aku selalu lupaaaaaaaaaaa



116. Dilupakan dan Tak dilupakan
Cobalah rangkai asal usul kita, maka memori memutuskan hanya beberapa langkah. Coba rasakan hangat hubungan dari rangkaian itu? Maka perasaan menjawabnya dengan hampa!
Jika demikian adanya, maka rangkaian di bawah kita, suatu saat akan melupakan kita. Kita menjadi bagian alam (tanah) dan semua melupakan…
Cuma Tuhan yang mencatat dan tidak pernah melupakan. Semoga ada bagian dalam hidup pernah berbuat baik, yang tak seorang pun tahu. Biar Tuhan yang tahu…..



117. 2012
Film heboh!. Judulnya saja!. Tak ada yang menegangkan, tak ada nilai ceritanya, jika dibandingkan misalnya dengan laskar pelangi. Visualisasi bencana saja yang lumayan bagus. Sayangnya film ini masih diselipi adegan ciuman. Jika adegan itu dipotong (ditiadakan) rasanya lebih bagus!. anak-anak Bisa ikut nonton, bisa belajar berkenaan bencana, dll.
kiamat tidak ada yang tahu, itu pasti. Bukankah kematian kita, pun tidak seorang pun tahu. kematian adalah kiamat kecil.
2012….? Itu musim EURO



118. Bakat
motivator mengatakan bakat adalah 10%, 90% adalah usaha. sebagai motivator, jadi fungsinya ya memotivasi. Tetapi, mungkin terbaik jawabannya, bakat 90%, 100% adalah usaha. Untuk sukses ya sebaiknya harus berbakat di bidangnya dan disempurnakan dengan usaha.
Bakat itu karunia Tuhan. Tuhan menciptakan bakat yang berbeda-beda, supaya warna hidup ini meriah. Kita tinggal memahami bakat, dan menyempurnakannya menjadi sebuah karya. Dengan bakat menjadi lebih mudah untuk berhasil
Saya tak memiliki bakat….? Mungkin berbakat gagal!



119. Hari Raya Kurban
Ulama mengatakan qurban itu berasal dari kata qorib, artinya dekat. Punya teman karib artinya teman dekat. Kurban itu sarana untuk mendekatkan diri pada Tuhan!. Apasaja yang dapat mendekatkan diri pada Tuhan, berarti kita berkurban. Atau kita perlu pengorbanan untuk menjadi dekat pada Tuhan
Bahasa agama menyatakan melayani-Nya.



120. Hujan
Hujan menghapuskan debu kenangan/ membasahi tanah hati/menyejukkan ruang udara/menggigilkan perasaan sendu
Hujan mendatangkan harapan/ harapan akan datang hujan/bulir yang membahasi/bulir yang menuai….
Selamat datang musim hujan…





121. Sepenuh jiwa
Apa yang menggembirakan dalam hidup?. Jiwa!. Apa yang menyedihkan? Jiwa!. Perasaan itu absurd dan abstrak. Perasaanlah yang melambung-lambungkan hati, berbicara antara kesedihan dan kesenangan. Perasaan sangatlah merdeka, tidak dapat di’dekte’kan. Ia liar, dapat bergerak kesana-kemari. Hanya jika lari di jalan-Nya, perasaan akab selamat!
inginkah menemukan adrenalin hidup….? Itulah jiwa!. Lakukan apapun sepenuh jiwa. Otomatis jiwa akan ‘menggigil’. Dan hhmmm mungkin dapat menjadi ‘gila’. Hati-hati!




122. Get angry
Marah, bisa disebabkan berbagai hal. Lelah (fisik dan terutama mental) adalah sebab utama. Lelah mental karena merasa ada hal yang tidak beres. Lelah fisik, kadang-kadang saja menjadikan seseorang marah. lelah fisik dan mental merupakan campuran sempurna!
Ingin marah….? menumpahkan segala unek-unek? kebun binatang….? Hhm…. Tampaknya bagus dan memuaskan …..?. nanti kita menyesal!. Nanti kita sadar sebenarnya penyebabnya bukanlah hal besar.
Coba tulis penyebab marah? kelak, mungkin sekali, hanya beberapa hal saja. Hanya saja dihati, menjadi begitu besar, karena dibiarkan berkembang dan berulang-ulang…
Mengapa saya marah….? tulislah dan bacalah!. Semoga berkurang kadar marahnya!



123. Berjanji
Berjanji harus ditepati. Itu kalimat yang dipahami. Yang paling sulit ditepati adalah janji pada diri sendiri. Janji pada diri biasanya berkenaan dengan kebiasaan, perubahan, dan usaha perbaikan. Bukan hal mudah, karena harus melawan diri sendiri. Mengenal dirimu, adalah mengenal dunia ini…
Jika jatuh bangun untuk memenuhi janji, janganlah menyerah!. Berjanjilah lagi….! Mudah-mudahan di satu moment yang bagus, kita dapat memenuhi janji itu. Jadi, carilah moment yang bagus, supaya ingat, saat kita janji, supaya mudah memfokuskan, kita pernah berjanji, supaya janji itu menjadi realita


124. To be Entertainer
Menjadi kerumunan orang dan diminta fhoto bersama! Itu menjadi kebiasaan yang harus dijalankan. Tidak perduli senang atau sedih, haruslah selalu sedia menyenangkan
mungkin ada baiknya. siapa tahu fhoto dapat menjadi kenangan bagi mereka dan mungkin juga bagi entertainernya.
melihat orang bahagia seyogyanya juga membahagiakan!. Hidup memang mengumpulkan kenangan membahagiakan. Semoga sebagian kenangan itu ada padaku!
Pernahkah teman, dalam skala yang kecil menjadi pusat perhatian….?



125. Yang pasti
Pernahkah ragu tentang sesuatu?. Yang meragukan bukanlah inspirasi dari Tuhan. Karena itu ada baiknya dihindarkan! Carilah jalan yang pasti, karena selalu ada yang hakiki, untuk hal apapun jua, selalu ada jalan terangnya!
Jika ragu dipersimpangan jalan, pastikan tujuan. Kelak tahu, jalan yang dipilih, dan semoga itulah jalan Tuhan….



126. Topeng monyet
Di berbagai tempat (jakarta) ada hiburan yang tidak menghibur! Menghiba dengan memperlakukan sesuatu tidak pada tempatnya! Penuh marabahaya, dan tak memiliki nilai estetika.
Telah sedemikian susahnya mencari rejeki di negeri ini…? Atau demikian kreatifnya, sehingga hal-hal yang tidak wajar menjadi wajar…?



127. Bau kentut
Bau kentut itu pasti bau. Apalagi kalau tidak berbunyi!. Kalau ada yang kentut tidak berbunyi, maka tidak diketahui siapa yang kentut. Kalau kentutnya berbunyi tetapi suasana lagi ramai, juga tidak akan terdengar, sehingga tidak akan diketahui siapa yang kentut. Bau, namun tidak tahu siapa yang menyebabkan bau!. Kencang tetapi tetap tidak terdengar!
Begitulah gambaran perilaku jelek kita. Jika berbuat jelek dan diam-diam, maka tidak akan ada yang tahu. Jika berbuat jelek terang-terangan, tetapi memang sekitar kita sudah terbiasa dengan kejelakan, maka kejelekan kita akan ditolelir.
Satu-satunya cara untuk menghentikan kejelakan itu, adalah sadar, berbuat jelek itu adalah jelek. Kesadaran ini dapat dihadirkan dengan menghadirkan Tuhan dalam hidup kita. Tetapi banyak orang beragama tetap bau kentut (korupsi tidak ngaku, dsb)?. Hal itu karena dia beragama untuk ‘kentut’ untuk menutupi keburukannya. Dia beragama tidak untuk menghadirkan Tuhan dalam hidupnya!. Beragama sekedar mencari hidup, jalan hidup!





128. Tak tahu diri
Tak tahu diri adalah menolong anjing kejepit dan menggigit!. Mungkin, kita pernah menemukannya, atau tabiat kitakah itu….?. hhm, seperti itu sebenarnya sedang menanam ketidakbaikan bagi diri, dan akan menuainya; suatu hari!
Terjepitlah sang anjing, dan tetap terjepit!. Dijepit oleh rasa tak berterima kasihnya, dan do’a-do’a orang yang tergigit. Suatu hari!



129. Hajatan betawi
Pernah datangkah ke hajatan betawi. ramai dan meriah. Ada orkes organ, biduanitanya, joget, saweran, layar tancap, atau wayang. Pernah terima undangannya? yang turut ngundang ‘seabrek’, banyak sekali. mulai lurah hormat (mantan lurah) sampai mandor kojang. Mulai yang ‘punya pasar’ sampai ‘keamanan’. Menyenangkan membaca undangannya
Selalu ada hajatan. Selalu ada asset yang dijual. Tanah sepetak, ditukar dengan hiburan!. Untuk hal ini menyedihkan!. Tabiat manusia tentu ingin bahagia, merayakan hari bahagia. Tetapi kebahagiaan bukan hanya pada saat hari bahagia. Kontinuitas kehidupan itulah kebahagiaan yang kontinyu.
Di suatu hajatan betawi, ada terjadi hal menyedihkan. Tetangga yang berhajat, mengalami musibah (meninggal dunia). Hajatan tetap jalan, kesedihan tetap jalan. Dua jalan hidup, diwaktu dan tempat yang sama. Kesedihan dan kegembiraan ternyata dapat beriring dan tidak saling menyapa. Hidup di masing-masing hati!. Demikiankah?



130. Kacamata di Jidad
Dua puluh tahunan lalu, ketika kuliah, seorang dosen kadang memakai kacamata di jidadnya. Kadang memang di tempat semestinya (mata). Kesimpulan saat itu: si dosen genit!
Saat ini, daku pun sering memakai kacamata di jidad!. Ternyata untuk membaca dan melihat dekat, kacamata yang dipakai sudah tidak sesuai. Kacamata dipakai jika untuk melihat jauh. Hhmmm memakai di jidad yang dilakukan, bukanlah karena genit, tetapi tuntutan dari mata itu sendiri!
ternyata kesimpulan dulu, keliru!. Pengetahuan yang terbatas, serta cepat/nekatnya mengambil konklusi/pendapat, menjadi penyebabnya. Lebih berhati-hati, itu lebih baik!






131. Berubah

Bertemu teman lama di fb, setelah 20 tahun berpisah, penampilannya sudah berubah semuanya. Bukan fisik saja yang dimaksudkan, tetapi gaya, demikian juga! Dia menjadi da’I, bermukin di luar negeri.
Hanya Tuhan yang tahu, janganlah menilai orang dari penampilan. Demikian ia mengatakan. Hhm…, manusia memang melihat dari penampilan, karena itulah yang diketahui. Soal hati dan kedalaman biarlah Tuhan yang tahu
Orang dapat berubah jauh….. semoga kita pun, menuju kebaikan…



132. pekerja dan serikat kerja
jadi pekerja enaknya ya terima gaji tiap bulan. Tidak enaknya, kalau gajinya kecil atau kurang, berarti setiap waktu kekurangan. Mau cari tambahan pendapatan, biasanya harus ‘curi-curi’. Tentu yang dimaksud bukanlah curi dalam artian kriminal. Misal mencuri waktu, untuk kerja sambilan. Kalau tidak curi, ya susah dapat tambahan.
Kalau gaji cukup besar, jadi pekerja itu enak. Tidak pernah pusing menggaji, hidup makmur. Tidak enaknya, ya bos menuntut dan mulai merasa gaji ya sudah dibayar besar. Hati-hati sebentar lagi kena tikam. Apalagi kalau gaji besar tidak sepadan dengan kontribusi!. Kursi bisa hilang, priuk bisa tidak ngebul!
Nah, yang punya gaji besar namun tidak sepadan, biasanya orang yang paling gelisah di tempat kerja. Dan serikat kerja dapat menjadi tempat penampungannya. Ini bukan anti serikat kerja lho!. Ada banyak pekerja yang harus dibela, itu benar. Kerja kontrak, outsourcing, salah satunya yang harus dilenyapkan, jika merujuk pada rasa damai/tentram pekerja. Hal ini dapat dibelakan dengan serikat kerja. Pekerja bawahan yang terintimidasi juga harus dilindungi. Dan pelindungnya adalah orang-orang yang ‘melek’ di perusahaan itu. Biasanya mereka bergaji besar. Karena itu ada sinergi antara yang lemah dan yang besar….
Sebenarnya jika perusahaan tidak semena-mena, tidak diperlukan serikat pekerja. Jika perusahaan punya aturan intern, dan pekerja sudah tahu aturan itu, maka sudah cukup. Segala kesalahan pekerja, dapat diselesaikan dengan aturan intern. Jika ada pekerja yang ‘neko-neko’ ya hukum saja. Jika ada yang gajinya kekecilan, ya dinaikkan, sambil diminta perbaiki kinerja, jika ada yang gajinya kebesaran, ya dipanggil, dikatakan gajinya besar (jangan diturunkan), sambil diminta meningkatkan kinerjanya. Toh jika selama ini mampu menggaji, berarti besok juga mampu menggaji (apalagi karyawannya sudah meningkat kinerjanya)
Hhmmm…… enaknya punya uang, tapi tidak jadi pekerja juga tidak jadi pemilik. Kerjanya Cuma menikmati hidup. Aku berharap teman dan aku juga suatu hari seperti itu.

133. Para Penghibur
Jika jadi pekerja sedemikian susah, maka tampaknya menjadi profesional bola enak sekali. Kerjanya hanya bersenang-senang (main bola), badan sehat dan dapat uang banyak. Pikiran awam, tidak dimainkan juga tak soal, toh gaji tetap jalan. hhmm…. Ternyata bekerja dengan talenta khusus, bekerja dengan dasar hobby itu menyenangkan dan menghasilkan banyak uang. Bintang iklan juga enak. Kerjanya sebentar, tidak terikat, uangnya banyak. Para artis, seleb nampaknya demikian juga!
Jika uang menjadi ukuran hidup, kerja menjadi publik figur dan kesenangan akan menghasilkan banyak uang. Tetapi soal mentalitas, tekanan publikasi, gosip dan issue menjadi persoalan tersendiri. Belum lagi jika harus selalu hidup dalam kepura-puraan. Nyatanya banyak yang mengalami stress, hidup dalam jalur yang salah….
Ouh…. Boleh jadi, setiap pekerjaan ada konsekwensinya. Jadi nikmati saja dan tetaplah di jalan yang lurus



134. Korupsi
Di hari anti korupsi, bertemu dengan teman lama, yang menjadi CEO di sebuah holding company. Bertanya isu korupsi padanya dan katanya: semua sama, ingin menjadi besar, karenanya memerlukan ‘gizi’ yang memadai, dan gizi itu dimiliki oleh perusahaan.
Perilaku mereka yang ingin besar, hanya berbeda ala kadarnya, berkenaan dengan santun meminta, atau besarannya. Mereka ‘membantu’ untuk memecah hambatan prosedural. Siapakah yang menghambat….?



135. Waktu dan luka
Waktu menyembuhkan segala luka!. Keperihan yang menghunjam, sesaat demi sesaat terasa tercabut!. Namun waktu juga mengekalkan segala luka. Kepedihan dan kepedihan menjadi keabadian. Waktu mencatatkan kedua luka. Luka yang mana yang kita punya?



136. Puncak karier
Steffy Graf, petenis mashur menyatakan pensiun. Sepanjang karirnya, ia telah memenangi banyak gelar. Terasa berat untuk meninggalkan dunia yang telah memeluknya. Di lapangan, saat perpisahan, ia meneteskan air mata. Di puncak karir, telah meraih segalanya, ada di dunianya, semua ditinggalkan sebagai kenangan. Bergetar melihatnya!
Apakah puncak karir hidup kita? Akankah dengan percaya diri menyatakan pensiun dari hidup ini…? Kembali pada-Nya, dengan segala kesadaran dan kesenangan. Semoga…




137. Hanke
Sungguh tragis nasib hanke, kiper tim jerman yang bunuh diri. Tekanan untuk berprestasi, serta tekanan kehilangan cinta (puteri tunggalnya yang balita meninggal) membuat ia berbuat nekat. Mungkin dia fikir, dengan demikian penderitaannya hilang…..
Jika direnungkan kehidupan yang kekal, maka kita memiliki kehidupan lain, kehidupan sesudah ini. Jika percaya hukum keseimbangan, maka jika ada perbuatan disini, yang belum tuntas terbayar, maka tentulah ada pembayaran di tempat lain. Hanke…, tidak mampu melihat itu. Dan semua orang yang bunuh diri, juga tidak mampu melihat itu. Mereka semua, bertumpu (berpatok pada dirinya sendiri), seolah sudah merasakan paling berat. Mungkin memang berat, tetapi jika bersabar, tentu ada ‘pembayaran’ di tempat lain
Falsafah hidup kita yang harus terus diingatkan dan diasah. tak ada yang berat, tak ada yang ringan, segala yang terjadi dalam hidup ini, hanyalah keharusan untuk dilalui. Cukup sebegitu saja!.



138. Enak Makan Enak Tidur
Apa yang paling nikmat dalam hidup….? Semua nikmat, karunia Tuhan. Tuhan sudah tegaskan, nikmat-Nya sangat banyak, tak terhitung, dan harus disyukuri. sekedar menyederhanakan saja, yang paling nikmat itu enak makan dan enak tidur…. He3x…. Alhamdulilah keduanya sampai sekarang masih enak. Sempatkan jga tidur di kantor walau sesaat. Tentu setelah itu bekerja.
malu pada Tuhan!



139. Lagu
Komputer yang mengumandangkan lagu merdu tentunya menyenangkan. Namun jika yang dikumandangkan hanya 1 lagu, walau merdu, ternyata membosankan.
Ternyata yang indah pun dalam jangka waktu lama terasa tidak indah dan membosankan. Manusia selalu memerlukan hal lain, supaya menemukan kelanggengan. Nafsu dan selera kita ternyata bersifat pembosan…. Sst…., jangan pernah menyatakan bosan dengan pasangannya. Karena kita berpasangan bukanlah karena nafsu, he3x…..
Lagu-lagu tua (evergreen) ternyata dicari untuk didengarkan lagi, utamanya oleh mereka yang memiliki zamannya. Serasa mengingatkan kembali hidupnya dahulu! Agar merasa muda kembali, dan semoga tidak jemu….



140. Kenyang dan puasa
Selalu merasa kenyang, namun jika puasa terasa lemas!. Jika tidak puasa makan susah, namun jika puasa terasa ada yang kurang di badan!
Hhhm…. Apakah yang harus dilakukan!





141. Tahajud Time
Datanglah senja. Tercurah sebongkah sunyi. Keheningan yang lembut, hingga menelusup dalam sukma. Sepenuh kedamaian mengisi udara. menggigilkan jiwa
Bercerita tanpa kata, mematuk rindu dalam diam. Seperti pengantin yang berkhalwat. Udara menangkup aromanya. Begitu lembut, demikian damai. Setinggi gairah, melewati ketinggian. Nisbi namun nyata
Tuhanku….. ajarkan daku kerinduan-Mu!




142. Merah Merona
Merah merona wajahnya, oleh hembusan cinta. Mata bening, berpendar-pendar rasa bahagia. Waktu pergi, berlari, dan hati terbawa menjauh…. Terus dikayuh! Melauti, dengan sampan-sampan harapan, singgah dan menepi di pulau asmara. Merah merona wajahnya, oleh pusaran cinta.
jika pagi tiba, lembut menyapa: sudah berapa cinta yang tertera? berbinarkah hari ini? Merah meronalah.
Hidup yang sempurna, Selalu ingin terulang,




143. Burung yang berdiam
Hendak pergi kemanakah, jika sayap telah kau patahkan. Janganlah coba menjelajah senja, mengembarakan pikiran angan dan raga. Engkau akan tersungkur, dan seperti sangkur menikamkan luka!. Nanahnya mengikuti nadi, dan seluruh jasadmu menjadi tak suci
Tumbuhkanlah sayapmu, hingga mampu berkepak sempurna. Lihatlah kakimu, sudah mencengkram kuatkah…..? itulah tandanya engkau dapat terbang…. Terserah padamu, kemana kau mau!.
Jika tidak, maka engkau adalah burung yang diam!. Hikmah dalam keheningan itulah yang kau punya!.



144. Yang Mulia ….
Betapa ringannya mantramu, seperti itu juakah hatimu…? Kau lempar jauh ke puncak, lalu, sebentar kemudian, telah tiba di tepi yang lain. Penuh manis dan harum semerbak, alun intonasimu, lebih merdu dari lagu….
Tetapi, rakyat, lagu yang kau nyanyikan, tercabik nuraninya oleh nuranimu….. mereka berebut tuba yang kau muntahkan
Engkau sungguh mulia, yang Mulia….



145. Hipokrit
Dihunjamkan pedang dengan genggaman pasti. Darah mengaliri, dan lukanya membawa mati. Namun, dipolesnya luka itu dengan senyum, dan kosmetik yang menawan. Memberi keindahan kesan, hingga disimpulkan yang tersisa adalah kebaikan
Engkau dapat menipu, yang tertipu!. Tetapi dirimu tahu, kau penipu, tak mungkin tertipu…. Biar kau tahu selalu itu…. hunjamkanlah kuat2 dihatimu yang rapuh!. Satu hari kau pasti rubuh!
Hipokrit…. Hanya kebenaran yang datang padamu, menggigit! [aku seorang hipokritkah…?]


146. Extrovert
Ungkapkanlah apa yang ada di hatimu, agar tercipta sungai kehidupan dan bermuara pada kebaikan. Karena dirimu sungguhlah mulia, yang berpendar dari lakumu, setiap waktu!
Janganlah tersimpan dalam palung hati, karena suatu hikmah bukanlah suatu yang kau miliki!. Hikmah adalah hakiki, milik insani, janganlah kau rampas dan menyimpannya sendiri
Katakanlah dengan diam, karena itulah kata-kata yang penuh!. Kau tinggal saksikan, apakah lakumu berupa kearifan? Semesta ini mencatatnya, karena memang ia yang memiliki hikmah
Kini kau mengerti, semoga mengerti dan kelak kau juga akan mengerti: extrovertlah dalam diam!.




147. Senja merah jambu
Senja merah jambu/wajahmu tampak disitu/pelan-pelan kutunggu waktu/untuk senja seperti itu/
Seperti rona warnanya/ kuharap demikian pula wajahmu disana/ agar seluruh senja/kutahu dirimu ada/
Tak kucari lagi/ di lain hari/karena kutahu senja seperti itu/ selalu ada setiap waktu/





Diposkan oleh saidkelana di Minggu, Mei 29, 2011 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Minggu, 01 Mei 2011
Secangkir Koffee Manis....: 1-100
1. Meraih Tuhan
Jauh berjalan ke arah yang jelas. Namun tiada juga jelas!. Penat dan duka mengiringi, berharap mendapatkan_Nya. Adakah Ia sulit terjangkau….? Tersembunyikah, dan tak dapat ditemui?. Adakah Ia istimewa…., bersusah payah manusia meraihnya?
Pergi ke tanah suci, dengan hati yang tak suci!. Dengan bekal yang tak suci!. Dengan iman yang ditanggalkan…. Akankah nurani ini tak mengerti…..?



2. Konsistensi
Tak ada yang memiliki lebih!. Waktu terbagi dalam kepingan yang sama. Makna yang berbeda, karena berbeda cara memaknainya
Tak ada yang berubah cepat! Namun semua pasti berubah. Melihat kemarin, dan menerawang ke depan! Seperti itulah adanya
Membuatnya bermakna dan merangkaikannya selalu, itulah yang membedakannya. Sekalipun sebulir pasir, kelak menjadi sebentuk bangunan. Sebagai tanda, prasasti, kehadiran diri….
Berubahlah bersama waktu…. Mengumpulkannya dalam kebaikan



3. teras rumah
daku membaringkan diri di teras. Membaringkan segala kelelahan. Menatap ke depan, padang ilusi yang luas. Berlari di antara rumput angan-angan dan terlelap oleh sepoi angin pengharapan betapa indah



4. Tegar
Semoga tegar. Kukuh berdiri jiwa. Tidak tersapu angin. Tidak terluka oleh sembilu….. Karena tegar adalah cara tercepat meraih segala hal. Karena segala hal, mungkin dapat dicapai dengan tegar. semoga tegar.



5. rencana
susunan nadi teratur adanya. Ritmenya juga. Langkahnya demikian. Tak jemu, pada intonasi yang sama. Setia, melewati setiap kelokan. Sampai tepian
siapapun yang memiliki, maka ia akan menemukan keindahan! Karena keindahan itu ada pada keteraturan…. Karena sampai pada tepian, adalah sebuah keindahan!



6. tenang
tenang, tersurat dari raut wajah. Intonasi bening. Membaca situasi dengan menyimak. Mengatakan dengan diam. Menyimpulkan dengan senyuman. Terurailah semua hal….



7. disappointed
diharapkan bukanlah hal mudah. Bukan sekedar memenuhinya, tetapi lebih dari itu. Rasa enggan untuk memenuhi. Keinginan dan rasa frustasi untuk memenuhi. Berbagai pikiran yang mengikuti. Ingin, sesal dan marah. Berlabuhnya di teluk kecewa!
Sulitnya menemukan diri. Sulitnya menemukan kerendahanhatian, keinginan melayani. Namun di sisi lain, mengapa ada yang tega selalu ingin dipenuhi?



8. waktu yang sama
tak ada kekurangan waktu. Atau tak ada waktu. Tetapi memang tak semua bisa dikerjakan. Tetapi selalu ada yang dapat dikerjakan. Yang dapat dikerjakan, tak perlu kurang waktu! Selesaikanlah
yang tidak dapat kita kerjakan, mungkin memang bukan pekerjaan kita. Biarkanlah menjadi waktu bagi orang lain





9. Pengalaman
Pepatah menyatakan pengalaman adalah guru yang berharga. Mengajarkan dan memberi tahu. Tidak berpengalaman, dapat berarti tidak mengetahui! Dan itu berbahaya. Seringkali, ragu memulai atau tak tahu cara mengakhiri!. Gugup dan ‘kalah setting’ itu akibat tidak berpengalaman. Pengalaman dapat dari siapa saja, yang penting kita dapat memperoleh hikmahnya!.



10. hujan sore-sore
hujan sore-sore/angin setangkup sejuk melanda/kopi panas dan aroma cinta/ di beranda/ tetes air mengetuk waktu/ menebarkan masa: lalu/singgah/terseruput bersama kopi/berpendarlah…..
hujan rintik/ kalbu terjentik!/di beranda/tegukan kopi memberi gairah/ harapan yang indah/mengaliri nadi/bersemedi
jika hujan sore tiba /hati akan selalu singgah dan bergairah/kepada-Nya, semoga



11. Apakah gerangan?
Apakah gerangan yang menyebabkan suatu hal yang indah? Ketika tiba-tiba saja, apa yang diinginkan ada. Ketika seonggok kesenangan menghampiri. Ketika harapan berpendar menjadi nyata. Apakah gerangan sebabnya…..?



12. suara keindahan
daku bahagia hari ini, mendengar suara demikian indah. Dari hati dinyatakannya, keceriaan yang terungkapkan. Kepingan cinta berkeping-keping, terpendar di seluruh nadi. Darah melaju dengan irama harmony. Ouh…. Sungguh lembut mengaliri
semoga berbahagia, ibuku!



13. Tuhan
Di ketinggian udara, di dalam pesawat. Terasa nyaman namun terasa betapa kecil diri. Betapa hamparan alam sangat luas. Memandang ke bawah, seperti menjauhkan diri dari alam. Seyogyanya mendekatkan pada Tuhan!. Betapa hidup ini sangat kecil, sangat tidak berarti. Seandainya pesawat ada kerusakan, maka segala kepanikan akan menghunjam pada relung yang dalam. Segala do’a akan dipanjatkan
Betapa Tuhan ada dalam hidup ini…..



14. punya dan memiliki
Banyak yang kita punyai, tetapi terasa tak memiliki. Anak-anak yang mungil -lucu, yang memerlukan kasih sayang, lamat laun tumbuh menjadi dewasa. Setelah itu hidup menjadi milik mereka sendiri. Kita punya mereka, tetapi mereka mempunyai dunia sendiri!. Kita tak memilikinya
Kita tak mampu menahan zaman, untuk berharap punya dan memiliki. Hanya ikatan hati, yang memang karunia-Nya, yang masih kita miliki. Mereka adalah anak kita, tempat segala sayang pernah dan selalu tercurahkan
Dimana hidupmu anakku, jauh dari orangtua, tiada dimiliki oleh papa-mama. Tetapi engkau adalah milik kami, tempat hati kami terikat, hingga hidup bertemu-Nya
Inilah kisah yang ada!



15. . Langkah Tak Terduga
Adakala, mungkin sering, ada kejadian surprise. Sesuatu yang menyenangkan, juga mungkin sebaliknya. Menekan hati hingga terhunjam, menyisakan tawa dan airmata. Seperti itulah bagian hidup, ada yang tak dapat dikuasai!. Berbilang hari, berganti kisah, namun dengan irama sama: surprise!
Janganlah terlalu bergembira, demikian pula jangan bersedih!. Itu pertanda Tuhan menyayangi. Ingin Ia, mengetahui lontaran apa yang terucap dari bibir umatnya.
Surprise dalam hidup, adalah bukti keberadaan Tuhan!



16. Sinetron
Orang muda berpakaian rapi, jas dan berdasi!. Pembantu rumah tangga berkulit putih, cantik dan berseri. Orang tua, orang kampung, semuanya mulus….. berbicara sangat bijak, namun kadang sangat kasar. Hal yang tidak perlu jadi masalah, itulah yang dijadikan cerita. Betapa hidup sangat sederhana, seperti sinetron!
Mematikan televisi atau memindahkan channel. Sama sederhananya!




17. . saved by the bell
Suatu anugerah. Di ujung kekalahan, terbecik peluang menang. Mungkin dapat diprakirakan sebelumnya. Juga mungkin tidak demikian. Tetapi tetaplah suatu kebahagiaan.
Saved by the bell, boleh jadi tidak diinginkan, boleh jadi bagian cemooh orang. Namun, Keselamatan, apapun caranya, adalah kebaikan.
Adakah pernah teman temukan ….?



18. . Ouh Jiwa
Merdeka, tak dapat ditundukkan. Fisik boleh terkurung, jiwa bebas melayang. Tubuh boleh direnggut, hati tidaklah demikian. Semua dapat dibeli, mungkin, kecuali nurani. Selalu diagungkan oleh banyak manusia, jiwa yang bebas.
Akankah jiwa bebas melayang tak tentu tujuan…..? akankah dia rapuh, mengikuti seluruh kata hati? Akankah jiwa pergi tanpa membawa peta…..?
Menemukan banyak orang yang memuaskan jiwanya tanpa batas….. berbahagiakah…., dan kemanakah perginya….? [hint: bawalah jiwa bersama-Nya]



19. It isn’t A Gentlement
Seringkali mendengar kata spiritual. Ada istilah spiritual quality (SQ). Keyakinan berkenaan dengan sesuatu yang mengatur sistem hidup ini. Yang membawa seseorang berada jauh ‘lebih tinggi’. Memberi rasa bahagia
Mengapa tidak dikembalikan pada-Nya. Dia yang memiliki aturan yang nyata!. Tidak dengan nama ‘seolah-olah’ , yang berasa Ketuhanan. Mengapa manusia harus mencari dengan nama itu: spiritual!. Seolah-olah….
Katakanlah: saya seorang muslim!. Atau jika anda: saya seorang nashrani, atau jika anda: saya seorang budha….. dsb…
Kita ada pada koridor masing-masing. Mengimani…. Dan menghormati.



20. Musibah
Sesuatu yang sangat tidak diharapkan, namun mestilah ada. Pusing, mencari solusi. Lelah fisik, lelah jiwa. Waktu membawa pada harapan, dan mungkin juga berujung putus asa. Itulah ujian hidup!.
Kita mungkin dapat dengan mudah menyatakan sabar, karena bersabar pada kondisi gembira selalulah mudah. Tetapi memang kata-kata itulah yang seharusnya diucapkan. Adapun sabarnya yang terkena musibah, hanya dirinyalah yang memahami…..
Musibah datang tiba-tiba. Dari pintu yang mana kita pun tak tahu!. Hati kita yang sebongkah, mungkin tak cukup kuat. Fisik yang renta, mungkin hanyalah sisa. tetapi hidup harus berjalan terus……
Jika hidup harus berjalan, maka mestilah ada rel waktu!. Walau perlahan, mestilah tahu ada titik temu. Memadukan harapan dan kenyataan. Menyandingkannya diharibaan Tuhan!
Musibah…., Isyarat-Nya!



21. Sang Sombong
Adakah yang lebih besar dari rasa congkak?. Memandang sesuatu dengan hina? Mendengki pada sesuatu yang lebih hebat. Merasa kecil pada yang besar!
Mengecilkan arti orang-orang kecil….. menganggapnya seperti debu yang mengganggu. Bergembira jika dapat menghapusnya…..
Yang kecil, mengekalkan ingatan, menyimpannya di lautan hati: engkau juga debu yang kelam, kekal selamanya!



22. tontonan
Jika melihat tontonan, janganlah jadi tuntunan. Mungkin tontonan itu ada benarnya. Penuh rasa gembira, suasana hiburan. Semuanya benar….. tetapi itu tetaplah tontonan. Khawatir kita salah memaknai kebenaran itu…..
Jika menjadi tuntunan, janganlah seperti tontonan!. Mungkin banyak benarnya. Tetapi karena menjadi tontonan, maka kebenaran menjadi barang hiburan. Kebenaran menjadi komoditas suka cita!
Kita perlu tontonan dan tuntunan. Tontonan untuk hal yang remeh-temeh, tuntunan untuk hal yang hakiki. Keduanya membawa keseimbangan hidup!



23. Yang Pertama
Selalulah berkesan yang pertama. Karena yang pertama memberikan pengetahuan baru. Juga rasa baru. Selalulah mencoba mendapatkan yang pertama. Tentunya untuk hal-hal baik saja. Mengenali banyak hal (baru) memberikan keindahan. Hati mungkin menjadi lebih riang
Mungkin kita merasa jenuh. Itu artinya perlu yang baru. Yang pertama-kah?. Mengapa tidak!. Tuhan mencipta alam ini dengan variasi yang banyak. Semua untuk manusia, secukupnya sebatas kadarnya!




24. batu dan air
Batu sangatlah keras, air sangatlah lembut. Kelembutan dapat mengairi batu. Hanya sesuatu yang lembut, yang dapat mengairi. Karena kelembutan menunjukkan ‘atom’ yang kontinyu dan lentur, sambung menyambung. Kekontinyuan kelembutan itulah makna dari air
Kita mungkin memiliki kelembutan, namun belumlah seperti air
Kita mungkin memiliki kekerasan, tetapi tidaklah sekeras batu
Adakah di satu waktu, air dan batu bertemu…..?



25. Optimum
optimum menunjukkan sesuatu yang terbaik untuk kendala tertentu. Kita semua memiliki keterbatasan. Pandangan hanya sampai ke cakrawala. Hati hanya sampai menduga. Fisik, hingga letih! Usia, hingga selesai masa pinjamnya!
Adakah kita: memandang yang terbaik, menduga yang indah, melelahkan jiwa dengan gelora, dan mengembalikan usia dengan keberuntungan….?



26. Kearifan
kearifan adalah samudera. Dapat menaungi semua hati. Muara berlabuh air kehidupan. Kearifan, adalah kedalaman yang senyatanya….
Wahai manusia Datanglah pada kearifan!. Wahai manusia, Milikilah kearifan. Sesuatu yang luas dan tenang!. Bergelombang dahsyat , berenergi, namun lentur.



27. Tuhan
daku mencoba mencari diri. Bertemulah Tuhan!. Melakukan perbuatan tidak terpuji, Merasa bersalah, bertemulah Tuhan!. Teraniaya dan mengadu. Bertemulah Tuhan. Berharap akan sesuatu. Bertemulah Tuhan….
Sejauh hati mengelana, sampailah pada-Nya. Muara hidup, yang hidup
Engkau adalah kebaikan. Berharap daku memilikinya….. limpahkanlah!



28. An Opportunity
kesempatan adalah jika dapat memperolehnya. Sesuatu yang terbuka dan kita masuki. Tidak tahu, kapan pintu itu terbuka, berapa lama, dan berulangkah?. Jangan mengharap yang kedua!.



29. A Game
permainan menjadi kesenangan. Seru dan berimbang, menjadikan hasrat hidup menyala. Intrik dan taktik, menjadi bagian utama. Permainan berakhir, mungkin ada yang kalah, dan selalulah demikian. Energinya terkuras sudah…. Selalulah ada yang kecewa…. Selalulah ada yang puas untuk kekecewaan itu
Menjadi sedih, jika menjadi ‘barang mainan’. Menjadi sarana ‘pelampiasan kesenangan’. Menjadi ironi, puas dengan kekecewaan dan kecewa pada kepuasan pihak lain
Adakah kita dapat hidup damai tanpa permainan? Berada selalu pada sisi yang sama. Warna sama!
Akh, manusia tercipta berbeda, hati kecil kita berkata….
Itu artinya kita harus siap kecewaa……




30. Menejemen
Menyaksikan amtenir, menarik uang recehan di jalan raya!. Menyetop setiap kendaraan!. Apa bedanya dengan ‘calo’?. Mengapa tidak dijadikan iuran rutin, bayar di bank?
Ada jalan sudah dibuat bahu pembatas jalan. lalu di banyak tempat (di dekat setiap PT), bahu jalan tersebut dibongkar, untuk dibuat putaran!. Mengapa tidak dari awal dibuat putaran?


31. lidah
dulu, selalu menyatakan tak ingin merepotkan. Biarlah jiwa (kematian) datang di mana saja. Toh sudah mati juga!. Urusan telah menjadi milik-Nya!
Suatu saat, di pesawat, dan berguncang!. Seketika itu juga menjadi kecil dan kecut. Dan teringat kata-kata yang sering diucapkan. Teringat pada anak dan istri. Segenap hati berkata: Tuhan……, anak istriku menunggu dan merindui!
Lidah yang lebih cepat dari hati……
Baru dapat berbicara……


32. nyeri dan lega
pernahkan merasa nyeri (hati). Hidup seakan tidak sempurna, dan demikianlah adanya!. Terasa sesak udara. Pernah merasa lega? Seperti alunan oksigen yang mengalir.
Apa yang dimiliki menjadi tidak berarti, saat terasa nyeri. Apa yang tiada, tak pernah disesalkan saat terasa lega
Berlari diantara nyeri, dan berlabuh di samudera lega!



33. Tempat yang tinggi
tempat yang tinggi dapat melihat tempat yang lain. Di atas pohon, kita dapat melihat tanah, di atas gunung dapat melihat lembah, dari angkasa tinggi dapat melihat bumi. Tempat yang tinggi memungkinkan melihat lebih banyak, lebih arif, lebih luas perspektifnya. Tempat yang tinggi juga melihat segala sesuatunya menjadi kecil: tak perlu dirisaukan!
Tempat yang tinggi adalah hati yang mengenal-Nya!



34. Air dan Minyak
air dan minyak adalah cairan, namun keduanya tak dapat berkumpul bersama. Satu bersifat menyejukkan (memadamkan) yang lainnya terasa selalu membakar!.
Air dan minyak tak ditemukan pada sumber yang sama!. Di tempat yang tersedia banyak air, tiada minyak. Pun sebaliknya!. Keduanya memiliki ruang tersendiri!. Jika ‘terpaksa’ tercampur, maka keduanya menjadi tak bermanfaat!
Kita memiliki satu hati!. Air atau minyakkah?



35. cinta dan hidup
cinta adalah ketika kita merasa indah!. Ketika aliran rasa bahagia melaju lembut dan menggapai seluruh nadi. Cinta menjadi hidup, dan kehidupan menjadi berwarna. Penuh cinta adalah penuh warna!
Cinta memberikan rasa menikmati, dan waktu dicoba untuk dihentikan!. Sudah lewat beberapa senja dan tersisa sedikit saja!. Kelak, pintu waktu memberi tahu jalan lainnya
Terpesona oleh warna seringkali membawa kita menjadi penikmat! Mereguknya hingga tuntas! Masihkah tersisa rasa, yang mengalir jauh, hingga keabadian……?. Cinta yang hidup, menghidupi!. Hidup yang penuh cinta-Nya!



36. lembut dan bertenaga
lemah adalah kehinaan! Lembut adalah kemuliaan. Lemah lembut adalah merendahkan hati untuk sesuatu yang mulia. Hanya orang yang memiliki ‘ketinggian’ yang dapat melakukannya
kuat adalah arogansi. Bertenaga adalah kekuatan. Bertenaga kuat adalah mengalahkan arogansi untuk mencapai sesuatu yang mulia. Hanya orang yang ‘teguh’ yang memilikinya
adakah kita seorang yang lembut dan bertenaga?. Memiliki kemuliaan dan kekuatan. Mengubah potensi itu menjadi kebaikan
adakah kita seorang yang lemah dan kuat?. Melakukan hal hina dan selalu merasa mulia. Trouble maker dimana saja…..
tulislah jawabannya dalam do’a!



37. kaca yang bersih
kaca yang bersih, tidaklah memendarkan warna. Warna tampak nyata bahkan hingga detailnya. kadang mampu melebihkan kecerahan. Di tempatkan di mana saja, selalu menyenangkan. Dicari oleh banyak manusia. Untuk mengacai dirinya…., mencari tahu kebenaran yang terrefleksikan melalui kaca. Berharap mendapatkan lebih……
hati seringkali dinyatakan sebagai kaca!. Hati yang mengingat-Nya mampu merefleksikan jalan hidup kita. Akan dibawa kemana……



38. Inspirasi
inspirasi adalah sumber kreativitas. Kreativitas adalah adrenalin manusia bertenaga!. Manusia bertenaga selalulah mencari inspirasi.
Kreativitas yang baik bersumber dari inspirasi yang baik. Dan Tuhan adalah kebaikan!


39. hujan dan panas
hujan dan panas adalah siklus alam. Keduanya bergantian berlari, mesti tidaklah mesti dengan jarak yang sama. Kita memerlukan keduanya, tepatnya mengeluhkan, jika salah satunya datang, berlari, dengan jarak yang panjang. Kita ingin ia pergi…… pada satu suasana saja, kita merasa itu musibah!. Kita jenuh dengan satu suasana, mengharapkan ada hal lain yang dapat kita nikmati, jika suasananya berbeda
duka dan bahagia adalah siklus hidup!. Adakah kita jenuh dengan kebahagiaan?. Adakah duka yang dapat dinikmati?



40. Dosa dan Sesal
Dosa adalah keindahan. Menerobos rambu merupakan kenikmatan. Melanggar adalah ‘addict’, hingga terperangkap dosa!. Berkubang dosa! Merasa berdosa namun tak merasakannya!. Hingga dosa mengaliri nadi!.
Hidup yang penuh dosa!
Namun dosa juga rangkaian sesal, yang melukai hati!. Menghunjam dan sungguh membuat perih. Dosa adalah muara penyesalan! Hati yang berdosa, selalu gelisah
Mencoba hidup dengan hati, namun hidup penuh dosa!. Tuhan….. bagaimana aku dapat mengeja nama-Mu…..?



41. Hati yang bahagia
Sepotong hati yang bahagia, selalu renyah!. Langit-langit rumah terasa tinggi. Penuh udara suka cita. Betapa hidup indah
Seorang istri berbahagia, ketika bisa menyediakan sarapan pagi untuk keluarganya. Anak pergi sekolah, lalu suami bekerja. Anak sehat, suami juga!. Keduanya juga tidak nakal!. Hidup berkecukupan, cukup hati juga!
Sungguh mudah untuk mendapat itu. Sungguh berharga nilainya. Semoga semua istri selalu berbahagia


42. Tidurlah
Tidurlah, karena tidur dapat memberi mimpi. Karena mimpi dapat memberikan keindahan. Setidaknya cerita indah, walau hanya mimpi!
Tidurlah, karena istirahat terbaik adalah tidur!. Yang terbaik bekerja, mestilah terbaik istirahatnya.
Tidurlah, karena nanti kita mesti tertidur panjang. Memahami nanti, dengan berlatih tidur saat ini!



43. Inferior
Uuhhh…. Sedih menjadi inferior. Merasa kecil dan dikecilkan. Seperti debu, yang dapat dicampakkan. Disapu waktu, dianggap berlalu. Tak ada yang mencatat kehadirannya.
Uuhhh…. Sesal menjadi inferior. Mengapa takdir itu mengikuti. Tidakkah Tuhan menyayangi semua hamba-Nya?. Mengapa tak semua menjadi superior?. Jawabnya ternyata: karena Tuhan menyayangi semuanya. Ia ingin menitipkan ‘spirit-Nya’ pada sang superior. Ia ingin memberikan pesan pada sang inferior. Janganlah berduka:
kembali ke rumah-Nya sajalah, akan diperoleh perlakuan sama!



44. Usaha Keras
Usaha keras dan sungguh-sungguh. Sungguh ringkas dan tak perlu kata-kata!. Tak usah dijabarkan, apalagi diditilkan!. Karena sungguh mudah mendetilkan sesuatu. Sungguh sulit menjalankannya

Usaha keras, bukan kata-kata. Apalagi kata indah atau bermutiara. Usaha keras adalah bulir keringat dan air mata. Itulah yang berbicara
Punyakah kita tekad?. Biarlah seluruh tubuh menangisi, mengungkapkan.


45. Maha Penyayang
Tuhan adalah Maha Penyayang. Berharap mengampuni selluruh dosaku! Aku selalu khilaf, dan aku mengetahuinya. Aku selalu berbuat salah, dan sadar melakukannya. Aku terjerembab dalam lingkaran kekeliruan. Aku ingin memutus rantainya, namun tak kumiliki ‘gunting’!. Aku berlari di lingkaran itu….
Tuhanku….. Engkau tahu daun jatuh, juga desah angin!. Engkau menginsipirasikan hujan, menyirami kegersangan!. Embun yang mengawali hari….
Beri daku…. Tuhan, kasih sayangMu: berlari ke puncak-Mu!. Lurus, tegak dan pasti! Lepas dari lingkaran…..
Inspirasikanlah …….


46. Cinta
Seperti gemuruh mengerubungi bumi. Suara bergetar dalam jiwa! Hujan air mata, dan satu suasana hebat menerpa!. Tak dapat dibendung!. Tak dapat diganti!
Seorang yang merasa puncak cinta tiba!. Seorang yang mereguk rasa bahagia….. memabukkan ataukah menyenangkan…..?
Menyaksikan anak lulus ……, misalnya!


47. redup yang terang
Hujan, menyapa pagi. Bulirnya mengaliri bumi, sejuk sampai di hati!. Lembut suasana, menggantung redup di udara. Terasa oksigen demikian banyaknya. Segar, nyaman….
Duduk di beranda. Secangkir kopi panas, seoonggok sarapan tersedia. Menikmati hujan, menikmati karunia-Nya. Hari ini sangat terang…..
Tuhan…., aku memulai malam dengan dosa, Engkau memberi pagi dengan indah. Itulah yang membuat daku terharu……


48. Malam Kelam
Malam kelam, bagi sang pendosa!. Memupuk dosa di pekat hari!. Menikmati kegelapan, mengakumulasikannya dalam nista…. Membanggakannya…..!
Melupakan bahwa kelam adalah cermin. Dimana kecerahan demikian nyata. Setitik do’a, jelas adanya!


49. putih dan mayoritas
Mata tajam ataukah warna cerah?. Noktah (putih) di dinding yang gelap, tampak demikian nyata!. Warna hitam atau putihkan yang tampak…..?
Jika melihat warna putih, barangkali kita berharap, semoga ada noktah (putih) yang mengantarkan diri pada kesadaran
Jika melihat warna utamanya, semoga kita tahu, yang terbanyak yang ada, yang kita miliki, itulah cerminnya….
Cermin kebaikan, dan noktah-Nya, semoga kita miliki…..



50. Nasib
Gyan (Asamoah)! Mungkin semua orang memaafkannya, juga mungkin dirinya sendiri. Tetapi, Gyan, tak mungkin melupakannya, dan menjadi keharuan hidupnya.
Memiliki peluang pinalti, di detik terakhir, dan jika ia berhasil menyarangkan gol, ia sukses membawa Afrika ke sebuah sejarah, pertama kali melaju ke semi final piala dunia. Pencapaian besar dalam hidupnya!. Sayang….., peluang itu sirna. Dan peluang kedua (adu pinalti) tidak menjadi keberuntungan, meskipun ia berhasil sebagai penendang!
Peluang pertama, bukan peluang kedua!
Keberuntungan……, kunci dari hidup! Sungguh berat menjadi ‘zero’. Sungguh mudah/kecil perubahannya. Sungguh mudah Tuhan ‘menyentuh’ dalam permainan ini….
Tuhan……, sungguh mudah daku terpeleset!. Sentuhlah!


51. Kata hati
Apa yang lebih jernih dari air….? Mungkin kata hati! Karena begitu dekat dengan diri, sehingga tampak alirannya. Kata hati yang jernih, adalah kata hati yang bersumber dari-Nya…..
Apa yang harus dilaksanakan…..? mungkin kata hati!. Karena merujuk pada diri, itu adalah kebaikannya!


52. Ouh Tuhan….
Setiap waktu daku mengingatMu, di saat itu juga daku melalaikan-Mu. Setiap saat berjanji untuk bertaubat, dan di setiap kesempatan juga kembali bermaksiat. Mengawal hidup dengan-Mu, namun menyertakan juga nafsu insani…..
Tuhan….. Engkau tak dapat disertakan!. Engkau tak ingin diduakan. Namun daku selalu kalah, mengenal-Mu namun tak juga mengenal-Mu….. rasa ini sungguhlah perih….. daku selalu bertanya: Ouh Tuhan….., bilakah ada di jalan-Mu: dengan sebenarnya!


53. Alam yang mendengar
Janganlah menyampaikan celaan, juga kutukan. Alam mendengarnya!. Jangan mencemooh. Memang menyatakan unek-unek sepuasnya akan melegakan. Untuk diri sendiri. Tetapi tidak untuk yang mendengarkannya….
Ada banyak contoh di sekitar kita, celaan dan kutukan, kembali kepada asalnya…..


54. diri sendiri
mengalahkan diri sendiri, adalah perjuangan yang terbesar…..


55. Tolong Menolong
tolonglah orang lain, dengan cara menolong diri sendiri. Jika setiap individu, belajar tidak memberatkan tidak menjadi beban bagi sesama, sesungguhnya ia telah menolong saudaranya. Tidak merepotkan!
Tidak merepotkan, juga membahagiakan! Tidak perlu bergantung pada orang lain, tidak perlu dag-dig-dug….. hidup dapat setenang lubuk yang dalam…. Penuh makna!


56. candu…..
candu adalah ketagihan….. terasa ada yang kurang jika tak mendapatkannya. Terasa memanggil…., untuk mendapatkannya!. Terasa sendi sakit, pikiran remuk, badan melayang…. Candu menyiksa setiap manusia. Candu apa saja!
Candu haruslah dibersihkan. Kekuatan jiwalah, sumber utamanya!. Tidak mudah, sangat sukar!. Karenanya banyak orang yang kalah, dan ia ……..: kecanduan!
Yang jarang kita dapatkan: kecanduan berbuat baik….. semoga suatu hari nanti!



57. memusat dan menyebar
memusat artinya menjadi sorotan. Apa yang disorot media (TV) jadi pusat perhatian, padahal masih banyak yang tidak tersorot!. Hal yang menyebar, mungkin lebih penting, namun karena tidak disorot, menjadi terabaikan….
Hidup kita memusat dan menyebar….. memusat, kelak kita harus mempertanggungjawabkan sendiri di hadapan Tuhan!. Kita sibuk menghitung amal perbuatan. Mungkin sudah terlupakan, tetapi tidak bagi Tuhan….. menyebar, karena kita adalah kepingan insani!. Setiap kita, tak mampu memperhatikan yang lainnya. Setiap kita, kelak, saling melupakan!. Ingatkah kita akan ayah kita? Kakek kita? Buyut kita? Kakek ayah kita? Buyut ayah kita? Kakek kakek kita….? Buyut kakek kita? Hhm….. masing-masing kita menjadi tidak berarti….


58. Rasionalitas-Keimanan
gunakan rasionalitas, sebagai filter pertama. Karena rasionalitas menunjukkan sebab-akibat, hal dimana kebanyakan benda-benda di bumi tercipta, atau mengikuti hukumnya! Mengabaikan rasionalitas, berarti mengingkari keberadaan alam dan tata surya ini, yang tercipta sangat rasional dan terukur. Ciptaan Tuhan yang tinggi. Dahsyat!. Akankah kita melawan takdir-Nya….
Sertakan keimanan sebagai filter pertama (aksen). Karena Tuhan menciptakan berbagai keajaiban, keindahan, yang melampaui rasionalitas. Percaya ada campur tangan Tuhan dalam setiap tindakan, namun tidak serta merta menyerahkan pada Tuhan….. menyertakan iman dalam rasionalitas, akan membawa pada kebenaran dan langkah Tuhan.
Ber-rasional dengan iman, dan beriman dengan rasional. Menjadi insan kamil


59. Merdeka
bukan hanya untuk pekik bangsa. Tetapi mulailah dari diri sendiri!. Jika memiliki kebebasan, kemampuan, kemauan untuk diri sendiri, sesungguhnya kita telah merdeka….. tak ada yang lebih indah dalam hidup, kecuali merdeka….. makan enak, tidur nyenyak!
satu hal saja, kita tak dapat merdeka: di hadapan Tuhan!. Semoga, hanya kepada Tuhan saja, kita menyerahkan hidup dan kehidupan…..
merdeka….


60. sihir
Mendengarnya membuat seluruh tubuh bergetar. Serasa ada irama cepat berpacu denga darah. Jantung berdegup: kencang!. Kengerian meracuni udara. Terhirup, hingga siksa terasa di ujung kaki!. Semua merasa terkena petaka. Tulah…. Kutukan!
Itu dulu…..
kini sihir bertebaran banyak!. Semua terasa sama, kecuali satu: udara. Semua merasa kesegaran, kegembiraan terasa ke ujung kaki….. semua menerimanya!
Televisi telah menyihir kita. Piala dunia, disiarkannya….
Internet juga tukang sihir!. Ariel, Luna dan Cut salah tiga aktornya!
Sihir tak lagi mengerikan, tapi tetap memperdayakan!


61. Menanti
Menanti waktu yang datang, adalah waktu yang pergi. Detik yang diharapkan, terlewati detik demi detik. Lambat semuanya. Cepat perasaan dan pikiran, berpindah-pindah suasana
Menanti yang tidak pasti, pastilah terasa menanti. Menanti yang mencemaskan, cemaslah yang selalu dinantikan. Betapa menanti, sangatlah nyeri…..
Hhm…. Malaikat maut pasti datang, apakah daku menantikannya?



62. koin
Dua sisi dengan nilai yang sama. Dua sisi dengan gambar beda. Kebenaran nilainya tertera tegas dari angka yang dicantumkan. Keindahan gambarnya, tampak dari dua simbol yang berbeda.
Kebenaran milik kita semua, jika memang ‘jelas’ benarnya. Terang benderang!. Perbedaan milik kita semua, menjadi simbol dan keindahan

Koin isyarat hidup. Kita memiliki kebenaran hakiki. Kita juga memiliki simbol perbedaan yang indah



63. Post Power Sindrom
Dipuja dan dielukan, adalah kenikmatan. Memuja dan mengelukan diri sendiri adalah kesedihan. Diejek dan direndahkan mungkin menyakitkan. Merendahkan diri sendiri adalah ketinggian budi.
Silih berganti suasana hidup bukanlah hal yang buruk. Menyegarkan. kehilangan, tidak berarti kekalahan. Sesuatu yang hilang, maknanya bukanlah kita miliki…. Mungkin, merasa tidak memiliki apa-apa akan membahagiakan. Karena tak pernah merasa kehilangan…

64. yang kita punya
yang membuat bahagia, adalah yang kita punya. Karena itu yang dapat dinikmati. Yang membuat sedih, yang kita angankan. Karena mungkin kita terpenjara impian. Yang membuat lebih berbahagia adalah anganan yang kita realisasikan. Karena yang ‘memabukkan’ sudah dimiliki. Yang membuat sedih adalah realisasi kita dalam anganan. Karena menjadi hari lebih panjang….

Yang kita punya, syukurilah. Yang terealisasi, sukailah…. Banyaklah yang kita punya, banyaklah yang terealisasi….



65. menipu
menipu! Tak ada yang melakukannya secara kasar!. Cara halus atau lebih halus. Ada bahasa indahnya, yakni taktik atau strategi. Hakekatnya lebih jahat. Menginginkan sesuatu manfaat untuk diri sendiri, dengan mempergunakan hak-hak orang lain, memperdaya atau menjadi kewajiban orang lain, itu menipu. Meletakkan kesenangan di atas penderitaan orang lain itu menipu.
Menipu adalah dosa. Seberapa seringkah kita….?


66. bahasa angin
bahasa angin menyebar kemana saja. Hingga jauh!. Terdengar sayup-sayup!. Tiada jelas, mungkin suram. Mungkin juga sekedar menerbitkan harapan. Hingga tiupannya usai, yang tersisa hanyalah perih. Tergantung pada langit-langit hati, pikiran. Hhm…. Siapakah gerangan yang tega, memberi bahasa angin. Meliuk ke kiri-ke kanan…. Hhm….. adakah ia juga seperti angin, ataukah ia pohon yang menghembuskan…..?. keduanya tiada beda, sama menyisakan duka!


67. kembali
jalan paling dekat adalah kembali. Menemukan kebenaran, kapanpun waktunya, bukanlah hal terlambat!. Mendapatkan mutiara di lautan dalam, adalah hal yang indah.
Jalan paling jauh adalah kembali. Kadang sulit ditemukan. Berliku-liku penuh putaran argumen. Ke kiri, ke kanan dan semakin jauh. Ada pada ujung yang lain. Melihat pada titik asal: kembali!. Sudah jauh tertinggal



68. Garis Lurus
garis lurus adalah jalan paling dekat. Dua titik adalah garis lurus. Melihat hitam-putih sangatlah nyata. Kekontrasan!. Kebenaran di ukur dari salah satu warna saja. Sederhana!. Dan sederhana, biasanya adalah kebenaran….
Banyak titik, mungkin lurus, sangat mungkin tidak!. Warna-warni, memudarkan perbedaan. Tidak tampak lagi warna dasarnya. Dan mungkin…., kebenarannya….
Ingin mengetahui dimana diri berada? Buatlah sebuah garis lurus!. Ingin mengetahui hakekat kebenaran? Pilihlah dua warna saja!


69. Bahasa Tuhan
berharap mendapatkan pengampunan-Nya. Dari setiap ketersesatan dan kekhilafan. Berharap tidak dicibir. Berharap tidak dihukum….. berharap Tuhan selalu menyayangi, memaafkan…..
berulang lagikah berbuat dosa……?


70. serial bohong
Jika berbohong pertama, maka yang keduanya pun tiba. Selanjutnya akan terbitlah cerita bohong!. Dan udara bohong, terpaksa kita hirup! Pekat, pekat, pekat dan menyesakkan!
Jika kita memotongnya, mungkin kita tak menyatakan yang sebenarnya. Namun mungkin tiada berbohong. Tak arif, menguraikan aib. Cukuplah mengatakan: masa lalu saya, jangan tanyakan! Masa depan saya, itu yang diharapkan
Semoga kita, memiiki masa depan


71. Orgasme
Pernahkan sesuatu menggayut berat hingga susah tidur didapat?. Tekanan, membuat remuk sendi-sendi. Nyaris…… dan, akhirnya, Tuhan menyapa dengan kemudahan-Nya. Seperti diterbangkan, demikian ringan dan riang…. Mabuk suka cita. Orgasme…..!
Inginkah menikmati orgasme berkali-kali? Selalukah ada hal yang menggayuti? Dan hembusan angin menyampaikan solusinya….?


72. Bersatu Teguh
Sesuatu yang kokoh berasal dari kumpulan. Sesuatu yang berkumpul tidaklah harus sama. Namun, sama-sama memahami dapat menjadi kokoh jika menjadi kumpulan….
Tengoklah semua kumpulan….. semua kokoh dan indah. Tengoklah uraiannya (kumpulannya), mungkin tidak semua sama…..


73. Jalan Ke Roma
Lepaskanlah busur cita-cita sejauh mungkin, dan biarkanlah ia menggantung tinggi. Tak usah khawatir, kelak kita dapat menggapainya. Selagi kita terus menatap dan berusaha ‘terbang’ meraihnya. Suatu hari mungkin badan terasa ringan, atau merasa lebih tinggi, atau angin menerbangkan cita-cita mendekat. Siapa yang tahu….. tetapi itulah yang terjadi. Percayalah!



74. sang penakut
Serasa pistol di kepala: selalu!. seperti penyakit yang menyiksa. Seperti beban yang menghimpit!. Matinya berkali-kali.
Lalu berupaya menjadi tidak beban. Bersembunyi, mencari taktik, dsb. Tetapi semuanya berujung pada tekanan perasaan.
Jika tidak perlu takut, jika bisa tidak takut…. Jika bisa tidak jadi sang penakut!


75. kosentrasi dan fokus
Untuk sukses diperlukan kosentrasi dan fokus. Diperlukan juga ketekunan. Jarum jam pendek tidak pernah bergerak. Tetapi jika tidak diperhatikan ternyata sudah bergerak 7 jam dsb. Pergerakan jarum tersebut sudah betul-betul mengubah suasana. Sebaliknya jarum jam ‘detik’ bergerak sangat cepat, tetapi pergerakan 60 detik, tidaklah berarti apa-apa
fokus dan konsisten, meskipun tidak tampak, lambat, tetapi pasti akan mengubah sesuatu.
. Lakukan sesuatu secara teratur dan terencana!


76. orang baik
Orang baik kabarnya selalu di tempat baik. Di tempat jelek, dia tidak betah!. Orang jahat, kabarnya bisa di dua tempat. Di tempat baik, senang, di tempat jelek bisa beradaptasi (jadi jelek). He3x… dasarnya memang sudah jahat, jadi di tempat jelek bisa menyesuaikan kadar jahatnya. Ntar ada-ada saja alasannya, kenapa dia dapat bertahan, atau kenapa dia mau bertahan
Jika orang baik….? Dia pusing di tempat jelek. Daripada hati nuraninya terganggu, dia mesti pindah atau keluar dari sistem jelek itu….




77. mercusuar
menara lampu yang tinggi. menjadi pemandu di lautan. memantau tempat-tempat yang jauh. Mercusuar itu lampu sorot. Sorotannya menyilaukan mata dan sangat jauh. Sayangnya tak dapat menerangi yang dekat!.
Mercusuarkah kita?. Diagungkan oleh yang jauh, tetapi tidak dianggap oleh yang dekat.
Sesungguhnya, merupakan kesedihan hidup….


78. sampah
Jika mengamati lingkungan yang bersih, pastilah senang. Bebas dari sampah!. Sampah dalam artian sebenarnya, kotoran, maupun sampah dalam artian ‘artifisial’, keadaan yang membuat susah!. Sampah sebenarnya dapat menjadi ladang hidup bagi sebagian, dapat diolah lagi!. Sayangnya kita tidak mampu membantu secara optimal. Tidak ada niat dan upaya yang hebat untuk menjadikan sampah sebagai bagian kehidupan yang berdaya ekonomis tinggi.
Sampah dalam artian artifisial, adalah perilaku yang tidak berguna, bau, dan cenderung memuakkan!. Mungkin, itu kita!. Adakah,pernah mencoba untuk memberikan daya ekonomis yang tinggi? Mengubah perilaku sampah menjadi produktif? Bukan soal mudah


79. Mood
sepertinya menjadi panduan yang harus dikerjakan. Seniman, seringkali perlu mood untuk menyelesaikan pekerjaan spektakuler. Banyak orang mencari inspirasi untuk dapat bekerja baik. Mencari mood yang baik!. Bangun tengah malam, merupakan salah satunya!
Tetapi pekerjaan yang memerlukan ketekunan, tidaklah boleh dikerjakan (dibangun) berdasarkan mood!. karena tidak menjadi ketrampilan
Kita perlu membina ‘mood’ menjadi suatu kebiasaan. Selalu dalam mood baik…. delicious!



80. Menjadi Orang Tua
Menjadi orang tua, berarti menyerahkan hidup untuk anaknya. Apa yang terjadi pada anak, merupakan bagian yang hebat bagi orang tua. Hal yang sederhna bagi anak, merupakan hal besar bagi orang tua. Senyum bayi…., mengobati semua kepenatan hidup!
Tuhan menciptakan itu! Itulah perasaan. Nilainya jauh lebih tinggi dari matematika. Juga tidak ada prinsip timbal balik. Perasaan anak pada orang tua, tidaklah setara perasaan orangtua pada anaknya!. Ukuran ini sudah ditakdirkan-Nya
Menjadi orangtua sungguhlah berat! Tetapi, kebanyakan orang, bergembira dan siap menanggungnya!.
Itu semua karena perasaan yang diberikan Tuhan!.
Sebagai orang tua, kita ingin menunaikan tugas dengan baik. Sebagai anak, berharap tidak menjadi anak durhaka!


81. Persaingan
Persaingan adalah kaffeine, menyegarkan bagi semua, menghasilkan yang terbaik. Yang tidak bersaing, berarti telah mati. Keberadaannya tidak diperhitungkan…. Bukan menjadi persaingan
Bersainglah dalam kewajaran, karena aromanya menyegarkan…
Bersaing dengan berlebihan, aromanya memabukkan. Akhirnya sesat….


82. do’a
Kata yang indah adalah doa/dinyatakan dengan harapan dan cinta/dilontarkan dari hati/ditujukan pada Ilahi/
Keperihan hidup ingin diakhiri/do’alah yang mengakhiri
keinginan yang mengguncang/do’alah yang mengguncangkannya
akhiri dan guncangkan hidup dengan doa/semoga doa dan mendoakan, adalah kita semua


83. narsis
Kita berpakaian sama? Yaa…. Tetapi kita tak sama, dan karenanya kita berkeputusan untuk tidak berpakaian sama…. Kita nampak berpakaian sama, karenanya kita sama….? Padahal kita ingin menyatakan kita berbeda…
Kita ingin berbeda, kita harus menunjukkannya. Ada trade mark. Ada merk!. Ada merek yang harus ditunjukkan dalam pakaian kita, agar tahu, kita berbeda. Tentu dengan rasa superior….


84. obat nikmat
Jengkel dan lelah……….? Lihatlah dan nikmati hal yang ringan. tidak semua harus dipikirkan, tidak semua menjadi bagian kita…. Kita juga ‘penghibur’ dan kita juga memerlukan hiburan dari ‘penghibur’ lain
Lihatlah OVJ, tontonlah harmony olahraga, bacalah stiker motor…..
Sudah bau asep ya jangan jadi kecut lah….! Maaf…., yang membaca ini orang gagah (diadaptasi dari sticker motor)


85. Revolusi
kata yang menggerakkan, meruntuhkan tiang-tiang bangunan! Yang terbaik, meRevolusi diri!. Berpindah dari satu sudut (sisi) ke sisi [baik] lainnya!. Kelak, sentuhan kita, akan menyambangi lainnya



86. Sakit
Sakit adalah sehat. Mungkin, kita mengabaikan (sehat) selama ini, merasa sebagai bagian kewajaran saja. Membiarkannya tertiup angin, seperti debu, mengotori hari dan hati…..
Sehat mungkin saja sakit. Menumpuk aroma salah, menghimpun segenap kekuatan untuk berbuat dosa. Sehat modal dasarnya
Adakalanya sakit justru sehat, jalan untuk menemukan kebaikan. Jalan untuk istighrah, sejenak merenung mencari-Nya
Adakalanya sakit mungkin karunia. Supaya memahami warna hidup, hingga terasa lebih cerah
Tetapi sakit tetaplah sakit…. Disana ada keperihan…. Sapulah dengan lembut, dan do’akanlah berlalu!. Terbitlah kebaikan…


87. Balapan
Dua biskota mengejar nafas, memacu darah di jalanan. Berebut serpihan atau karena tak tahu aturan…..?. tidak sepenuhnya jelas, karena tak perlu dijelaskan!
Jika berkenaan dengan ‘serpihan’ , maka kita akan sigap unjuk kekuatan. Kita semua, dengan kadar masing-masingnya. Lingkungan atas atau juga bawah. Jika aturan diabaikan, makin jadi rebutan. Aturan yang abu-abu, merupakan sumber pintu!. Rejeki selalu terasa wangi, mungkin-mesti banyak yang merasa rugi
Balapan bukan hanya di jalanan, bukan hanya milik bis kota!. Mungkin kita pun melakukannya….


88. Saddle Point
Pernahkah merasa hingga ke titik akhir, tempat terendah atau tertinggi. Nyawa hinggap di kerongkongan…. Ternyata, itu belumlah berakhir! Titik itu ternyata titik yang semu. Itulah saddle point
Tak perlu kecewa, dan langkah terbaik hanyalah menyiapkan energi ‘extra’ agar keadaan yang terjadi dapatlah diterima. Tak perlu terkejut…., karena kondisi itu adalah kenisbian saja!


89. Hiburan dangdut
Di beberapa malam, pengamen dengan tape-recorder menghentakkan keheningan. Wanita itu memanjakan suasana, menciptakan barut-barut keriangan. Beberapa pria, berjoget ria. Mereka semua adalah jelata, yang menabuhkan sunyi dengan getir! Sesekali berasyik-masyuk…. Bernyanyi, berjoget bersama, di pinggir jalan, di tepi warung kopi!
mencari pendapatan dan mencari hiburan. Mencari jawaban tentang himpitan hidup.


90. Books
di toko buku, curi waktu dan cari tahu berbgai buku. Sebuah berjudul sangat dahsyat, isinya tidaklah meruntuhkan peradaban!. Sebuah lagi, demikian mudah memberikan wejangan; yang lainnya terasa penulisnya asing dengan dunianya…. HHmmm……, namun ada yang mengalir hingga membasahi relung hati! Menyusup dan tak pernah hendak pergi….
Selalu ada buku yang bagus…. Semoga itulah yang kupunya; semoga itulah yang kutulis


91. Pengantar haji
Setiap tahun, negeri ini memiliki jemaah haji terbesar di dunia. Sebelum pergi, beliau semua diinapkan. Ada para pengantarnya, sanak kerabat, warna-warni…..
Sedih menyaksikannya. Ketiadaan tata tertib, serobotan di jalan; seperti tak tahu aturan agama. Adakah bekalnya taqwa? Demikian jugakah jemaahnya….?
Pergi untuk urasan agama adalah urusan tertinggi. Mestinya ditunjukkan dengan sikap yang agung….


92. Penambal ban
Suatu sore….. Ada penambal ban, di pinggir jalan, berpeneduh pohon. Sangat sederhana dan tak ada perlindungan lebih (dari hujan). Istri dan anak (perempuan)-balitanya berada agak belakang, berteduh di tempat yang tak memiliki keteduhan…..
Terharu atas usahanya untuk mencari nafkah. Sedih melihat fasilitas kerjanya. Rezeki yang coba dikais; harga diri yang coba ditegakkan…. Semoga tidak tersapu angin …..
Tuhan…. Berilah kekokohan jiwa, bagi mereka yang mencoba memilikinya!




93. Detail is Devil
Seringkali yang diketahui hanya garis besarnya saja. Kerjasama sepakat pada aturan besarnya. Jika tahu, juga Cuma garis besarnya saja. Jika ditanya secara detail, maka tidak dapat menjawab dengan benar!
detail itu sangat penting!. Kesepakatan bisa tidak sepakat begitu didetailkan hak dan kewajiban. Jika tidak didetailkan, maka dikhawatirkan besok terjadi sengketa. Tahukah teman, apa yang kita pikirkan/kerjakan, tidak dapat dioperasionalisasikan jika telah didetailkan. Ternyata setelah didetailkan banyak terjadi hambatan.
Kita harus tahu detail tetapi kita kadang tidak menyukainya….



94. W=MP
salah satu doktrin dalam ekonomi neo classic yaitu Wages=Marginal Product. Katanya pasar akan mengintrodusir keadaan ini. MP itu menunjukkan tambahan produktivitas, sedangkan W menujukkan harga dari produktivitas. jika seorang berMP tinggi, mestinya W nya juga tinggi!
Jika tidak begitu…., W terlalu rendah? Mesti ada penyesuaian. He3x…., keep relaks dari teman adalah, kerja lebih santai saja, hati tidak perlu terlalu stress. Jika tidak, he3x…., naikkan gaji sendiri. Caranya…? Buat upah tambahan (yang mungkin bukan uang) berupa perasaan senang, kerja ibadah, cari kesibukan sambilan untuk kepentingan pribadi, dsb.
Bagaimana tahu kalau dibayar lebih rendah….? Pertama ukur potensi diri. Jika merasa berpotensi tinggi, berarti upah rendah. Bagaimana bos dapat tahu, kalau teman berpotensi tinggi…? Kasih isyarat! Kedua, ukur dengan benchmark, baik benchmark dari dalam maupun luar.
Jika masih lebih rendah….? Hmm…. Tadi, naikkan gaji sendiri. Ingat, tetapi jangan membuat onar, atau merugikan pihak lain



95. Upaya lebih
Upaya lebih diperlukan untuk mewujudkan sesuatu yang baik atau yang dicita-citakan. Lebih keras kepada diri, lebih cerdas, lebih cekatan, lebih disiplin, lebih berkorban. Jika tidak ada upaya lebih, maka dapatnya akan kurang. Kekurangan ini akan terakumulasi berupa ketidaksempurnaan, atau kegagalan. Kata-kata ‘hampir’ atau ‘jika’ menjadi suatu petunjuk gagal, akumulasi dari kekurangan. Tidak tahu detail itu juga merupakan upaya yang kurang.
Memang mudah untuk menyatakan ini, cukup satu alinia. Untuk mewujudkannya, perlu lebih dari seluruh halaman kesabaran!



96. Mandat
Mandat itu merupakan tanggung jawab. Tidak mudah untuk memegang mandat. Agama mengajarkan untuk tidak meminta mandat. Tetapi, jika mandat itu datang, maka tak perlu lari, terimalah. Itu bagian dari kehidupan.
Dari sisi progresif, mandat dapat diminta, jika diyakini, dapat menjalankan amanah, atau akan membawa keadaan menjadi lebih baik. Jika keberadaan kita, akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik, maka kita dapat mengarahkan agar teman memperoleh mandat. Namun jika sekedar mendapatkan keuntungan pribadi, sebaiknya janganlah meminta mandat. Carilah keuntungan pribadi dengan berusaha yang halal, tak usah memegang mandat.
Mandat adalah amanah untuk masyarakat. Itu kuncinya!



97. Hati dan nafsu
Sebenarnya jika semua diserahkan pada rasa (agama) maka semua persoalan cepat selesai. Hukum positip tidak mampu menghukum sikap sombong, sedangkan agama menyatakan sombong merupakan perilaku yang sangat dibenci Tuhan. Itu baru sekedar contoh.
Agama juga mengajarkan agar mencari rejeki yang halal. Jika subhat, sebaiknya ditinggalkan. Di larang sogok menyogok. Jika kita menjadikan agama sebagai panduan, maka prinsip hidup menjadi jelas, mudah, sederhana tidak rumit
Apa yang terjadi pada sinetron ‘cicak-buaya’ menunjukkan tidak ada rasa agama. Ada yang merasa dizalimi. Masing-masing seolah-olah ada intrik. Intrik itu nafsu!. Ingat cicak, ingat buaya, hati kalian nanti akan diadili oleh Tuhan!



98. Kenisbian Aturan
Tahukah beda kita dengan para salaf (pengikut nabi di era nabi)?. Para salaf, berbuat kesalahan kecil saja, sudah merasa dag-digdug. Beliau tidak pernah meremehkan dosa kecil. Tak ada dosa kecil, bagi beliau. Kita sebaliknya, berbuat salah besar saja, masih merasa senang. Kita tidak pernah menganggap dosa besar. Tak ada dosa besar, karena Tuhan pemaaf dan memaklumi apa yang kita perbuat.
Lihatlah para artis bersikap tentang agamanya. Kefasihan berbicara hampir setara dengan ulama. Ada ulama yang punya program acara rutin dengan artis. Padahal pada saat lain, artis tersebut maaf berpakaian ‘…’ tidak seperti ustad inginkan .

Memang hanya Tuhan yang tahu. Tuhanlah yang tahu hati kita. Tidak bermaksud menghakimi, tetapi kita perlu berintorpeksi….




99. Rasa agama
Setiap kita ingin bahagia. Tahukah teman, rasa bahagia akan sempurna jika teman beragama. Agama itu rasa bahagia. Agama memberikan aturan yang mungkin bukan saja hukum positip, tetapi lebih dari itu. Kepercayaan pada yang lebih besar lebih adil lebih memahami kepada yang Maha, memberikan ketenangan
Agama memiliki aturan. Taat pada aturan, juga memberikan rasa bahagia!. Setidaknya dalam hidup, kita pernah menyerahkan diri pada aturan dari yang Maha. Percayalah kesadaran ini memberikan rasa bahagia. Jika kita pernah ‘dipaksa’ taat pada aturan-aturan manusia, jika kita pernah terintimidasi, dsb, dan itu semua membuat kita menderita, maka setidaknya kita pernah tunduk pada Tuhan sebagai bagian kompensasi hidup.
Menjalankan perintah agama akan membahagiakan. Itulah rasa agama!




100. Iklan
mengamati iklan-iklan tv. indah, memiiliki seni, rangkaian yang bagus!. iklan tersebut mestilah melalui proses kreatifitas yang panjang, dari ide hingga implementasi. Namun sebagai barang tontonan, iklan dapat hilang dalam sesaat, tertutup iklan yang lain
Tidak sekedar indah, tetapi mampu membujuk konsumen untuk membeli produk. Dua hal yang harus dipertimbangkan. Tampaknya disini, kematangan si pembuat iklan, jam terbang, akan mempengaruhi upaya membuat karya seni yang unik. Tidak menarik? Bukan iklan namanya!